Pages

Selasa, 29 Maret 2011

0 Pesiar bersama Grace - 1

Kisah nyata ini bermula ketika saya mengikuti test penerimaan karyawan sebuah perusahaan di kota Mataram. Pada hari Sabtu jam 10.20 yang telah ditentukan, saya diinterview pada session terakhir.

"Saudara Andi, silakan" panggil resepsionis cewek itu mengajak saya ke sebuah ruangan.

Di ruangan itu sudah duduk seorang wanita yang cantik, seperti artis mandarin yang ternyata adalah seorang Manager HRD. Memakai setelan hem, dalamnya berwarna putih dan jasnya merah serta dipadu rok mini merah, kulitnya putih bersih karena masih ada keturunan tionghoa. Saya perkirakan umurnya masih muda sekitar 26 tahunan.

"Permisi Bu.."
"Selamat pagi, silakan duduk" sapanya ramah mempersilakan saya duduk di sofa yang cuma dibatasi dengan meja kecil hingga kami saling berhadapan.
"Oh ya, kenalkan saya Grace"
"Andi Bu" jawab saya sambil bersalaman dengannya.
"Panggil Mbak aja ya"
"Iya.. Mbak"

Setelah acara tanya jawab mengenai bidang yang saya lamar dan bagaimana tanggapan dari perusahaan, akhirnya sampailah pada pertanyaan yang terakhir.

"Dulu apa pekerjaannya, Andi?" tanya Grace sambil menopangkan sebelah kakinya yang putih itu.

Duh cantiknya cewek ini, udah putih, cantik lagi seperti artis Mandarin di Hongkong itu, pikirku. Kuperkirakan tingginya 170 cm/56 kg dengan pinggang yang langsing, pokoknya seksi deh.

"Sampai sekarang sih masih sebagai free guide" jawab saya jujur.
"Maksudnya..?"
"Pemandu tour lepasan untuk turis domestik, begitu"
"Oh gitu, sebetulnya perusahaan ini membutuhkan orang yang berkualitas tinggi"
"Jadi maaf ya, Andi belum bisa memenuhi syarat yang ditentukan perusahaan"
"Nggak apa-apa kok Mbak, saya bisa menerimanya"
"Oh ya, saya cuma sebentar di Lombok ini, kira-kira dua mingguan"
"Maksud Mbak..?" tanya saya nggak ngerti.
"Kalo saya minta Andi menjadi tour guide saya selama dua minggu, berapa biayanya?"
"Terserah Mbak aja, pokoknya ditanggung puas deh jalan-jalan ke pulau Lombok" jawab saya senang, meskipun tidak dapat pekerjaan tapi ada order nih, cantik lagi.
"Besok ya, jam 09.00 di hotel Senggigi Beach, saya tunggu"
"Ya Mbak, pasti saya datang"
"Permisi Mbak"
"Ya, silakan" jawab Mbak Grace mengantar saya keluar ruangan.

*****

Tepat jam 09.20 esoknya, saya sampai di hotel Senggigi Beach tempat Mbak Grace menginap.

"Selamat pagi Mbak, kamar Mbak Grace yang mana ya?" tanya saya pada recepsionis hotel itu.
"Oh, Pak Andi ya, sudah ditunggu di lobi hotel sama Ibu Grace"
"Terima kasih Mbak"
"Sama-sama"

Ternyata Mbak Grace sudah menunggu di lobi dengan kaos ketat berwarna biru hingga samar-samar kelihatan payudaranya yang masih terbungkus BH menonjol di balik kaos gaulnya dan dipadu celana panjang jins, kelihatannya jauh sekali dari formalitas.

"Maaf Mbak, kelamaan nunggu ya?"
"Nggak apa-apa kok, tapi panggil Grace aja ya"
"Ya Mbak.. E.. Eh.. Grace"
"Andi, bisa nyopir khan?"
"Bisa.. emangnya kenapa"
"Tadi saya pinjam mobil kantor untuk jalan-jalan"
"Oh, bisa kok Mbak, jadi kita nggak perlu pake taksi"
"Grace pengin liat tempat gerabah dulu ya"
"Ya, ayo kita berangkat sekarang" ajak saya sambil menggandeng tangannya, rupanya Grace tidak keberatan saya gandeng tanggannya yang putih mulus itu.

Pada jam 09.40 kami berangkat ke desa Banyumulek, tempat gerabah khas Lombok yang luarnya memakai anyaman rotan itu, jaraknya di luar kota Mataram. Setelah sampai, Grace membeli beberapa gerabah hingga jam 12.10 dan kami kembali lagi ke Mataram untuk makan siang.

"Terus mau kemana lagi Grace?" tanya saya padanya dalam mobil yang akan menuju hotel.
"Temenin saya berenang yuk"
"Ayo, tapi saya nggak bawa baju renang nich"
"Ah, gampang nanti saya beliin, gimana?"
"OK boss"

Maka sampailah kami di hotel Senggigi Beach, ternyata kolam renang tidak begitu ramai dengan orang, cuma ada beberapa bule sedang berjemur.

"Tunggu di sini ya Ndi, saya mau ganti baju dulu" celoteh Grace sambil berlalu ke ruang ganti.

Setelah beberapa saat, wow.. Grace sudah berganti dengan baju renang yang seksi sekali, berwarna putih selaras dengan kulitnya dan payudaranya menonjol dari balik baju renangnya.

"Ayo Ndi, kok bengong aja" katanya mengagetkan saya dan kami pun berenang di dalam kolam yang cukup besar itu.

Kami berenang sampai jam 17.10 sore dan lalu Grace mengajak saya mengakhiri dulu acara renangnya.

"Sampai besok ya Ndi"
"Ya, sampai besok Grace" jawab saya sambil menelan ludah karena membayangkan betapa putih dan seksinya Grace memakai pakaian renangnya itu.

Beruntung sekali jika saya bisa memeluk atau bahkan making love dengannya. Ah tapi itu cuma angan-angan saya saja. Hari berikutnya saya antar Grace ke pemandian alam Suranadi, tempat air awet muda di Narmada, dan beberapa tempat wisata lainnya.

"Kita ke mall yuk" ajak Grace sambil menggandeng tangan saya mesra bagai sepasang kekasih saja.
"Ada acara apa nich ke mall?" tanya saya sambil melirik Grace yang duduk dengan santai dan seenaknya, bahkan kadang-kadang rok mininya memperlihatkan hampir separuh lebih pahanya yang putih mulus hingga si boy jadi tidak tenang, kapan ya bisa bergesekan dengannya, pasti sedap, pikirku.
"Saya mau beli pakaian atas nich" jawabnya.

Selama sepuluh hari berlalu, kami sudah menjadi akrab sekali. Siang itu Grace mengenakan kaos ketat putih bergambar panda yang dipadu dengan rok jins mini berwarna biru dengan sabuknya yang besar, saya tidak tahu apakah ini model baju gaul jaman sekarang atau kreasi Grace sendiri. Mall Cilinaya itu sungguh ramai pada saat hari Minggu, hingga saya bisa menggandeng pinggang Grace yang ramping itu dan wangi tubuhnya sungguh harum sekali. Rupanya Grace tidak keberatan saya peluk pinggangnya. Ini baru lumayan, pelan-pelan ada kesempatan nih, pembaca.

"Kita cari baju yuk" ajaknya ke toko baju dalam mall tersebut.
"Okey.."
"Ini bagus nggak Ndi?" tanyanya sambil memperlihatkan hem merah.
"Bagus juga kok Grace, cobain aja" jawabku.
"Iya deh" jawabnya sambil menuju ruang ganti.

Tentu saja saya mengikutinya dan membantu menutup kain tempat mencoba baju itu, namun yang membuat saya berdebar-debar, ternyata ada celah sedikit untuk mengintip ruang ganti itu, mungkin saja Grace tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Pertama-tama Grace membuka kaos ketat warna putihnya hingga sekarang tampak kelihatan BH warna kuningnya yang sungguh indah, membuat si boy langsung berdiri, kemudian ia mencoba hem merah itu dan ternyata pas sekali dengan bentuk tubuh Grace. Setelah cocok dan membayar harganya, saya mengajak Grace mencoba naik cidomo (semacam dokar yang ditarik oleh kuda), sedangkan mobil masih diparkir di Mall supaya aman.

"Gimana Grace, rasanya naik cidomo?" tanya saya sambil memperhatikan rok mininya yang tadi agak tersingkap pada saat naik cidomo hingga kelihatan sedikit celana dalamnya yang berwarna putih polos. Si boy langsung berdiri hingga celana jins saya jadi sesak.
"Lucu ya, naik cidomo begini"
"Ya, ini namanya kendaraan tradisional khas daerah sini"
"Oh, gitu.."

Setelah bolak balik naik cidomo, kami kembali ke hotel supaya Grace bisa beristirahat.

"Ndi, kamu tadi ngintip saya ya?" tanya Grace tiba-tiba sambil menatap saya lekat.
"E.. Eh.. Ya.. Nggak sengaja kok" kata saya tergagap-gagap karena kaget bahwa Grace tahu tadi saya memperhatikan wilayah pribadinya. Saya pasrah saja kalau akan dimaki atau bahkan diusir.
"Mmh.. Gitu ya"
"Maaf ya Grace, saya nggak sengaja kok, kalo Grace nggak suka saya bisa pergi sekarang kok" jawab saya sambil akan meninggalkannya.
"Tunggu.. Ndi, sebetulnya Grace nggak apa-apa kok"
"Terima kasih kalo begitu" jawab saya yang tidak jadi meninggalkannya, bahkan sempat duduk di hadapannya kembali.
"Gimana badannya Grace?" tanyanya lagi dengan antusias.

Wah ada kesempatan lagi, saya ingin berusaha membujuk Grace supaya mau making love dengan saya siang ini, paling-paling ditolak atau diusir, itu resikonya.

"Seksi sekali" jawabku.
"Yang bener" tanyanya memastikan.
"Abis bodinya Grace seksi sich, rajin fitness ya"
"Iya, ini akibat latihan fitness"
"Ndi, masuk kamar yuk, soalnya panas di luar" ajak Grace tiba-tiba sambil menggandeng tangan saya masuk kamar kelas VIP itu, sungguh kamar yang bagus sekali.

Tiba-tiba HP Grace berdering, dan Grace menjawab HP-nya sambil duduk di sofa. Wow, sekarang dengan jelas sekali kelihatan CD-nya yang berwarna putih karena duduknya yang agak membuka kedua pahanya itu. Sungguh pemandangan yang indah sekali. Setelah Grace menutup HP-nya, Grace menatap saya dengan pandangan yang lain.

"Ada apa Grace?" tanya saya sambil duduk di sampingnya.
"Mungkin satu atau dua hari lagi saya kembali ke Jakarta" jawabnya sambil menyandarkan kepalanya pada pundak saya.
"Lho, kok cepat sekali" tanya saya sambil mengelus pundak kirinya pelan.
"Biasa, panggilan dari bos besar.." jawabya sambil mengusap-ngusap paha kiri saya dengan mesra.
"Gimana kalo sekarang, Andi kasih hadiah"
"Hadiah apa, pasti asyik nih?" celoteh Grace penasaran sambil menatap saya serius.
"Gimana, kalo hadiahnya berupa ciuman"
"Hush, ngawur kamu, khan udah kukasih liat" celotehnya sambil nyengir.
"Lho, ini khan ada rasanya" jawab saya nggak mau kalah sambil tangan kanan saya mengusap-usap pipinya yang putih mulus.
"Geli tau.." tolaknya manja.
"Lama-lama enak kok" rayu saya sambil mencium lehernya, bahkan menjilatinya sedikit demi sedikit supaya Grace merasakan rangsangan.
"Jang.. An.. Ndi.. Kamu.. Nakal.." sentak Grace sambil mendorong tubuh saya, namun dorongannya malah membuat kami berdua jatuh ke sofa dengan posisi saya menindih Grace.

Kesempatan itu tak saya sia-siakan karena langsung saja saya cium bibirnya yang merah basah. Beberapa saat Grace masih memberontak lemah dan pergumulan itu semakin membuat tangan kanan saya menekan-nekan payudaranya yang masih terbungkus kaos dan tangan kiri saya memegang kepalanya.

"Mmh.." guman Grace karena mulutnya penuh oleh lidah saya yang berusaha membelitnya dan kembali ke lehernya yang putih bersih, terus menjilatinya dengan gemas.
"Sst.. Jann.. Ngan.. Sst.." celotehan dan sedikit rintihan Grace membuat saya tahu bawah Grace sekarang agak terangsang, dan perlawanannya sudah mulai semakin lemah.
"Aduh.. Sst.. Ndi.. Pelan-pelan.." rintihnya sambil memegang tangan saya yang sedang meremas payudaranya.

Bersambung . . . .

0 Pesiar bersama Grace - 1

Kisah nyata ini bermula ketika saya mengikuti test penerimaan karyawan sebuah perusahaan di kota Mataram. Pada hari Sabtu jam 10.20 yang telah ditentukan, saya diinterview pada session terakhir.

"Saudara Andi, silakan" panggil resepsionis cewek itu mengajak saya ke sebuah ruangan.

Di ruangan itu sudah duduk seorang wanita yang cantik, seperti artis mandarin yang ternyata adalah seorang Manager HRD. Memakai setelan hem, dalamnya berwarna putih dan jasnya merah serta dipadu rok mini merah, kulitnya putih bersih karena masih ada keturunan tionghoa. Saya perkirakan umurnya masih muda sekitar 26 tahunan.

"Permisi Bu.."
"Selamat pagi, silakan duduk" sapanya ramah mempersilakan saya duduk di sofa yang cuma dibatasi dengan meja kecil hingga kami saling berhadapan.
"Oh ya, kenalkan saya Grace"
"Andi Bu" jawab saya sambil bersalaman dengannya.
"Panggil Mbak aja ya"
"Iya.. Mbak"

Setelah acara tanya jawab mengenai bidang yang saya lamar dan bagaimana tanggapan dari perusahaan, akhirnya sampailah pada pertanyaan yang terakhir.

"Dulu apa pekerjaannya, Andi?" tanya Grace sambil menopangkan sebelah kakinya yang putih itu.

Duh cantiknya cewek ini, udah putih, cantik lagi seperti artis Mandarin di Hongkong itu, pikirku. Kuperkirakan tingginya 170 cm/56 kg dengan pinggang yang langsing, pokoknya seksi deh.

"Sampai sekarang sih masih sebagai free guide" jawab saya jujur.
"Maksudnya..?"
"Pemandu tour lepasan untuk turis domestik, begitu"
"Oh gitu, sebetulnya perusahaan ini membutuhkan orang yang berkualitas tinggi"
"Jadi maaf ya, Andi belum bisa memenuhi syarat yang ditentukan perusahaan"
"Nggak apa-apa kok Mbak, saya bisa menerimanya"
"Oh ya, saya cuma sebentar di Lombok ini, kira-kira dua mingguan"
"Maksud Mbak..?" tanya saya nggak ngerti.
"Kalo saya minta Andi menjadi tour guide saya selama dua minggu, berapa biayanya?"
"Terserah Mbak aja, pokoknya ditanggung puas deh jalan-jalan ke pulau Lombok" jawab saya senang, meskipun tidak dapat pekerjaan tapi ada order nih, cantik lagi.
"Besok ya, jam 09.00 di hotel Senggigi Beach, saya tunggu"
"Ya Mbak, pasti saya datang"
"Permisi Mbak"
"Ya, silakan" jawab Mbak Grace mengantar saya keluar ruangan.

*****

Tepat jam 09.20 esoknya, saya sampai di hotel Senggigi Beach tempat Mbak Grace menginap.

"Selamat pagi Mbak, kamar Mbak Grace yang mana ya?" tanya saya pada recepsionis hotel itu.
"Oh, Pak Andi ya, sudah ditunggu di lobi hotel sama Ibu Grace"
"Terima kasih Mbak"
"Sama-sama"

Ternyata Mbak Grace sudah menunggu di lobi dengan kaos ketat berwarna biru hingga samar-samar kelihatan payudaranya yang masih terbungkus BH menonjol di balik kaos gaulnya dan dipadu celana panjang jins, kelihatannya jauh sekali dari formalitas.

"Maaf Mbak, kelamaan nunggu ya?"
"Nggak apa-apa kok, tapi panggil Grace aja ya"
"Ya Mbak.. E.. Eh.. Grace"
"Andi, bisa nyopir khan?"
"Bisa.. emangnya kenapa"
"Tadi saya pinjam mobil kantor untuk jalan-jalan"
"Oh, bisa kok Mbak, jadi kita nggak perlu pake taksi"
"Grace pengin liat tempat gerabah dulu ya"
"Ya, ayo kita berangkat sekarang" ajak saya sambil menggandeng tangannya, rupanya Grace tidak keberatan saya gandeng tanggannya yang putih mulus itu.

Pada jam 09.40 kami berangkat ke desa Banyumulek, tempat gerabah khas Lombok yang luarnya memakai anyaman rotan itu, jaraknya di luar kota Mataram. Setelah sampai, Grace membeli beberapa gerabah hingga jam 12.10 dan kami kembali lagi ke Mataram untuk makan siang.

"Terus mau kemana lagi Grace?" tanya saya padanya dalam mobil yang akan menuju hotel.
"Temenin saya berenang yuk"
"Ayo, tapi saya nggak bawa baju renang nich"
"Ah, gampang nanti saya beliin, gimana?"
"OK boss"

Maka sampailah kami di hotel Senggigi Beach, ternyata kolam renang tidak begitu ramai dengan orang, cuma ada beberapa bule sedang berjemur.

"Tunggu di sini ya Ndi, saya mau ganti baju dulu" celoteh Grace sambil berlalu ke ruang ganti.

Setelah beberapa saat, wow.. Grace sudah berganti dengan baju renang yang seksi sekali, berwarna putih selaras dengan kulitnya dan payudaranya menonjol dari balik baju renangnya.

"Ayo Ndi, kok bengong aja" katanya mengagetkan saya dan kami pun berenang di dalam kolam yang cukup besar itu.

Kami berenang sampai jam 17.10 sore dan lalu Grace mengajak saya mengakhiri dulu acara renangnya.

"Sampai besok ya Ndi"
"Ya, sampai besok Grace" jawab saya sambil menelan ludah karena membayangkan betapa putih dan seksinya Grace memakai pakaian renangnya itu.

Beruntung sekali jika saya bisa memeluk atau bahkan making love dengannya. Ah tapi itu cuma angan-angan saya saja. Hari berikutnya saya antar Grace ke pemandian alam Suranadi, tempat air awet muda di Narmada, dan beberapa tempat wisata lainnya.

"Kita ke mall yuk" ajak Grace sambil menggandeng tangan saya mesra bagai sepasang kekasih saja.
"Ada acara apa nich ke mall?" tanya saya sambil melirik Grace yang duduk dengan santai dan seenaknya, bahkan kadang-kadang rok mininya memperlihatkan hampir separuh lebih pahanya yang putih mulus hingga si boy jadi tidak tenang, kapan ya bisa bergesekan dengannya, pasti sedap, pikirku.
"Saya mau beli pakaian atas nich" jawabnya.

Selama sepuluh hari berlalu, kami sudah menjadi akrab sekali. Siang itu Grace mengenakan kaos ketat putih bergambar panda yang dipadu dengan rok jins mini berwarna biru dengan sabuknya yang besar, saya tidak tahu apakah ini model baju gaul jaman sekarang atau kreasi Grace sendiri. Mall Cilinaya itu sungguh ramai pada saat hari Minggu, hingga saya bisa menggandeng pinggang Grace yang ramping itu dan wangi tubuhnya sungguh harum sekali. Rupanya Grace tidak keberatan saya peluk pinggangnya. Ini baru lumayan, pelan-pelan ada kesempatan nih, pembaca.

"Kita cari baju yuk" ajaknya ke toko baju dalam mall tersebut.
"Okey.."
"Ini bagus nggak Ndi?" tanyanya sambil memperlihatkan hem merah.
"Bagus juga kok Grace, cobain aja" jawabku.
"Iya deh" jawabnya sambil menuju ruang ganti.

Tentu saja saya mengikutinya dan membantu menutup kain tempat mencoba baju itu, namun yang membuat saya berdebar-debar, ternyata ada celah sedikit untuk mengintip ruang ganti itu, mungkin saja Grace tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Pertama-tama Grace membuka kaos ketat warna putihnya hingga sekarang tampak kelihatan BH warna kuningnya yang sungguh indah, membuat si boy langsung berdiri, kemudian ia mencoba hem merah itu dan ternyata pas sekali dengan bentuk tubuh Grace. Setelah cocok dan membayar harganya, saya mengajak Grace mencoba naik cidomo (semacam dokar yang ditarik oleh kuda), sedangkan mobil masih diparkir di Mall supaya aman.

"Gimana Grace, rasanya naik cidomo?" tanya saya sambil memperhatikan rok mininya yang tadi agak tersingkap pada saat naik cidomo hingga kelihatan sedikit celana dalamnya yang berwarna putih polos. Si boy langsung berdiri hingga celana jins saya jadi sesak.
"Lucu ya, naik cidomo begini"
"Ya, ini namanya kendaraan tradisional khas daerah sini"
"Oh, gitu.."

Setelah bolak balik naik cidomo, kami kembali ke hotel supaya Grace bisa beristirahat.

"Ndi, kamu tadi ngintip saya ya?" tanya Grace tiba-tiba sambil menatap saya lekat.
"E.. Eh.. Ya.. Nggak sengaja kok" kata saya tergagap-gagap karena kaget bahwa Grace tahu tadi saya memperhatikan wilayah pribadinya. Saya pasrah saja kalau akan dimaki atau bahkan diusir.
"Mmh.. Gitu ya"
"Maaf ya Grace, saya nggak sengaja kok, kalo Grace nggak suka saya bisa pergi sekarang kok" jawab saya sambil akan meninggalkannya.
"Tunggu.. Ndi, sebetulnya Grace nggak apa-apa kok"
"Terima kasih kalo begitu" jawab saya yang tidak jadi meninggalkannya, bahkan sempat duduk di hadapannya kembali.
"Gimana badannya Grace?" tanyanya lagi dengan antusias.

Wah ada kesempatan lagi, saya ingin berusaha membujuk Grace supaya mau making love dengan saya siang ini, paling-paling ditolak atau diusir, itu resikonya.

"Seksi sekali" jawabku.
"Yang bener" tanyanya memastikan.
"Abis bodinya Grace seksi sich, rajin fitness ya"
"Iya, ini akibat latihan fitness"
"Ndi, masuk kamar yuk, soalnya panas di luar" ajak Grace tiba-tiba sambil menggandeng tangan saya masuk kamar kelas VIP itu, sungguh kamar yang bagus sekali.

Tiba-tiba HP Grace berdering, dan Grace menjawab HP-nya sambil duduk di sofa. Wow, sekarang dengan jelas sekali kelihatan CD-nya yang berwarna putih karena duduknya yang agak membuka kedua pahanya itu. Sungguh pemandangan yang indah sekali. Setelah Grace menutup HP-nya, Grace menatap saya dengan pandangan yang lain.

"Ada apa Grace?" tanya saya sambil duduk di sampingnya.
"Mungkin satu atau dua hari lagi saya kembali ke Jakarta" jawabnya sambil menyandarkan kepalanya pada pundak saya.
"Lho, kok cepat sekali" tanya saya sambil mengelus pundak kirinya pelan.
"Biasa, panggilan dari bos besar.." jawabya sambil mengusap-ngusap paha kiri saya dengan mesra.
"Gimana kalo sekarang, Andi kasih hadiah"
"Hadiah apa, pasti asyik nih?" celoteh Grace penasaran sambil menatap saya serius.
"Gimana, kalo hadiahnya berupa ciuman"
"Hush, ngawur kamu, khan udah kukasih liat" celotehnya sambil nyengir.
"Lho, ini khan ada rasanya" jawab saya nggak mau kalah sambil tangan kanan saya mengusap-usap pipinya yang putih mulus.
"Geli tau.." tolaknya manja.
"Lama-lama enak kok" rayu saya sambil mencium lehernya, bahkan menjilatinya sedikit demi sedikit supaya Grace merasakan rangsangan.
"Jang.. An.. Ndi.. Kamu.. Nakal.." sentak Grace sambil mendorong tubuh saya, namun dorongannya malah membuat kami berdua jatuh ke sofa dengan posisi saya menindih Grace.

Kesempatan itu tak saya sia-siakan karena langsung saja saya cium bibirnya yang merah basah. Beberapa saat Grace masih memberontak lemah dan pergumulan itu semakin membuat tangan kanan saya menekan-nekan payudaranya yang masih terbungkus kaos dan tangan kiri saya memegang kepalanya.

"Mmh.." guman Grace karena mulutnya penuh oleh lidah saya yang berusaha membelitnya dan kembali ke lehernya yang putih bersih, terus menjilatinya dengan gemas.
"Sst.. Jann.. Ngan.. Sst.." celotehan dan sedikit rintihan Grace membuat saya tahu bawah Grace sekarang agak terangsang, dan perlawanannya sudah mulai semakin lemah.
"Aduh.. Sst.. Ndi.. Pelan-pelan.." rintihnya sambil memegang tangan saya yang sedang meremas payudaranya.

Bersambung . . . .

0 Pesiar bersama Grace - 1

Kisah nyata ini bermula ketika saya mengikuti test penerimaan karyawan sebuah perusahaan di kota Mataram. Pada hari Sabtu jam 10.20 yang telah ditentukan, saya diinterview pada session terakhir.

"Saudara Andi, silakan" panggil resepsionis cewek itu mengajak saya ke sebuah ruangan.

Di ruangan itu sudah duduk seorang wanita yang cantik, seperti artis mandarin yang ternyata adalah seorang Manager HRD. Memakai setelan hem, dalamnya berwarna putih dan jasnya merah serta dipadu rok mini merah, kulitnya putih bersih karena masih ada keturunan tionghoa. Saya perkirakan umurnya masih muda sekitar 26 tahunan.

"Permisi Bu.."
"Selamat pagi, silakan duduk" sapanya ramah mempersilakan saya duduk di sofa yang cuma dibatasi dengan meja kecil hingga kami saling berhadapan.
"Oh ya, kenalkan saya Grace"
"Andi Bu" jawab saya sambil bersalaman dengannya.
"Panggil Mbak aja ya"
"Iya.. Mbak"

Setelah acara tanya jawab mengenai bidang yang saya lamar dan bagaimana tanggapan dari perusahaan, akhirnya sampailah pada pertanyaan yang terakhir.

"Dulu apa pekerjaannya, Andi?" tanya Grace sambil menopangkan sebelah kakinya yang putih itu.

Duh cantiknya cewek ini, udah putih, cantik lagi seperti artis Mandarin di Hongkong itu, pikirku. Kuperkirakan tingginya 170 cm/56 kg dengan pinggang yang langsing, pokoknya seksi deh.

"Sampai sekarang sih masih sebagai free guide" jawab saya jujur.
"Maksudnya..?"
"Pemandu tour lepasan untuk turis domestik, begitu"
"Oh gitu, sebetulnya perusahaan ini membutuhkan orang yang berkualitas tinggi"
"Jadi maaf ya, Andi belum bisa memenuhi syarat yang ditentukan perusahaan"
"Nggak apa-apa kok Mbak, saya bisa menerimanya"
"Oh ya, saya cuma sebentar di Lombok ini, kira-kira dua mingguan"
"Maksud Mbak..?" tanya saya nggak ngerti.
"Kalo saya minta Andi menjadi tour guide saya selama dua minggu, berapa biayanya?"
"Terserah Mbak aja, pokoknya ditanggung puas deh jalan-jalan ke pulau Lombok" jawab saya senang, meskipun tidak dapat pekerjaan tapi ada order nih, cantik lagi.
"Besok ya, jam 09.00 di hotel Senggigi Beach, saya tunggu"
"Ya Mbak, pasti saya datang"
"Permisi Mbak"
"Ya, silakan" jawab Mbak Grace mengantar saya keluar ruangan.

*****

Tepat jam 09.20 esoknya, saya sampai di hotel Senggigi Beach tempat Mbak Grace menginap.

"Selamat pagi Mbak, kamar Mbak Grace yang mana ya?" tanya saya pada recepsionis hotel itu.
"Oh, Pak Andi ya, sudah ditunggu di lobi hotel sama Ibu Grace"
"Terima kasih Mbak"
"Sama-sama"

Ternyata Mbak Grace sudah menunggu di lobi dengan kaos ketat berwarna biru hingga samar-samar kelihatan payudaranya yang masih terbungkus BH menonjol di balik kaos gaulnya dan dipadu celana panjang jins, kelihatannya jauh sekali dari formalitas.

"Maaf Mbak, kelamaan nunggu ya?"
"Nggak apa-apa kok, tapi panggil Grace aja ya"
"Ya Mbak.. E.. Eh.. Grace"
"Andi, bisa nyopir khan?"
"Bisa.. emangnya kenapa"
"Tadi saya pinjam mobil kantor untuk jalan-jalan"
"Oh, bisa kok Mbak, jadi kita nggak perlu pake taksi"
"Grace pengin liat tempat gerabah dulu ya"
"Ya, ayo kita berangkat sekarang" ajak saya sambil menggandeng tangannya, rupanya Grace tidak keberatan saya gandeng tanggannya yang putih mulus itu.

Pada jam 09.40 kami berangkat ke desa Banyumulek, tempat gerabah khas Lombok yang luarnya memakai anyaman rotan itu, jaraknya di luar kota Mataram. Setelah sampai, Grace membeli beberapa gerabah hingga jam 12.10 dan kami kembali lagi ke Mataram untuk makan siang.

"Terus mau kemana lagi Grace?" tanya saya padanya dalam mobil yang akan menuju hotel.
"Temenin saya berenang yuk"
"Ayo, tapi saya nggak bawa baju renang nich"
"Ah, gampang nanti saya beliin, gimana?"
"OK boss"

Maka sampailah kami di hotel Senggigi Beach, ternyata kolam renang tidak begitu ramai dengan orang, cuma ada beberapa bule sedang berjemur.

"Tunggu di sini ya Ndi, saya mau ganti baju dulu" celoteh Grace sambil berlalu ke ruang ganti.

Setelah beberapa saat, wow.. Grace sudah berganti dengan baju renang yang seksi sekali, berwarna putih selaras dengan kulitnya dan payudaranya menonjol dari balik baju renangnya.

"Ayo Ndi, kok bengong aja" katanya mengagetkan saya dan kami pun berenang di dalam kolam yang cukup besar itu.

Kami berenang sampai jam 17.10 sore dan lalu Grace mengajak saya mengakhiri dulu acara renangnya.

"Sampai besok ya Ndi"
"Ya, sampai besok Grace" jawab saya sambil menelan ludah karena membayangkan betapa putih dan seksinya Grace memakai pakaian renangnya itu.

Beruntung sekali jika saya bisa memeluk atau bahkan making love dengannya. Ah tapi itu cuma angan-angan saya saja. Hari berikutnya saya antar Grace ke pemandian alam Suranadi, tempat air awet muda di Narmada, dan beberapa tempat wisata lainnya.

"Kita ke mall yuk" ajak Grace sambil menggandeng tangan saya mesra bagai sepasang kekasih saja.
"Ada acara apa nich ke mall?" tanya saya sambil melirik Grace yang duduk dengan santai dan seenaknya, bahkan kadang-kadang rok mininya memperlihatkan hampir separuh lebih pahanya yang putih mulus hingga si boy jadi tidak tenang, kapan ya bisa bergesekan dengannya, pasti sedap, pikirku.
"Saya mau beli pakaian atas nich" jawabnya.

Selama sepuluh hari berlalu, kami sudah menjadi akrab sekali. Siang itu Grace mengenakan kaos ketat putih bergambar panda yang dipadu dengan rok jins mini berwarna biru dengan sabuknya yang besar, saya tidak tahu apakah ini model baju gaul jaman sekarang atau kreasi Grace sendiri. Mall Cilinaya itu sungguh ramai pada saat hari Minggu, hingga saya bisa menggandeng pinggang Grace yang ramping itu dan wangi tubuhnya sungguh harum sekali. Rupanya Grace tidak keberatan saya peluk pinggangnya. Ini baru lumayan, pelan-pelan ada kesempatan nih, pembaca.

"Kita cari baju yuk" ajaknya ke toko baju dalam mall tersebut.
"Okey.."
"Ini bagus nggak Ndi?" tanyanya sambil memperlihatkan hem merah.
"Bagus juga kok Grace, cobain aja" jawabku.
"Iya deh" jawabnya sambil menuju ruang ganti.

Tentu saja saya mengikutinya dan membantu menutup kain tempat mencoba baju itu, namun yang membuat saya berdebar-debar, ternyata ada celah sedikit untuk mengintip ruang ganti itu, mungkin saja Grace tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Pertama-tama Grace membuka kaos ketat warna putihnya hingga sekarang tampak kelihatan BH warna kuningnya yang sungguh indah, membuat si boy langsung berdiri, kemudian ia mencoba hem merah itu dan ternyata pas sekali dengan bentuk tubuh Grace. Setelah cocok dan membayar harganya, saya mengajak Grace mencoba naik cidomo (semacam dokar yang ditarik oleh kuda), sedangkan mobil masih diparkir di Mall supaya aman.

"Gimana Grace, rasanya naik cidomo?" tanya saya sambil memperhatikan rok mininya yang tadi agak tersingkap pada saat naik cidomo hingga kelihatan sedikit celana dalamnya yang berwarna putih polos. Si boy langsung berdiri hingga celana jins saya jadi sesak.
"Lucu ya, naik cidomo begini"
"Ya, ini namanya kendaraan tradisional khas daerah sini"
"Oh, gitu.."

Setelah bolak balik naik cidomo, kami kembali ke hotel supaya Grace bisa beristirahat.

"Ndi, kamu tadi ngintip saya ya?" tanya Grace tiba-tiba sambil menatap saya lekat.
"E.. Eh.. Ya.. Nggak sengaja kok" kata saya tergagap-gagap karena kaget bahwa Grace tahu tadi saya memperhatikan wilayah pribadinya. Saya pasrah saja kalau akan dimaki atau bahkan diusir.
"Mmh.. Gitu ya"
"Maaf ya Grace, saya nggak sengaja kok, kalo Grace nggak suka saya bisa pergi sekarang kok" jawab saya sambil akan meninggalkannya.
"Tunggu.. Ndi, sebetulnya Grace nggak apa-apa kok"
"Terima kasih kalo begitu" jawab saya yang tidak jadi meninggalkannya, bahkan sempat duduk di hadapannya kembali.
"Gimana badannya Grace?" tanyanya lagi dengan antusias.

Wah ada kesempatan lagi, saya ingin berusaha membujuk Grace supaya mau making love dengan saya siang ini, paling-paling ditolak atau diusir, itu resikonya.

"Seksi sekali" jawabku.
"Yang bener" tanyanya memastikan.
"Abis bodinya Grace seksi sich, rajin fitness ya"
"Iya, ini akibat latihan fitness"
"Ndi, masuk kamar yuk, soalnya panas di luar" ajak Grace tiba-tiba sambil menggandeng tangan saya masuk kamar kelas VIP itu, sungguh kamar yang bagus sekali.

Tiba-tiba HP Grace berdering, dan Grace menjawab HP-nya sambil duduk di sofa. Wow, sekarang dengan jelas sekali kelihatan CD-nya yang berwarna putih karena duduknya yang agak membuka kedua pahanya itu. Sungguh pemandangan yang indah sekali. Setelah Grace menutup HP-nya, Grace menatap saya dengan pandangan yang lain.

"Ada apa Grace?" tanya saya sambil duduk di sampingnya.
"Mungkin satu atau dua hari lagi saya kembali ke Jakarta" jawabnya sambil menyandarkan kepalanya pada pundak saya.
"Lho, kok cepat sekali" tanya saya sambil mengelus pundak kirinya pelan.
"Biasa, panggilan dari bos besar.." jawabya sambil mengusap-ngusap paha kiri saya dengan mesra.
"Gimana kalo sekarang, Andi kasih hadiah"
"Hadiah apa, pasti asyik nih?" celoteh Grace penasaran sambil menatap saya serius.
"Gimana, kalo hadiahnya berupa ciuman"
"Hush, ngawur kamu, khan udah kukasih liat" celotehnya sambil nyengir.
"Lho, ini khan ada rasanya" jawab saya nggak mau kalah sambil tangan kanan saya mengusap-usap pipinya yang putih mulus.
"Geli tau.." tolaknya manja.
"Lama-lama enak kok" rayu saya sambil mencium lehernya, bahkan menjilatinya sedikit demi sedikit supaya Grace merasakan rangsangan.
"Jang.. An.. Ndi.. Kamu.. Nakal.." sentak Grace sambil mendorong tubuh saya, namun dorongannya malah membuat kami berdua jatuh ke sofa dengan posisi saya menindih Grace.

Kesempatan itu tak saya sia-siakan karena langsung saja saya cium bibirnya yang merah basah. Beberapa saat Grace masih memberontak lemah dan pergumulan itu semakin membuat tangan kanan saya menekan-nekan payudaranya yang masih terbungkus kaos dan tangan kiri saya memegang kepalanya.

"Mmh.." guman Grace karena mulutnya penuh oleh lidah saya yang berusaha membelitnya dan kembali ke lehernya yang putih bersih, terus menjilatinya dengan gemas.
"Sst.. Jann.. Ngan.. Sst.." celotehan dan sedikit rintihan Grace membuat saya tahu bawah Grace sekarang agak terangsang, dan perlawanannya sudah mulai semakin lemah.
"Aduh.. Sst.. Ndi.. Pelan-pelan.." rintihnya sambil memegang tangan saya yang sedang meremas payudaranya.

Bersambung . . . .

0 Pesiar bersama Grace - 1

Kisah nyata ini bermula ketika saya mengikuti test penerimaan karyawan sebuah perusahaan di kota Mataram. Pada hari Sabtu jam 10.20 yang telah ditentukan, saya diinterview pada session terakhir.

"Saudara Andi, silakan" panggil resepsionis cewek itu mengajak saya ke sebuah ruangan.

Di ruangan itu sudah duduk seorang wanita yang cantik, seperti artis mandarin yang ternyata adalah seorang Manager HRD. Memakai setelan hem, dalamnya berwarna putih dan jasnya merah serta dipadu rok mini merah, kulitnya putih bersih karena masih ada keturunan tionghoa. Saya perkirakan umurnya masih muda sekitar 26 tahunan.

"Permisi Bu.."
"Selamat pagi, silakan duduk" sapanya ramah mempersilakan saya duduk di sofa yang cuma dibatasi dengan meja kecil hingga kami saling berhadapan.
"Oh ya, kenalkan saya Grace"
"Andi Bu" jawab saya sambil bersalaman dengannya.
"Panggil Mbak aja ya"
"Iya.. Mbak"

Setelah acara tanya jawab mengenai bidang yang saya lamar dan bagaimana tanggapan dari perusahaan, akhirnya sampailah pada pertanyaan yang terakhir.

"Dulu apa pekerjaannya, Andi?" tanya Grace sambil menopangkan sebelah kakinya yang putih itu.

Duh cantiknya cewek ini, udah putih, cantik lagi seperti artis Mandarin di Hongkong itu, pikirku. Kuperkirakan tingginya 170 cm/56 kg dengan pinggang yang langsing, pokoknya seksi deh.

"Sampai sekarang sih masih sebagai free guide" jawab saya jujur.
"Maksudnya..?"
"Pemandu tour lepasan untuk turis domestik, begitu"
"Oh gitu, sebetulnya perusahaan ini membutuhkan orang yang berkualitas tinggi"
"Jadi maaf ya, Andi belum bisa memenuhi syarat yang ditentukan perusahaan"
"Nggak apa-apa kok Mbak, saya bisa menerimanya"
"Oh ya, saya cuma sebentar di Lombok ini, kira-kira dua mingguan"
"Maksud Mbak..?" tanya saya nggak ngerti.
"Kalo saya minta Andi menjadi tour guide saya selama dua minggu, berapa biayanya?"
"Terserah Mbak aja, pokoknya ditanggung puas deh jalan-jalan ke pulau Lombok" jawab saya senang, meskipun tidak dapat pekerjaan tapi ada order nih, cantik lagi.
"Besok ya, jam 09.00 di hotel Senggigi Beach, saya tunggu"
"Ya Mbak, pasti saya datang"
"Permisi Mbak"
"Ya, silakan" jawab Mbak Grace mengantar saya keluar ruangan.

*****

Tepat jam 09.20 esoknya, saya sampai di hotel Senggigi Beach tempat Mbak Grace menginap.

"Selamat pagi Mbak, kamar Mbak Grace yang mana ya?" tanya saya pada recepsionis hotel itu.
"Oh, Pak Andi ya, sudah ditunggu di lobi hotel sama Ibu Grace"
"Terima kasih Mbak"
"Sama-sama"

Ternyata Mbak Grace sudah menunggu di lobi dengan kaos ketat berwarna biru hingga samar-samar kelihatan payudaranya yang masih terbungkus BH menonjol di balik kaos gaulnya dan dipadu celana panjang jins, kelihatannya jauh sekali dari formalitas.

"Maaf Mbak, kelamaan nunggu ya?"
"Nggak apa-apa kok, tapi panggil Grace aja ya"
"Ya Mbak.. E.. Eh.. Grace"
"Andi, bisa nyopir khan?"
"Bisa.. emangnya kenapa"
"Tadi saya pinjam mobil kantor untuk jalan-jalan"
"Oh, bisa kok Mbak, jadi kita nggak perlu pake taksi"
"Grace pengin liat tempat gerabah dulu ya"
"Ya, ayo kita berangkat sekarang" ajak saya sambil menggandeng tangannya, rupanya Grace tidak keberatan saya gandeng tanggannya yang putih mulus itu.

Pada jam 09.40 kami berangkat ke desa Banyumulek, tempat gerabah khas Lombok yang luarnya memakai anyaman rotan itu, jaraknya di luar kota Mataram. Setelah sampai, Grace membeli beberapa gerabah hingga jam 12.10 dan kami kembali lagi ke Mataram untuk makan siang.

"Terus mau kemana lagi Grace?" tanya saya padanya dalam mobil yang akan menuju hotel.
"Temenin saya berenang yuk"
"Ayo, tapi saya nggak bawa baju renang nich"
"Ah, gampang nanti saya beliin, gimana?"
"OK boss"

Maka sampailah kami di hotel Senggigi Beach, ternyata kolam renang tidak begitu ramai dengan orang, cuma ada beberapa bule sedang berjemur.

"Tunggu di sini ya Ndi, saya mau ganti baju dulu" celoteh Grace sambil berlalu ke ruang ganti.

Setelah beberapa saat, wow.. Grace sudah berganti dengan baju renang yang seksi sekali, berwarna putih selaras dengan kulitnya dan payudaranya menonjol dari balik baju renangnya.

"Ayo Ndi, kok bengong aja" katanya mengagetkan saya dan kami pun berenang di dalam kolam yang cukup besar itu.

Kami berenang sampai jam 17.10 sore dan lalu Grace mengajak saya mengakhiri dulu acara renangnya.

"Sampai besok ya Ndi"
"Ya, sampai besok Grace" jawab saya sambil menelan ludah karena membayangkan betapa putih dan seksinya Grace memakai pakaian renangnya itu.

Beruntung sekali jika saya bisa memeluk atau bahkan making love dengannya. Ah tapi itu cuma angan-angan saya saja. Hari berikutnya saya antar Grace ke pemandian alam Suranadi, tempat air awet muda di Narmada, dan beberapa tempat wisata lainnya.

"Kita ke mall yuk" ajak Grace sambil menggandeng tangan saya mesra bagai sepasang kekasih saja.
"Ada acara apa nich ke mall?" tanya saya sambil melirik Grace yang duduk dengan santai dan seenaknya, bahkan kadang-kadang rok mininya memperlihatkan hampir separuh lebih pahanya yang putih mulus hingga si boy jadi tidak tenang, kapan ya bisa bergesekan dengannya, pasti sedap, pikirku.
"Saya mau beli pakaian atas nich" jawabnya.

Selama sepuluh hari berlalu, kami sudah menjadi akrab sekali. Siang itu Grace mengenakan kaos ketat putih bergambar panda yang dipadu dengan rok jins mini berwarna biru dengan sabuknya yang besar, saya tidak tahu apakah ini model baju gaul jaman sekarang atau kreasi Grace sendiri. Mall Cilinaya itu sungguh ramai pada saat hari Minggu, hingga saya bisa menggandeng pinggang Grace yang ramping itu dan wangi tubuhnya sungguh harum sekali. Rupanya Grace tidak keberatan saya peluk pinggangnya. Ini baru lumayan, pelan-pelan ada kesempatan nih, pembaca.

"Kita cari baju yuk" ajaknya ke toko baju dalam mall tersebut.
"Okey.."
"Ini bagus nggak Ndi?" tanyanya sambil memperlihatkan hem merah.
"Bagus juga kok Grace, cobain aja" jawabku.
"Iya deh" jawabnya sambil menuju ruang ganti.

Tentu saja saya mengikutinya dan membantu menutup kain tempat mencoba baju itu, namun yang membuat saya berdebar-debar, ternyata ada celah sedikit untuk mengintip ruang ganti itu, mungkin saja Grace tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Pertama-tama Grace membuka kaos ketat warna putihnya hingga sekarang tampak kelihatan BH warna kuningnya yang sungguh indah, membuat si boy langsung berdiri, kemudian ia mencoba hem merah itu dan ternyata pas sekali dengan bentuk tubuh Grace. Setelah cocok dan membayar harganya, saya mengajak Grace mencoba naik cidomo (semacam dokar yang ditarik oleh kuda), sedangkan mobil masih diparkir di Mall supaya aman.

"Gimana Grace, rasanya naik cidomo?" tanya saya sambil memperhatikan rok mininya yang tadi agak tersingkap pada saat naik cidomo hingga kelihatan sedikit celana dalamnya yang berwarna putih polos. Si boy langsung berdiri hingga celana jins saya jadi sesak.
"Lucu ya, naik cidomo begini"
"Ya, ini namanya kendaraan tradisional khas daerah sini"
"Oh, gitu.."

Setelah bolak balik naik cidomo, kami kembali ke hotel supaya Grace bisa beristirahat.

"Ndi, kamu tadi ngintip saya ya?" tanya Grace tiba-tiba sambil menatap saya lekat.
"E.. Eh.. Ya.. Nggak sengaja kok" kata saya tergagap-gagap karena kaget bahwa Grace tahu tadi saya memperhatikan wilayah pribadinya. Saya pasrah saja kalau akan dimaki atau bahkan diusir.
"Mmh.. Gitu ya"
"Maaf ya Grace, saya nggak sengaja kok, kalo Grace nggak suka saya bisa pergi sekarang kok" jawab saya sambil akan meninggalkannya.
"Tunggu.. Ndi, sebetulnya Grace nggak apa-apa kok"
"Terima kasih kalo begitu" jawab saya yang tidak jadi meninggalkannya, bahkan sempat duduk di hadapannya kembali.
"Gimana badannya Grace?" tanyanya lagi dengan antusias.

Wah ada kesempatan lagi, saya ingin berusaha membujuk Grace supaya mau making love dengan saya siang ini, paling-paling ditolak atau diusir, itu resikonya.

"Seksi sekali" jawabku.
"Yang bener" tanyanya memastikan.
"Abis bodinya Grace seksi sich, rajin fitness ya"
"Iya, ini akibat latihan fitness"
"Ndi, masuk kamar yuk, soalnya panas di luar" ajak Grace tiba-tiba sambil menggandeng tangan saya masuk kamar kelas VIP itu, sungguh kamar yang bagus sekali.

Tiba-tiba HP Grace berdering, dan Grace menjawab HP-nya sambil duduk di sofa. Wow, sekarang dengan jelas sekali kelihatan CD-nya yang berwarna putih karena duduknya yang agak membuka kedua pahanya itu. Sungguh pemandangan yang indah sekali. Setelah Grace menutup HP-nya, Grace menatap saya dengan pandangan yang lain.

"Ada apa Grace?" tanya saya sambil duduk di sampingnya.
"Mungkin satu atau dua hari lagi saya kembali ke Jakarta" jawabnya sambil menyandarkan kepalanya pada pundak saya.
"Lho, kok cepat sekali" tanya saya sambil mengelus pundak kirinya pelan.
"Biasa, panggilan dari bos besar.." jawabya sambil mengusap-ngusap paha kiri saya dengan mesra.
"Gimana kalo sekarang, Andi kasih hadiah"
"Hadiah apa, pasti asyik nih?" celoteh Grace penasaran sambil menatap saya serius.
"Gimana, kalo hadiahnya berupa ciuman"
"Hush, ngawur kamu, khan udah kukasih liat" celotehnya sambil nyengir.
"Lho, ini khan ada rasanya" jawab saya nggak mau kalah sambil tangan kanan saya mengusap-usap pipinya yang putih mulus.
"Geli tau.." tolaknya manja.
"Lama-lama enak kok" rayu saya sambil mencium lehernya, bahkan menjilatinya sedikit demi sedikit supaya Grace merasakan rangsangan.
"Jang.. An.. Ndi.. Kamu.. Nakal.." sentak Grace sambil mendorong tubuh saya, namun dorongannya malah membuat kami berdua jatuh ke sofa dengan posisi saya menindih Grace.

Kesempatan itu tak saya sia-siakan karena langsung saja saya cium bibirnya yang merah basah. Beberapa saat Grace masih memberontak lemah dan pergumulan itu semakin membuat tangan kanan saya menekan-nekan payudaranya yang masih terbungkus kaos dan tangan kiri saya memegang kepalanya.

"Mmh.." guman Grace karena mulutnya penuh oleh lidah saya yang berusaha membelitnya dan kembali ke lehernya yang putih bersih, terus menjilatinya dengan gemas.
"Sst.. Jann.. Ngan.. Sst.." celotehan dan sedikit rintihan Grace membuat saya tahu bawah Grace sekarang agak terangsang, dan perlawanannya sudah mulai semakin lemah.
"Aduh.. Sst.. Ndi.. Pelan-pelan.." rintihnya sambil memegang tangan saya yang sedang meremas payudaranya.

Bersambung . . . .

0 Pesiar bersama Grace - 2

Tangan saya kembali bergerilya ke bawah punggungnya, dan berusaha melepas BH putihnya hingga akhirnya lepas juga. Dengan tiba-tiba BH itu disentak oleh Grace sendiri hingga lepas ke lantai dan menarik kaosnya hingga ke atas. Tampak jelas payudaranya yang putih mulus dengan putingnya yang sudah berdiri kencang.

"Ndi.. Pakai kondom ya..?" pinta Grace sambil meraba-raba si boy dengan pelan.
"Ya Grace.." jawab saya sambil membuka kondom yang sudah saya persiapkan dari tadi. Grace sekarang sudah melepas kaos ketatnya hingga tinggal tersisa rok mini dan CD putihnya.
"Tunggu Grace, biar saya saja yang nanti melepasnya" cegah saya saat melihatnya akan membuka roknya, dan sekarang saya juga sudah membuka pakaian dan celana panjang hingga bugil tinggal tersisa CD saja.
"Ini rahasia kita berdua lho" bisik Grace sambil menatap saya tajam dan saya lihat di matanya ada keinginan yang terpendam dan sudah lama tak tersalurkan.
"Oke boss.." jawab saya sambil menciumnya dengan hangat dan disambut dengan gemas oleh Grace, bahkan tangan saya dengan bebas meremas payudaranya yang kiri dan kanan secara bergantian. Kemudian ciuman saya turun ke payudaranya dan melumatnya, menghisap bahkan menggigit putingnya hingga Grace merintih. Itu saya lakukan selama beberapa menit.
"Sst.. mmh.. terus.. sst.. ke bawah.. dikit.. sst.." pinta Grace sambil merintih tidak karuan sambil mendorong kepala saya memintaku mencium dan menjilat pusarnya.

Tangan kanan saya juga aktif merayap pada pahanya dan semakin naik ke bawah hingga masuk ke dalam roknya dan menyentuh vaginanya yang terbungkus CD. Saya usap-usap beberapa menit, kemudian tangan saya masukkan ke dalam CD putihnya dan mengorek-ngorek lubang vaginanya hingga mengeluarkan cairan.

"Sst.. Ndi.. Aduh.. Geli.. Sst.." rintih Grace sambil berusaha membuka roknya. Karena birahinya sudah cukup tinggi, saya bantu untuk membuka rok beserta CD-nya hingga Grace bugil sama sekali dan kelihatan bodinya yang padat dan montok.
"Ayo Ndi, buka juga dong, kok bengong.." pinta Grace tidak sabar sambil membuka CD saya dan keluarlah si boy dengan tegaknya. Grace sampai tercengang melihat si boy yang agak bengkok ini.

Bagaimana saya tidak bengong melihat cewek cantik putih mulus dan seksi di hadapan saya dengan ukuran payudara 34B ini. Kami sama-sama bugil sekarang dan saya mengambil posisi agak berjongkok untuk menghisap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus dan tercukur rapi, sedangkan Grace tiduran di sofa sambil membuka pahanya agak lebar.

"Lho, kok bengong" tanya Grace sambil membimbing kepalaku agar lebih dekat pada vaginanya.
"Ehh.." jawabku kaget tapi cuma sesaat karena berikutnya, vaginanya sudah saya jilat, yang pada awalnya baru pada bibir vagina dan lama-kelamaan pada lubang vaginanya mencari biji kacangnya serta menghisapnya lebih keras, bahkan bulu-bulu halusnya juga ikut tersapu dengan jilatan dan hisapan saya.
"Sst.. Oh.. Yes.. Sst.. Mmh.." rintih Grace panjang sambil menggerakkan pinggulnya ke atas sampai wajah saya terbenam semua dalam permukaan vaginanya. Sementara tangan kiri saya meremas-remas payudaranya silih berganti dengan dibantu tangan Grace sendiri.
"Sst.. Teru.. Ss.. Ndi.. Sstss.. Mmh.. Sst.. Saya.. Kelu.. Ar.. Arkh.." jerit Grace karena dengan tiba-tiba menjepit kepala saya dengan kedua pahanya.

Rupanya Grace telah mengalami orgasmenya yang pertama karena saya tahu begitu banyak cairannya yang keluar.

"Grace, mau nggak isep si boy?" tanya saya menghentikan gerakan menghisap cairan vaginanya sambil menyodorkan si boy padanya.
"Mmh.. Gimana ya, Grace belum pernah tuch" jawabnya sangsi karena mungkin Grace memang belum pernah menghisap kemaluan cowok.
"Gini, kuajarin, Grace lumat aja dan jilat dulu kepalanya ya" bujuk saya sambil membimbing Grace duduk di sofa dan saya berdiri di hadapannya mengulurkan kontol. Tangan kanannya saya arahkan untuk memegang kontol saya dan memintanya mengocok pelan.
"Begini ya..?" tanya Grace sambil mengocok kontol saya pelan dan mengurutnya hingga si boy semakin keras saja.

Rupanya si Grace cepat belajarnya, dan saya semakin menikmatinya.

"Bagus.. Sekarang kulum Grace.. Sst.. Ya.. Gitu.." pinta saya lirih karena dengan cepatnya Grace mengulum kepala kontol saya dan semakin lama semakin ke dalam hingga kontol saya sampai masuk semua pada mulutnya, bahkan kadang-kadang tanpa diminta, Grace menjilati buah zakar saya tanpa jijik dan kembali mengulum dan menghisap kontol saya dengan irama yang kadang cepat kadang pelan.
"Sst.. Udah Grace.. Cukup.." pinta saya karena sudah tidak kuat menahan hisapan Grace yang semakin lama se makin liar saja.
"Ayo Ndi, Grace udah nggak tahan nich.." jawab Grace sambil memasangkan kondom pada kontol saya.

Kemudian Grace rebah telentang lagi di sofa dengan masih memegang kontolku yang sudah memakai kondom dan mengarahkannya pada bibir vaginanya. Kontol saya gesek-gesekkan dulu pada bibir vaginanya untuk pemanasan hingga membuat Grace mendesis kegelian.

"Sst.. Geli.. Ndi.. Udah masukin aja.."
"Auwh.. Sst.. Pelan.. Sst.." jerit Grace karena kepala kontol saya sudah masuk setengah pada vaginanya dan akhirnya masuk semua dalam vaginanya.
"Sst.. Aduh.. Mmh.. Sstss.." rintih Grace begitu kontol saya masuk semua dan menggoyangkan pinggulnya dengan pelan. Saya juga memompa kontol saya keluar masuk vaginanya dengan perlahan dan semakin lama makin cepat.
"Sst.. Ndi.. Mmh.. Sst.. Ce.. Petan.. Sst.." pinta Grace pada saya karena saya memperlambat sodokan kontol saya.
"Mmh.. Nah.. Gitu.. Ter.. Us.. Ssttss.."
"Grace.. En.. Ak.. Nggak.. Sst..?" tanya saya tersengal-sengal karena Grace semakin aktif memutar-mutar pinggulnya, bahkan tangan kanannya memegang pantat saya dan menekannya dengan keras hingga kontol saya semakin dalam masuk ke vaginanya.
"Sstss.. Enak.. Ndi.. Sstt.." jawabnya lirih karena kedua tangan saya silih berganti meremas payudaranya yang kadang-kadang saya isap puting susunya bergantian.
"Sstssrtt.. Udah.. Ndi.. Kelu.. Arin.. Samaan.. Sst.." pinta Grace yang rupanya sudah tidak tahan pada sodokan kontol saya yang keluar masuk makin cepat diimbangi pula dengan cepatnya goyangan pinggul Grace.
"I.. Ya.. Grace.. Sst.." desis saya lirih karena saya dengan kuat juga diputar-diputar oleh pinggul Grace yang kencang itu hingga kontol saya rasanya senut-senut dijepit oleh vaginanya.

Beberapa puluh menit saya dan Grace melakukan making love itu dengan bersemangat hingga kepala Grace menoleh ke kiri-ke kanan tak beraturan. Rupanya pertahanan saya sudah akan bobol dan akhirnya saya memberi aba-aba pada Grace disertai dengan pelukan Grace yang makin kencang.

"Sst.. Ayo.. Grace.. Sst.."
"Ssrtrrsst.. Arkhkk.." jerit Grace melengking sambil menjepit kontol saya dengan erat, disertai sodokan kontolku yang makin cepat dan akhirnya..

Crot.. croot.. croot.. Tiga kali tembakan saya muntahkan dalam vaginanya tapi masih di dalam kondom. Grace akhirnya lunglai sambil memeluk saya dengan hangat.

"Hahh.. Lega rasanya.."
"Gimana rasanya Grace?" tanya saya sambil membelai rambutnya yang harum itu.
"Enak gila" jawabnya sambil tersenyum.

Selama dua hari, sejak kejadian itu saya sering melakukan making love dengan Grace, bahkan sering Grace yang memulai lebih dulu. Akhirnya pada hari terakhir saya mengantar Grace ke bandara Selaparang. Hari masih pagi kira-kira jam 05.25, karena pesawatnya akan berangkat jam 07.00. Mungkin Grace masih ingin curhat pada saya mengenai beberapa hal.

"Wah, masih sepi ya.."
"Iya Grace, baru kita aja yang datang, tapi nggak apalah, kita khan bisa ngobrol" jawab saya santai.
"Iya, ya"

Pagi itu Grace mengenakan hem yang baru dibelinya dan dipadu dengan rok jins mini kesukaannya yang berwarna putih. Setelah mengobrol sekitar lima belas menit, Grace kelihatannya gelisah dan mengajak saya ke toilet wanita.

"Saya tunggu di sini ya"
"Udah ayo masuk, mumpung nggak ada orang" pinta Grace sambil menggandeng tangan saya masuk ke toilet wanita itu.

Lalu kami masuk ke kamar mandi di pojok yang kosong. Gila juga Grace, nanti kalau ada yang tahu bagaimana, pikirku. Belum sempat saya berpikir panjang, Grace sudah melepas celana dalamnya yang berwarna merah dan mendorong saya duduk di atas toilet modern itu.

"Eh.. Grace.. Gimana kalo ada orang nich" jawab saya bingung, tapi akhirnya saya lepas juga celana jins beserta CD saya hingga si boy nongol dengan tegaknya.
"Sst.. Udah diam aja kamu" jawab Grace sambil meremas kontol saya hingga tegak sempurna.
"Tapi belum pake kondom nich"
"Nggak usah, Grace pengin yang original, ayo.." pintanya sambil mengarahkan kontol saya pada vaginanya.

Saya juga membantunya dengan memegang pantatnya hingga masuk semua kontol saya pada vaginanya. Posisi saya yang duduk memangku Grace dan Grace berhadapan dengan saya mengakibatkan tekanan vaginanya lebih terasa.

"Sst.. Ndi.. Ayo.. Cepetan.. Sst.."
"Iya.." jawab saya sambil dengan cepat menyodokkan kontol keluar masuk vaginanya.

Untung saja pagi itu belum ramai oleh penumpang dan toilet itu belum ada yang mendatanginya hingga Grace dan saya bisa making love dengan nikmat yang bercampur dengan perasaan berdebar-debar.

"Sst.. Sayang.. Cepet.. Ssrrtt.." rintih Grace sambil menggoyang pinggulnya dengan liar.
"Sst.. Mmhmm.. Ssrttss.." desisnya.
"Grace.. Sst.." desis saya lirih sambil tangan saya melepas kancing hemnya dan masuk ke dalam BH-nya serta meremas payudaranya dengan pelan, bahkan kadang-kadang saya cium juga bibirnya yang merah basah dengan gemas, yang dibalasnya dengan ciuman yang liar juga.
"Ssrtss.. Ssttrtss.." rintih Grace pelan sambil mempercepat goyangan pinggulnya.

Dan akhirnya kegiatan yang berlangsung kurang lebih 40 menit itu saya akhiri dengan mempercepat sodokan kontol saya dengan cepat hingga akhirnya muncratlah lahar putih saya dalam vaginanya dengan keras tanpa penghalang kondom.

"Sst.. Arkhkk.." jerit Grace sambil memeluk saya dengan erat karena bersamaan dengan keluarnya lahar putih saya, juga keluar lahar putih dari Grace. Hingga beberapa saat saya dan Grace masih menikmati sensasi itu dengan berciuman lembut.
"Trim's ya Ndi.."
"Sama-sama Grace, kapan-kapan main-main ke Lombok lagi ya" jawab saya sambil membereskan celana dan baju, begitu pula dengan Grace yang mengganti celana dalamnya dengan yang berwarna hijau lumut.

Setelah rapi, saya dan Grace keluar toilet untuk mengobrol lagi menunggu pesawat yang masih belum berangkat juga. Beberapa saat kemudian baru Grace berangkat ke Jakarta dengan membawa dan meninggalkan sejuta kenangan. Selamat jalan Grace, terima kasih atas amplop dan kenangannya serta ijinmu agar saya bisa mengirimkan cerita pengalaman kita berdua ini, salam sayang dari sahabatmu Andi. Jangan lupa ya kirim komentarmu atas cerita saya ini.

Tamat

0 Pesiar bersama Grace - 2

Tangan saya kembali bergerilya ke bawah punggungnya, dan berusaha melepas BH putihnya hingga akhirnya lepas juga. Dengan tiba-tiba BH itu disentak oleh Grace sendiri hingga lepas ke lantai dan menarik kaosnya hingga ke atas. Tampak jelas payudaranya yang putih mulus dengan putingnya yang sudah berdiri kencang.

"Ndi.. Pakai kondom ya..?" pinta Grace sambil meraba-raba si boy dengan pelan.
"Ya Grace.." jawab saya sambil membuka kondom yang sudah saya persiapkan dari tadi. Grace sekarang sudah melepas kaos ketatnya hingga tinggal tersisa rok mini dan CD putihnya.
"Tunggu Grace, biar saya saja yang nanti melepasnya" cegah saya saat melihatnya akan membuka roknya, dan sekarang saya juga sudah membuka pakaian dan celana panjang hingga bugil tinggal tersisa CD saja.
"Ini rahasia kita berdua lho" bisik Grace sambil menatap saya tajam dan saya lihat di matanya ada keinginan yang terpendam dan sudah lama tak tersalurkan.
"Oke boss.." jawab saya sambil menciumnya dengan hangat dan disambut dengan gemas oleh Grace, bahkan tangan saya dengan bebas meremas payudaranya yang kiri dan kanan secara bergantian. Kemudian ciuman saya turun ke payudaranya dan melumatnya, menghisap bahkan menggigit putingnya hingga Grace merintih. Itu saya lakukan selama beberapa menit.
"Sst.. mmh.. terus.. sst.. ke bawah.. dikit.. sst.." pinta Grace sambil merintih tidak karuan sambil mendorong kepala saya memintaku mencium dan menjilat pusarnya.

Tangan kanan saya juga aktif merayap pada pahanya dan semakin naik ke bawah hingga masuk ke dalam roknya dan menyentuh vaginanya yang terbungkus CD. Saya usap-usap beberapa menit, kemudian tangan saya masukkan ke dalam CD putihnya dan mengorek-ngorek lubang vaginanya hingga mengeluarkan cairan.

"Sst.. Ndi.. Aduh.. Geli.. Sst.." rintih Grace sambil berusaha membuka roknya. Karena birahinya sudah cukup tinggi, saya bantu untuk membuka rok beserta CD-nya hingga Grace bugil sama sekali dan kelihatan bodinya yang padat dan montok.
"Ayo Ndi, buka juga dong, kok bengong.." pinta Grace tidak sabar sambil membuka CD saya dan keluarlah si boy dengan tegaknya. Grace sampai tercengang melihat si boy yang agak bengkok ini.

Bagaimana saya tidak bengong melihat cewek cantik putih mulus dan seksi di hadapan saya dengan ukuran payudara 34B ini. Kami sama-sama bugil sekarang dan saya mengambil posisi agak berjongkok untuk menghisap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus dan tercukur rapi, sedangkan Grace tiduran di sofa sambil membuka pahanya agak lebar.

"Lho, kok bengong" tanya Grace sambil membimbing kepalaku agar lebih dekat pada vaginanya.
"Ehh.." jawabku kaget tapi cuma sesaat karena berikutnya, vaginanya sudah saya jilat, yang pada awalnya baru pada bibir vagina dan lama-kelamaan pada lubang vaginanya mencari biji kacangnya serta menghisapnya lebih keras, bahkan bulu-bulu halusnya juga ikut tersapu dengan jilatan dan hisapan saya.
"Sst.. Oh.. Yes.. Sst.. Mmh.." rintih Grace panjang sambil menggerakkan pinggulnya ke atas sampai wajah saya terbenam semua dalam permukaan vaginanya. Sementara tangan kiri saya meremas-remas payudaranya silih berganti dengan dibantu tangan Grace sendiri.
"Sst.. Teru.. Ss.. Ndi.. Sstss.. Mmh.. Sst.. Saya.. Kelu.. Ar.. Arkh.." jerit Grace karena dengan tiba-tiba menjepit kepala saya dengan kedua pahanya.

Rupanya Grace telah mengalami orgasmenya yang pertama karena saya tahu begitu banyak cairannya yang keluar.

"Grace, mau nggak isep si boy?" tanya saya menghentikan gerakan menghisap cairan vaginanya sambil menyodorkan si boy padanya.
"Mmh.. Gimana ya, Grace belum pernah tuch" jawabnya sangsi karena mungkin Grace memang belum pernah menghisap kemaluan cowok.
"Gini, kuajarin, Grace lumat aja dan jilat dulu kepalanya ya" bujuk saya sambil membimbing Grace duduk di sofa dan saya berdiri di hadapannya mengulurkan kontol. Tangan kanannya saya arahkan untuk memegang kontol saya dan memintanya mengocok pelan.
"Begini ya..?" tanya Grace sambil mengocok kontol saya pelan dan mengurutnya hingga si boy semakin keras saja.

Rupanya si Grace cepat belajarnya, dan saya semakin menikmatinya.

"Bagus.. Sekarang kulum Grace.. Sst.. Ya.. Gitu.." pinta saya lirih karena dengan cepatnya Grace mengulum kepala kontol saya dan semakin lama semakin ke dalam hingga kontol saya sampai masuk semua pada mulutnya, bahkan kadang-kadang tanpa diminta, Grace menjilati buah zakar saya tanpa jijik dan kembali mengulum dan menghisap kontol saya dengan irama yang kadang cepat kadang pelan.
"Sst.. Udah Grace.. Cukup.." pinta saya karena sudah tidak kuat menahan hisapan Grace yang semakin lama se makin liar saja.
"Ayo Ndi, Grace udah nggak tahan nich.." jawab Grace sambil memasangkan kondom pada kontol saya.

Kemudian Grace rebah telentang lagi di sofa dengan masih memegang kontolku yang sudah memakai kondom dan mengarahkannya pada bibir vaginanya. Kontol saya gesek-gesekkan dulu pada bibir vaginanya untuk pemanasan hingga membuat Grace mendesis kegelian.

"Sst.. Geli.. Ndi.. Udah masukin aja.."
"Auwh.. Sst.. Pelan.. Sst.." jerit Grace karena kepala kontol saya sudah masuk setengah pada vaginanya dan akhirnya masuk semua dalam vaginanya.
"Sst.. Aduh.. Mmh.. Sstss.." rintih Grace begitu kontol saya masuk semua dan menggoyangkan pinggulnya dengan pelan. Saya juga memompa kontol saya keluar masuk vaginanya dengan perlahan dan semakin lama makin cepat.
"Sst.. Ndi.. Mmh.. Sst.. Ce.. Petan.. Sst.." pinta Grace pada saya karena saya memperlambat sodokan kontol saya.
"Mmh.. Nah.. Gitu.. Ter.. Us.. Ssttss.."
"Grace.. En.. Ak.. Nggak.. Sst..?" tanya saya tersengal-sengal karena Grace semakin aktif memutar-mutar pinggulnya, bahkan tangan kanannya memegang pantat saya dan menekannya dengan keras hingga kontol saya semakin dalam masuk ke vaginanya.
"Sstss.. Enak.. Ndi.. Sstt.." jawabnya lirih karena kedua tangan saya silih berganti meremas payudaranya yang kadang-kadang saya isap puting susunya bergantian.
"Sstssrtt.. Udah.. Ndi.. Kelu.. Arin.. Samaan.. Sst.." pinta Grace yang rupanya sudah tidak tahan pada sodokan kontol saya yang keluar masuk makin cepat diimbangi pula dengan cepatnya goyangan pinggul Grace.
"I.. Ya.. Grace.. Sst.." desis saya lirih karena saya dengan kuat juga diputar-diputar oleh pinggul Grace yang kencang itu hingga kontol saya rasanya senut-senut dijepit oleh vaginanya.

Beberapa puluh menit saya dan Grace melakukan making love itu dengan bersemangat hingga kepala Grace menoleh ke kiri-ke kanan tak beraturan. Rupanya pertahanan saya sudah akan bobol dan akhirnya saya memberi aba-aba pada Grace disertai dengan pelukan Grace yang makin kencang.

"Sst.. Ayo.. Grace.. Sst.."
"Ssrtrrsst.. Arkhkk.." jerit Grace melengking sambil menjepit kontol saya dengan erat, disertai sodokan kontolku yang makin cepat dan akhirnya..

Crot.. croot.. croot.. Tiga kali tembakan saya muntahkan dalam vaginanya tapi masih di dalam kondom. Grace akhirnya lunglai sambil memeluk saya dengan hangat.

"Hahh.. Lega rasanya.."
"Gimana rasanya Grace?" tanya saya sambil membelai rambutnya yang harum itu.
"Enak gila" jawabnya sambil tersenyum.

Selama dua hari, sejak kejadian itu saya sering melakukan making love dengan Grace, bahkan sering Grace yang memulai lebih dulu. Akhirnya pada hari terakhir saya mengantar Grace ke bandara Selaparang. Hari masih pagi kira-kira jam 05.25, karena pesawatnya akan berangkat jam 07.00. Mungkin Grace masih ingin curhat pada saya mengenai beberapa hal.

"Wah, masih sepi ya.."
"Iya Grace, baru kita aja yang datang, tapi nggak apalah, kita khan bisa ngobrol" jawab saya santai.
"Iya, ya"

Pagi itu Grace mengenakan hem yang baru dibelinya dan dipadu dengan rok jins mini kesukaannya yang berwarna putih. Setelah mengobrol sekitar lima belas menit, Grace kelihatannya gelisah dan mengajak saya ke toilet wanita.

"Saya tunggu di sini ya"
"Udah ayo masuk, mumpung nggak ada orang" pinta Grace sambil menggandeng tangan saya masuk ke toilet wanita itu.

Lalu kami masuk ke kamar mandi di pojok yang kosong. Gila juga Grace, nanti kalau ada yang tahu bagaimana, pikirku. Belum sempat saya berpikir panjang, Grace sudah melepas celana dalamnya yang berwarna merah dan mendorong saya duduk di atas toilet modern itu.

"Eh.. Grace.. Gimana kalo ada orang nich" jawab saya bingung, tapi akhirnya saya lepas juga celana jins beserta CD saya hingga si boy nongol dengan tegaknya.
"Sst.. Udah diam aja kamu" jawab Grace sambil meremas kontol saya hingga tegak sempurna.
"Tapi belum pake kondom nich"
"Nggak usah, Grace pengin yang original, ayo.." pintanya sambil mengarahkan kontol saya pada vaginanya.

Saya juga membantunya dengan memegang pantatnya hingga masuk semua kontol saya pada vaginanya. Posisi saya yang duduk memangku Grace dan Grace berhadapan dengan saya mengakibatkan tekanan vaginanya lebih terasa.

"Sst.. Ndi.. Ayo.. Cepetan.. Sst.."
"Iya.." jawab saya sambil dengan cepat menyodokkan kontol keluar masuk vaginanya.

Untung saja pagi itu belum ramai oleh penumpang dan toilet itu belum ada yang mendatanginya hingga Grace dan saya bisa making love dengan nikmat yang bercampur dengan perasaan berdebar-debar.

"Sst.. Sayang.. Cepet.. Ssrrtt.." rintih Grace sambil menggoyang pinggulnya dengan liar.
"Sst.. Mmhmm.. Ssrttss.." desisnya.
"Grace.. Sst.." desis saya lirih sambil tangan saya melepas kancing hemnya dan masuk ke dalam BH-nya serta meremas payudaranya dengan pelan, bahkan kadang-kadang saya cium juga bibirnya yang merah basah dengan gemas, yang dibalasnya dengan ciuman yang liar juga.
"Ssrtss.. Ssttrtss.." rintih Grace pelan sambil mempercepat goyangan pinggulnya.

Dan akhirnya kegiatan yang berlangsung kurang lebih 40 menit itu saya akhiri dengan mempercepat sodokan kontol saya dengan cepat hingga akhirnya muncratlah lahar putih saya dalam vaginanya dengan keras tanpa penghalang kondom.

"Sst.. Arkhkk.." jerit Grace sambil memeluk saya dengan erat karena bersamaan dengan keluarnya lahar putih saya, juga keluar lahar putih dari Grace. Hingga beberapa saat saya dan Grace masih menikmati sensasi itu dengan berciuman lembut.
"Trim's ya Ndi.."
"Sama-sama Grace, kapan-kapan main-main ke Lombok lagi ya" jawab saya sambil membereskan celana dan baju, begitu pula dengan Grace yang mengganti celana dalamnya dengan yang berwarna hijau lumut.

Setelah rapi, saya dan Grace keluar toilet untuk mengobrol lagi menunggu pesawat yang masih belum berangkat juga. Beberapa saat kemudian baru Grace berangkat ke Jakarta dengan membawa dan meninggalkan sejuta kenangan. Selamat jalan Grace, terima kasih atas amplop dan kenangannya serta ijinmu agar saya bisa mengirimkan cerita pengalaman kita berdua ini, salam sayang dari sahabatmu Andi. Jangan lupa ya kirim komentarmu atas cerita saya ini.

Tamat

0 Pesiar bersama Grace - 2

Tangan saya kembali bergerilya ke bawah punggungnya, dan berusaha melepas BH putihnya hingga akhirnya lepas juga. Dengan tiba-tiba BH itu disentak oleh Grace sendiri hingga lepas ke lantai dan menarik kaosnya hingga ke atas. Tampak jelas payudaranya yang putih mulus dengan putingnya yang sudah berdiri kencang.

"Ndi.. Pakai kondom ya..?" pinta Grace sambil meraba-raba si boy dengan pelan.
"Ya Grace.." jawab saya sambil membuka kondom yang sudah saya persiapkan dari tadi. Grace sekarang sudah melepas kaos ketatnya hingga tinggal tersisa rok mini dan CD putihnya.
"Tunggu Grace, biar saya saja yang nanti melepasnya" cegah saya saat melihatnya akan membuka roknya, dan sekarang saya juga sudah membuka pakaian dan celana panjang hingga bugil tinggal tersisa CD saja.
"Ini rahasia kita berdua lho" bisik Grace sambil menatap saya tajam dan saya lihat di matanya ada keinginan yang terpendam dan sudah lama tak tersalurkan.
"Oke boss.." jawab saya sambil menciumnya dengan hangat dan disambut dengan gemas oleh Grace, bahkan tangan saya dengan bebas meremas payudaranya yang kiri dan kanan secara bergantian. Kemudian ciuman saya turun ke payudaranya dan melumatnya, menghisap bahkan menggigit putingnya hingga Grace merintih. Itu saya lakukan selama beberapa menit.
"Sst.. mmh.. terus.. sst.. ke bawah.. dikit.. sst.." pinta Grace sambil merintih tidak karuan sambil mendorong kepala saya memintaku mencium dan menjilat pusarnya.

Tangan kanan saya juga aktif merayap pada pahanya dan semakin naik ke bawah hingga masuk ke dalam roknya dan menyentuh vaginanya yang terbungkus CD. Saya usap-usap beberapa menit, kemudian tangan saya masukkan ke dalam CD putihnya dan mengorek-ngorek lubang vaginanya hingga mengeluarkan cairan.

"Sst.. Ndi.. Aduh.. Geli.. Sst.." rintih Grace sambil berusaha membuka roknya. Karena birahinya sudah cukup tinggi, saya bantu untuk membuka rok beserta CD-nya hingga Grace bugil sama sekali dan kelihatan bodinya yang padat dan montok.
"Ayo Ndi, buka juga dong, kok bengong.." pinta Grace tidak sabar sambil membuka CD saya dan keluarlah si boy dengan tegaknya. Grace sampai tercengang melihat si boy yang agak bengkok ini.

Bagaimana saya tidak bengong melihat cewek cantik putih mulus dan seksi di hadapan saya dengan ukuran payudara 34B ini. Kami sama-sama bugil sekarang dan saya mengambil posisi agak berjongkok untuk menghisap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus dan tercukur rapi, sedangkan Grace tiduran di sofa sambil membuka pahanya agak lebar.

"Lho, kok bengong" tanya Grace sambil membimbing kepalaku agar lebih dekat pada vaginanya.
"Ehh.." jawabku kaget tapi cuma sesaat karena berikutnya, vaginanya sudah saya jilat, yang pada awalnya baru pada bibir vagina dan lama-kelamaan pada lubang vaginanya mencari biji kacangnya serta menghisapnya lebih keras, bahkan bulu-bulu halusnya juga ikut tersapu dengan jilatan dan hisapan saya.
"Sst.. Oh.. Yes.. Sst.. Mmh.." rintih Grace panjang sambil menggerakkan pinggulnya ke atas sampai wajah saya terbenam semua dalam permukaan vaginanya. Sementara tangan kiri saya meremas-remas payudaranya silih berganti dengan dibantu tangan Grace sendiri.
"Sst.. Teru.. Ss.. Ndi.. Sstss.. Mmh.. Sst.. Saya.. Kelu.. Ar.. Arkh.." jerit Grace karena dengan tiba-tiba menjepit kepala saya dengan kedua pahanya.

Rupanya Grace telah mengalami orgasmenya yang pertama karena saya tahu begitu banyak cairannya yang keluar.

"Grace, mau nggak isep si boy?" tanya saya menghentikan gerakan menghisap cairan vaginanya sambil menyodorkan si boy padanya.
"Mmh.. Gimana ya, Grace belum pernah tuch" jawabnya sangsi karena mungkin Grace memang belum pernah menghisap kemaluan cowok.
"Gini, kuajarin, Grace lumat aja dan jilat dulu kepalanya ya" bujuk saya sambil membimbing Grace duduk di sofa dan saya berdiri di hadapannya mengulurkan kontol. Tangan kanannya saya arahkan untuk memegang kontol saya dan memintanya mengocok pelan.
"Begini ya..?" tanya Grace sambil mengocok kontol saya pelan dan mengurutnya hingga si boy semakin keras saja.

Rupanya si Grace cepat belajarnya, dan saya semakin menikmatinya.

"Bagus.. Sekarang kulum Grace.. Sst.. Ya.. Gitu.." pinta saya lirih karena dengan cepatnya Grace mengulum kepala kontol saya dan semakin lama semakin ke dalam hingga kontol saya sampai masuk semua pada mulutnya, bahkan kadang-kadang tanpa diminta, Grace menjilati buah zakar saya tanpa jijik dan kembali mengulum dan menghisap kontol saya dengan irama yang kadang cepat kadang pelan.
"Sst.. Udah Grace.. Cukup.." pinta saya karena sudah tidak kuat menahan hisapan Grace yang semakin lama se makin liar saja.
"Ayo Ndi, Grace udah nggak tahan nich.." jawab Grace sambil memasangkan kondom pada kontol saya.

Kemudian Grace rebah telentang lagi di sofa dengan masih memegang kontolku yang sudah memakai kondom dan mengarahkannya pada bibir vaginanya. Kontol saya gesek-gesekkan dulu pada bibir vaginanya untuk pemanasan hingga membuat Grace mendesis kegelian.

"Sst.. Geli.. Ndi.. Udah masukin aja.."
"Auwh.. Sst.. Pelan.. Sst.." jerit Grace karena kepala kontol saya sudah masuk setengah pada vaginanya dan akhirnya masuk semua dalam vaginanya.
"Sst.. Aduh.. Mmh.. Sstss.." rintih Grace begitu kontol saya masuk semua dan menggoyangkan pinggulnya dengan pelan. Saya juga memompa kontol saya keluar masuk vaginanya dengan perlahan dan semakin lama makin cepat.
"Sst.. Ndi.. Mmh.. Sst.. Ce.. Petan.. Sst.." pinta Grace pada saya karena saya memperlambat sodokan kontol saya.
"Mmh.. Nah.. Gitu.. Ter.. Us.. Ssttss.."
"Grace.. En.. Ak.. Nggak.. Sst..?" tanya saya tersengal-sengal karena Grace semakin aktif memutar-mutar pinggulnya, bahkan tangan kanannya memegang pantat saya dan menekannya dengan keras hingga kontol saya semakin dalam masuk ke vaginanya.
"Sstss.. Enak.. Ndi.. Sstt.." jawabnya lirih karena kedua tangan saya silih berganti meremas payudaranya yang kadang-kadang saya isap puting susunya bergantian.
"Sstssrtt.. Udah.. Ndi.. Kelu.. Arin.. Samaan.. Sst.." pinta Grace yang rupanya sudah tidak tahan pada sodokan kontol saya yang keluar masuk makin cepat diimbangi pula dengan cepatnya goyangan pinggul Grace.
"I.. Ya.. Grace.. Sst.." desis saya lirih karena saya dengan kuat juga diputar-diputar oleh pinggul Grace yang kencang itu hingga kontol saya rasanya senut-senut dijepit oleh vaginanya.

Beberapa puluh menit saya dan Grace melakukan making love itu dengan bersemangat hingga kepala Grace menoleh ke kiri-ke kanan tak beraturan. Rupanya pertahanan saya sudah akan bobol dan akhirnya saya memberi aba-aba pada Grace disertai dengan pelukan Grace yang makin kencang.

"Sst.. Ayo.. Grace.. Sst.."
"Ssrtrrsst.. Arkhkk.." jerit Grace melengking sambil menjepit kontol saya dengan erat, disertai sodokan kontolku yang makin cepat dan akhirnya..

Crot.. croot.. croot.. Tiga kali tembakan saya muntahkan dalam vaginanya tapi masih di dalam kondom. Grace akhirnya lunglai sambil memeluk saya dengan hangat.

"Hahh.. Lega rasanya.."
"Gimana rasanya Grace?" tanya saya sambil membelai rambutnya yang harum itu.
"Enak gila" jawabnya sambil tersenyum.

Selama dua hari, sejak kejadian itu saya sering melakukan making love dengan Grace, bahkan sering Grace yang memulai lebih dulu. Akhirnya pada hari terakhir saya mengantar Grace ke bandara Selaparang. Hari masih pagi kira-kira jam 05.25, karena pesawatnya akan berangkat jam 07.00. Mungkin Grace masih ingin curhat pada saya mengenai beberapa hal.

"Wah, masih sepi ya.."
"Iya Grace, baru kita aja yang datang, tapi nggak apalah, kita khan bisa ngobrol" jawab saya santai.
"Iya, ya"

Pagi itu Grace mengenakan hem yang baru dibelinya dan dipadu dengan rok jins mini kesukaannya yang berwarna putih. Setelah mengobrol sekitar lima belas menit, Grace kelihatannya gelisah dan mengajak saya ke toilet wanita.

"Saya tunggu di sini ya"
"Udah ayo masuk, mumpung nggak ada orang" pinta Grace sambil menggandeng tangan saya masuk ke toilet wanita itu.

Lalu kami masuk ke kamar mandi di pojok yang kosong. Gila juga Grace, nanti kalau ada yang tahu bagaimana, pikirku. Belum sempat saya berpikir panjang, Grace sudah melepas celana dalamnya yang berwarna merah dan mendorong saya duduk di atas toilet modern itu.

"Eh.. Grace.. Gimana kalo ada orang nich" jawab saya bingung, tapi akhirnya saya lepas juga celana jins beserta CD saya hingga si boy nongol dengan tegaknya.
"Sst.. Udah diam aja kamu" jawab Grace sambil meremas kontol saya hingga tegak sempurna.
"Tapi belum pake kondom nich"
"Nggak usah, Grace pengin yang original, ayo.." pintanya sambil mengarahkan kontol saya pada vaginanya.

Saya juga membantunya dengan memegang pantatnya hingga masuk semua kontol saya pada vaginanya. Posisi saya yang duduk memangku Grace dan Grace berhadapan dengan saya mengakibatkan tekanan vaginanya lebih terasa.

"Sst.. Ndi.. Ayo.. Cepetan.. Sst.."
"Iya.." jawab saya sambil dengan cepat menyodokkan kontol keluar masuk vaginanya.

Untung saja pagi itu belum ramai oleh penumpang dan toilet itu belum ada yang mendatanginya hingga Grace dan saya bisa making love dengan nikmat yang bercampur dengan perasaan berdebar-debar.

"Sst.. Sayang.. Cepet.. Ssrrtt.." rintih Grace sambil menggoyang pinggulnya dengan liar.
"Sst.. Mmhmm.. Ssrttss.." desisnya.
"Grace.. Sst.." desis saya lirih sambil tangan saya melepas kancing hemnya dan masuk ke dalam BH-nya serta meremas payudaranya dengan pelan, bahkan kadang-kadang saya cium juga bibirnya yang merah basah dengan gemas, yang dibalasnya dengan ciuman yang liar juga.
"Ssrtss.. Ssttrtss.." rintih Grace pelan sambil mempercepat goyangan pinggulnya.

Dan akhirnya kegiatan yang berlangsung kurang lebih 40 menit itu saya akhiri dengan mempercepat sodokan kontol saya dengan cepat hingga akhirnya muncratlah lahar putih saya dalam vaginanya dengan keras tanpa penghalang kondom.

"Sst.. Arkhkk.." jerit Grace sambil memeluk saya dengan erat karena bersamaan dengan keluarnya lahar putih saya, juga keluar lahar putih dari Grace. Hingga beberapa saat saya dan Grace masih menikmati sensasi itu dengan berciuman lembut.
"Trim's ya Ndi.."
"Sama-sama Grace, kapan-kapan main-main ke Lombok lagi ya" jawab saya sambil membereskan celana dan baju, begitu pula dengan Grace yang mengganti celana dalamnya dengan yang berwarna hijau lumut.

Setelah rapi, saya dan Grace keluar toilet untuk mengobrol lagi menunggu pesawat yang masih belum berangkat juga. Beberapa saat kemudian baru Grace berangkat ke Jakarta dengan membawa dan meninggalkan sejuta kenangan. Selamat jalan Grace, terima kasih atas amplop dan kenangannya serta ijinmu agar saya bisa mengirimkan cerita pengalaman kita berdua ini, salam sayang dari sahabatmu Andi. Jangan lupa ya kirim komentarmu atas cerita saya ini.

Tamat

0 Pesiar bersama Grace - 2

Tangan saya kembali bergerilya ke bawah punggungnya, dan berusaha melepas BH putihnya hingga akhirnya lepas juga. Dengan tiba-tiba BH itu disentak oleh Grace sendiri hingga lepas ke lantai dan menarik kaosnya hingga ke atas. Tampak jelas payudaranya yang putih mulus dengan putingnya yang sudah berdiri kencang.

"Ndi.. Pakai kondom ya..?" pinta Grace sambil meraba-raba si boy dengan pelan.
"Ya Grace.." jawab saya sambil membuka kondom yang sudah saya persiapkan dari tadi. Grace sekarang sudah melepas kaos ketatnya hingga tinggal tersisa rok mini dan CD putihnya.
"Tunggu Grace, biar saya saja yang nanti melepasnya" cegah saya saat melihatnya akan membuka roknya, dan sekarang saya juga sudah membuka pakaian dan celana panjang hingga bugil tinggal tersisa CD saja.
"Ini rahasia kita berdua lho" bisik Grace sambil menatap saya tajam dan saya lihat di matanya ada keinginan yang terpendam dan sudah lama tak tersalurkan.
"Oke boss.." jawab saya sambil menciumnya dengan hangat dan disambut dengan gemas oleh Grace, bahkan tangan saya dengan bebas meremas payudaranya yang kiri dan kanan secara bergantian. Kemudian ciuman saya turun ke payudaranya dan melumatnya, menghisap bahkan menggigit putingnya hingga Grace merintih. Itu saya lakukan selama beberapa menit.
"Sst.. mmh.. terus.. sst.. ke bawah.. dikit.. sst.." pinta Grace sambil merintih tidak karuan sambil mendorong kepala saya memintaku mencium dan menjilat pusarnya.

Tangan kanan saya juga aktif merayap pada pahanya dan semakin naik ke bawah hingga masuk ke dalam roknya dan menyentuh vaginanya yang terbungkus CD. Saya usap-usap beberapa menit, kemudian tangan saya masukkan ke dalam CD putihnya dan mengorek-ngorek lubang vaginanya hingga mengeluarkan cairan.

"Sst.. Ndi.. Aduh.. Geli.. Sst.." rintih Grace sambil berusaha membuka roknya. Karena birahinya sudah cukup tinggi, saya bantu untuk membuka rok beserta CD-nya hingga Grace bugil sama sekali dan kelihatan bodinya yang padat dan montok.
"Ayo Ndi, buka juga dong, kok bengong.." pinta Grace tidak sabar sambil membuka CD saya dan keluarlah si boy dengan tegaknya. Grace sampai tercengang melihat si boy yang agak bengkok ini.

Bagaimana saya tidak bengong melihat cewek cantik putih mulus dan seksi di hadapan saya dengan ukuran payudara 34B ini. Kami sama-sama bugil sekarang dan saya mengambil posisi agak berjongkok untuk menghisap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus dan tercukur rapi, sedangkan Grace tiduran di sofa sambil membuka pahanya agak lebar.

"Lho, kok bengong" tanya Grace sambil membimbing kepalaku agar lebih dekat pada vaginanya.
"Ehh.." jawabku kaget tapi cuma sesaat karena berikutnya, vaginanya sudah saya jilat, yang pada awalnya baru pada bibir vagina dan lama-kelamaan pada lubang vaginanya mencari biji kacangnya serta menghisapnya lebih keras, bahkan bulu-bulu halusnya juga ikut tersapu dengan jilatan dan hisapan saya.
"Sst.. Oh.. Yes.. Sst.. Mmh.." rintih Grace panjang sambil menggerakkan pinggulnya ke atas sampai wajah saya terbenam semua dalam permukaan vaginanya. Sementara tangan kiri saya meremas-remas payudaranya silih berganti dengan dibantu tangan Grace sendiri.
"Sst.. Teru.. Ss.. Ndi.. Sstss.. Mmh.. Sst.. Saya.. Kelu.. Ar.. Arkh.." jerit Grace karena dengan tiba-tiba menjepit kepala saya dengan kedua pahanya.

Rupanya Grace telah mengalami orgasmenya yang pertama karena saya tahu begitu banyak cairannya yang keluar.

"Grace, mau nggak isep si boy?" tanya saya menghentikan gerakan menghisap cairan vaginanya sambil menyodorkan si boy padanya.
"Mmh.. Gimana ya, Grace belum pernah tuch" jawabnya sangsi karena mungkin Grace memang belum pernah menghisap kemaluan cowok.
"Gini, kuajarin, Grace lumat aja dan jilat dulu kepalanya ya" bujuk saya sambil membimbing Grace duduk di sofa dan saya berdiri di hadapannya mengulurkan kontol. Tangan kanannya saya arahkan untuk memegang kontol saya dan memintanya mengocok pelan.
"Begini ya..?" tanya Grace sambil mengocok kontol saya pelan dan mengurutnya hingga si boy semakin keras saja.

Rupanya si Grace cepat belajarnya, dan saya semakin menikmatinya.

"Bagus.. Sekarang kulum Grace.. Sst.. Ya.. Gitu.." pinta saya lirih karena dengan cepatnya Grace mengulum kepala kontol saya dan semakin lama semakin ke dalam hingga kontol saya sampai masuk semua pada mulutnya, bahkan kadang-kadang tanpa diminta, Grace menjilati buah zakar saya tanpa jijik dan kembali mengulum dan menghisap kontol saya dengan irama yang kadang cepat kadang pelan.
"Sst.. Udah Grace.. Cukup.." pinta saya karena sudah tidak kuat menahan hisapan Grace yang semakin lama se makin liar saja.
"Ayo Ndi, Grace udah nggak tahan nich.." jawab Grace sambil memasangkan kondom pada kontol saya.

Kemudian Grace rebah telentang lagi di sofa dengan masih memegang kontolku yang sudah memakai kondom dan mengarahkannya pada bibir vaginanya. Kontol saya gesek-gesekkan dulu pada bibir vaginanya untuk pemanasan hingga membuat Grace mendesis kegelian.

"Sst.. Geli.. Ndi.. Udah masukin aja.."
"Auwh.. Sst.. Pelan.. Sst.." jerit Grace karena kepala kontol saya sudah masuk setengah pada vaginanya dan akhirnya masuk semua dalam vaginanya.
"Sst.. Aduh.. Mmh.. Sstss.." rintih Grace begitu kontol saya masuk semua dan menggoyangkan pinggulnya dengan pelan. Saya juga memompa kontol saya keluar masuk vaginanya dengan perlahan dan semakin lama makin cepat.
"Sst.. Ndi.. Mmh.. Sst.. Ce.. Petan.. Sst.." pinta Grace pada saya karena saya memperlambat sodokan kontol saya.
"Mmh.. Nah.. Gitu.. Ter.. Us.. Ssttss.."
"Grace.. En.. Ak.. Nggak.. Sst..?" tanya saya tersengal-sengal karena Grace semakin aktif memutar-mutar pinggulnya, bahkan tangan kanannya memegang pantat saya dan menekannya dengan keras hingga kontol saya semakin dalam masuk ke vaginanya.
"Sstss.. Enak.. Ndi.. Sstt.." jawabnya lirih karena kedua tangan saya silih berganti meremas payudaranya yang kadang-kadang saya isap puting susunya bergantian.
"Sstssrtt.. Udah.. Ndi.. Kelu.. Arin.. Samaan.. Sst.." pinta Grace yang rupanya sudah tidak tahan pada sodokan kontol saya yang keluar masuk makin cepat diimbangi pula dengan cepatnya goyangan pinggul Grace.
"I.. Ya.. Grace.. Sst.." desis saya lirih karena saya dengan kuat juga diputar-diputar oleh pinggul Grace yang kencang itu hingga kontol saya rasanya senut-senut dijepit oleh vaginanya.

Beberapa puluh menit saya dan Grace melakukan making love itu dengan bersemangat hingga kepala Grace menoleh ke kiri-ke kanan tak beraturan. Rupanya pertahanan saya sudah akan bobol dan akhirnya saya memberi aba-aba pada Grace disertai dengan pelukan Grace yang makin kencang.

"Sst.. Ayo.. Grace.. Sst.."
"Ssrtrrsst.. Arkhkk.." jerit Grace melengking sambil menjepit kontol saya dengan erat, disertai sodokan kontolku yang makin cepat dan akhirnya..

Crot.. croot.. croot.. Tiga kali tembakan saya muntahkan dalam vaginanya tapi masih di dalam kondom. Grace akhirnya lunglai sambil memeluk saya dengan hangat.

"Hahh.. Lega rasanya.."
"Gimana rasanya Grace?" tanya saya sambil membelai rambutnya yang harum itu.
"Enak gila" jawabnya sambil tersenyum.

Selama dua hari, sejak kejadian itu saya sering melakukan making love dengan Grace, bahkan sering Grace yang memulai lebih dulu. Akhirnya pada hari terakhir saya mengantar Grace ke bandara Selaparang. Hari masih pagi kira-kira jam 05.25, karena pesawatnya akan berangkat jam 07.00. Mungkin Grace masih ingin curhat pada saya mengenai beberapa hal.

"Wah, masih sepi ya.."
"Iya Grace, baru kita aja yang datang, tapi nggak apalah, kita khan bisa ngobrol" jawab saya santai.
"Iya, ya"

Pagi itu Grace mengenakan hem yang baru dibelinya dan dipadu dengan rok jins mini kesukaannya yang berwarna putih. Setelah mengobrol sekitar lima belas menit, Grace kelihatannya gelisah dan mengajak saya ke toilet wanita.

"Saya tunggu di sini ya"
"Udah ayo masuk, mumpung nggak ada orang" pinta Grace sambil menggandeng tangan saya masuk ke toilet wanita itu.

Lalu kami masuk ke kamar mandi di pojok yang kosong. Gila juga Grace, nanti kalau ada yang tahu bagaimana, pikirku. Belum sempat saya berpikir panjang, Grace sudah melepas celana dalamnya yang berwarna merah dan mendorong saya duduk di atas toilet modern itu.

"Eh.. Grace.. Gimana kalo ada orang nich" jawab saya bingung, tapi akhirnya saya lepas juga celana jins beserta CD saya hingga si boy nongol dengan tegaknya.
"Sst.. Udah diam aja kamu" jawab Grace sambil meremas kontol saya hingga tegak sempurna.
"Tapi belum pake kondom nich"
"Nggak usah, Grace pengin yang original, ayo.." pintanya sambil mengarahkan kontol saya pada vaginanya.

Saya juga membantunya dengan memegang pantatnya hingga masuk semua kontol saya pada vaginanya. Posisi saya yang duduk memangku Grace dan Grace berhadapan dengan saya mengakibatkan tekanan vaginanya lebih terasa.

"Sst.. Ndi.. Ayo.. Cepetan.. Sst.."
"Iya.." jawab saya sambil dengan cepat menyodokkan kontol keluar masuk vaginanya.

Untung saja pagi itu belum ramai oleh penumpang dan toilet itu belum ada yang mendatanginya hingga Grace dan saya bisa making love dengan nikmat yang bercampur dengan perasaan berdebar-debar.

"Sst.. Sayang.. Cepet.. Ssrrtt.." rintih Grace sambil menggoyang pinggulnya dengan liar.
"Sst.. Mmhmm.. Ssrttss.." desisnya.
"Grace.. Sst.." desis saya lirih sambil tangan saya melepas kancing hemnya dan masuk ke dalam BH-nya serta meremas payudaranya dengan pelan, bahkan kadang-kadang saya cium juga bibirnya yang merah basah dengan gemas, yang dibalasnya dengan ciuman yang liar juga.
"Ssrtss.. Ssttrtss.." rintih Grace pelan sambil mempercepat goyangan pinggulnya.

Dan akhirnya kegiatan yang berlangsung kurang lebih 40 menit itu saya akhiri dengan mempercepat sodokan kontol saya dengan cepat hingga akhirnya muncratlah lahar putih saya dalam vaginanya dengan keras tanpa penghalang kondom.

"Sst.. Arkhkk.." jerit Grace sambil memeluk saya dengan erat karena bersamaan dengan keluarnya lahar putih saya, juga keluar lahar putih dari Grace. Hingga beberapa saat saya dan Grace masih menikmati sensasi itu dengan berciuman lembut.
"Trim's ya Ndi.."
"Sama-sama Grace, kapan-kapan main-main ke Lombok lagi ya" jawab saya sambil membereskan celana dan baju, begitu pula dengan Grace yang mengganti celana dalamnya dengan yang berwarna hijau lumut.

Setelah rapi, saya dan Grace keluar toilet untuk mengobrol lagi menunggu pesawat yang masih belum berangkat juga. Beberapa saat kemudian baru Grace berangkat ke Jakarta dengan membawa dan meninggalkan sejuta kenangan. Selamat jalan Grace, terima kasih atas amplop dan kenangannya serta ijinmu agar saya bisa mengirimkan cerita pengalaman kita berdua ini, salam sayang dari sahabatmu Andi. Jangan lupa ya kirim komentarmu atas cerita saya ini.

Tamat

0 Hilangnya tiga keperawananku

Nama panggilanku Mayang. 21 tahun, bekerja di perusahaan swasta di Jakarta, Aku tergolong wanita dengan wajah biasa-biasa saja dengan tinggi badan 169 cm dan berat 50 kg, rambut seleher, kulit putih, banyak yang bilang aku memiliki bentuk tubuh yang bagus, sangat proposional. Sejak remaja, kehidupan sosialku tergolong cukup 'konservatif'. Berbeda dengan kawan lainnya yang bebas berteman atau berpacaran, sementara aku hanya boleh dikunjungi kawan atau pulang bermain sampai jam 8 malam, terlambat sedikit saja aku akan seperti pesakitan yang diinterogasi polisi oleh orangtua. Setelah bekerja barulah aku mendapat kebebasan.
Akhir Januari '91 adalah pertama kali aku berkenalan dengan Dito (37) cukup unik, salah sambung telpon yang mengakibatkan salah pengertian, sehingga menimbulkan argumentasi yang sengit. Namun setelah menyadari kesalahannya Ia minta maaf berkali-kali, ini dilanjutkan dihari-hari berikutnya, Ia pun kemudian semakin sering menelpon. Dito adalah seorang pimpinan divisi dikantornya, lima tahun menduda. Aku begitu terkesan dengan suaranya yang sangat bersahabat, apalagi banyolan2nya yang segar membuat waktu istirahat dikantor lebih ceria. Aneh rasanya seperti ada sesuatu yang hilang bila Ia tidak menelpon, sialnya, aku tidak berani menghubunginya walau hati kecil mendesak untuk memutar no. telponnya. Tiga bulan sudah kami bertelepon, sepertinya Ia tidak punya keinginan untuk bertemu muka, hal itu membuat aku sangat panasaran.
Aku sangat menunggu saat2 dimana ada kesempatan untuk mengemukakan keinginan untuk bertemu dengannya tanpa harus kehilangan muka. Pucuk dicinta ulam tiba, kata pepatah, suatu saat diakhir minggu-seperti biasanya-Ia menelpon untuk mengatakan "have a nice weekend" Aku memberanikan menanyakan rencananya menghabiskan 'long weekend' karena Seninnya tanggal merah.
"..tidak ada yang spesial, niatnya sih ingin membereskan rumah" jawabnya, aku sendiri baru tahu bahwa Ia tinggal sendiri di paviliun kontrakannya.
"..tidak keberatan kalau dibantu" tanpa sadar aku menawarkan diri. Menyadari kecorobohan ini mukaku memerah, baru saja ingin meralat Dito telah menyambut tawaranku dengan gembira
"..terima kasih sekali, memang rumahku ini perlu sentuhan tangan wanita" ucapnya, aku benar-benar tersipu, alangkah malunya. Bertemu mukanya dengannya memang keinginanku tapi mustinya bukan aku yang memulai, apa pandangannya nanti? Belum lagi sempat mememikirkan cara membatalkannya Dito telah menetapkan waktu "..aku tunggu kamu besok jam 10.00 dirumah" dan memberikan alamat rumahnya.
Keesokan hari, saat sampai dirumahnya aku sempat ragu, rasanya ingin kembali pulang, namun entah kenapa tanganku lebih memilih menekan bel daripada melangkah pulang. Tak lama kemudian dari dalam rumah keluar lelaki berperawakan sedang, berkulit coklat mengenakan jeans dengan T-shirt hitam dengan wajah yang tidak terlalu istimewa namun dihiasi senyum yang sangat menarik
"..Mayang ya" tegurnya sambil membukakan pagar, aku mengangguk dan membalas dengan bertanya "..Dito?" Ia pun mengangguk dan menyalamiku dengan genggaman tangannya kuat sambil menepuk-nepuk lembut punggung telapak tanganku dengan akrab sekali.
Sesampai di ruang tamu bergaya 'Jepang'-tidak ada kursi hanya bantal2 besar dan meja-paviliun kecil dengan kesan lelaki yang sangat kuat. Setengah jam kami berbasa-basi. Ia lebih banyak mendominasi pembicaraan yang benar-benar mencairkan suasana yang agak kikuk, aku hanya terpana melihat Dito berbicara, tawanya yang lepas, dan canda nakalnya yang sering membuat wajahku merona merah, dan kemudian "..ayo kita mulai kerja bakti.." ajaknya sambil tersenyum. Senyum yang aku yakin telah memikat banyak wanita. Aku segera menuju dapur-yang juga sangat lelaki-piring, gelas dan sendok kotor menumpuk, sementara Dino membersihkan kamar tidur yang sekaligus berfungsi sebagai ruang istirahat dengan segala pernik elektronik. Sesekali ia menengokku di dapur dengan celetukan-celetukan lucunya membuat aku tidak dapat menahan tawa. Sambil mencuci aku sempat tersipu-sipu membayangkan kegiatan kami yang layaknya seperti pasangan yang baru menikah.
Jam 1.00 siang 'kerja bakti' tuntas, sebelum permisi untuk mandi Dito memesan pizza lewat telpon untuk makan siang, Ia menyilahkan aku memutar VCD sementara menunggunya mandi. Aku memilih film sekenanya saja karena tidak ada bintang2 filmnya yang familiar. Aku sempat kaget melihat adegan ciuman difilm itu yang berbeda dengan adegan ciuman difilm yang biasa aku tonton dan yang membuat aku terkejut ternyata adegan ciuman itu berlanjut lebih dahsyat lagi. Sambil berciuman tangan pria di film itu mulai meraba-raba paha pasangannya dan semakin naik hingga dibagian sensitif dibalik rok. Mata si wanita terpejam menikmati elusan-elusan itu. Apalagi adegan selanjutnya yang memperlihatkan pria itu menciumi buah dada pasangannya yang saat itu sudah telanjang bulat, aku betul2 terpana! Ingin rasanya mematikan VCDnya tapi rasa ingin tahu akan apa yang terjadi berikutnya membuat aku tidak menekan tombol off di remote control, adegan berikutnya semakin memanas, saat siwanita membuka celana dalam pasangannya aku menahan napas melihat kemaluannya yang panjang dan besar itu dijilati dan dihisap!
Ada rasa aneh yang menjalar ditubuhku, membuat aku duduk dengan gelisah, dan semakin gelisah lagi waktu si pria mulai menyetubuhi pasangannya. Seumur hidup belum pernah aku menyaksikan adegan2 seperti itu, mimik si wanita yang demikian menikmati ditambah lagi desah2annya telah membuat bagian2 sensitif ditubuhku mengeras, tanpa sadar aku pun merapatkan paha dan menggerak-geraknya, napasku pun mulai tidak terartur..saat itulah lamat2 kudengar pintu kamar mandi terbuka, secepat kilat kutekan tombol off di remote control dan mengembalikan piringan VCD ketempatnya. Dan benar, Dito berdiri di sampingku kelihatan lebih segar dan harum
"Kok udah selesai nontonnya?" Tanya Dito.
"Ngga kok aku Cuma denger radio aja" Jawabku berbohong.
Belum lagi berbicara banyak pengantar pizza tiba, "safe by the bell", aku begitu lega karena kuatir Dito mengetahui kebohonganku.
Kami pun menikmati makan siang sambil lesehan dikamarnya yang merangkap ruang istirahat sambil bercengkerama. Berbicara dengannya betul2 mengasyikan, iya tahu betul kapan harus berbicara dan kapan harus menjadi pendengar yang baik, Duduk lesehan membuat rok jeansku sedikit tersingkap, sesekali aku menangkap pandangan Dito yang mencuri tatap kearah pahaku yang putih dan anehnya aku bukannya malu malah sebaliknya menikmati tatapnya.
"Mau nonton VCD" Dito menawarkan, selesai kami makan "Tapi filmnya belum disensor, ngga apa2 kan?" aku mengerti maksudnya dan bingung mau menjawab apa, kebingunganku diartikan 'iya' rupanya, Dito langsung memutar VCD, kami duduk lesehan dengan menyandarkan punggung masing2 ditembok. Kembali adegan2 yang aku lihat tadi muncul dilayar TV 29'nya, hanya saja ceritanya berbeda. Awalnya aku cukup risih juga nonton adegan2 panas itu berdua tapi melihat Dito begitu santai tidak ada tendensi apa2 aku pun mulai relaks dan menikmati film 'panas' itu. Kembali perasaan aneh itu muncul setelah 20 menit melihat adegan yang seronok itu, dan entah bagaimana mulainya tiba-tiba aku merasa bibirnya mengecup lembut leherku, dapat aku rasakan darahku berdesir.
Ya, ampun! aku bukannya mengelak atau marah, malah sebaliknya menikmati kehangatan bibirnya dileherku yang kemudian menjalar kebibirku, kecupan lembutnya perlahan-lahan berubah, Dito mulai mengulum bibirku, aku terpejam ketika merasakan lidahnya menerobos mulutku. Aku bukannya tidak pernah berciuman, tapi yang seperti dilakukan Dito baru pertama aku rasakan dan ini menimbulkan sesuatu yang luar biasa. Belum hilang rasa itu, aku sudah merasakan jilatan lidahnya membasahi leherku yang jenjang, hangat sekali rasanya. "aahh..", Aku mendesah pelan sambil menengadahkan kepalaku, agar lidahnya leluasa melingkar-lingkar di leherku.., menari-nari di situ.., aakkhh.., semakin tak karuan rasanya. Dan tiba-tiba aku merasakan tangannya meremas lembut payudaraku membuat desiran darahku semakin kencang, aku betul2 terangsang, tapi rasa malu ku tiba-tiba menyergap dan aku berusaha melepaskan tangannya dari payudaraku "..Jangan Dit.." pintaku, ia sepertinya bingung
"..Aku belum pernah .." kataku,
"..oh maaf.." Dito sepertinya memahami penolakanku, dan kamipun melewati petang itu dengan nonton sesekali diselingi kehangatan bibirnya.
Menjelang malam aku pun pulang, dan berjanji untuk datang lagi esok hari Minggu. Sampai dirumah aku langsung mandi dan berkurung dikamar membayangkan kejadian di rumah Dito, sesuatu yang belum pernah aku alami dalam hidup, film yang "panas", kecupannya yang membara dengan lidahnya yang menjalar dileher dan remasan tangannya didadaku. Ingin rasanya menghilangkan semuanya itu dari kepalaku, tapi semakin aku ingin membuang semakin kuat bayang2 semua kejadian itu melekat dikepalaku. Tanpa sadar aku mulai menirukan apa yang dilakukan Dito, meng-elus2 dan meremas payudaraku sendiri. Rasa nikmat yang timbul menguasai seluruh tubuhku, semakin lama semakin keras telapak tanganku me-remas2 dan instingku menuntun agar jari-jemari menyentuh puting payudaraku ..dan saat jari-jemariku mulai memilin-milin puting kecil ke-merah2an itu..ngghh..tanpa sadar aku melenguh dan meng-geliat2 kecil, aku sangat menikmatinya sampai tertidur pulas.
Pagi harinya, Minggu yang cerah, aku begitu ceria sarapanpun kuselesaikan dengan secepat kilat tidak sabar rasanya untuk segera memenuhi janji dengan Dito. Tepat jam 10.00 aku sudah dirumahnya
"..Hallo, selamat pagi.." sapaku begitu pintu terbuka.
"..Hai pagi,.." sapanya kembali, Dito tampak segar dan wangi, ia kemudian mengecup kedua pipiku dan memelukku erat, membuat aku agak tersipu dengan penyambutannya.
"..Ayo masuk..temenin aku sarapan ya.."ajaknya sambil menarik tanganku
"..Aku sudah..minum saja.." ia kemudian membuatkan aku teh hangat manis dan duduk berhadapan dengannya di meja makan kecil dengan dua bangku. Seperti biasa Dito yang lebih banyak berbicara dengan gayanya yang memukau.
Selesai sarapan kami masih tetap duduk dimeja makan menghabiskan teh hangat dan kopi sambil berbincang-bincang. Dito sesekali meremas tanganku, kadang membelai pipiku dengan punggung jari2nya.."Kulit kamu halus" celetuknya, aku menunduk tersipu-sipu. Dito mengangkat daguku dan mengecup lembut bibirku, kecupan lembut yang panjang dan secara perlahan berganti dengan lumatan-lumatan panas. Kehangatan bibir dan desiran nafasnya yang menyentuh kulit begitu membangkitkan gairah kewanitaanku. Entah kapan mulainya, tiba-tiba saja kami telah berdiri berpelukan sambil tetap saling melumat dan..lebih liar, aku merasakan lidahnya menggeliat-geliat didalam mulutku. Aku bukan lagi Mayang yang kemarin, Mayang yang sekarang tidak lagi pasif saat lidah Dito menari-nari dirongga mulutnya, Mayang yang sekarang membalas keliaran lidah Dito dengan gairah yang mengapai-gapai keluar dari tubuh yang mulus dan sintal.
Aku merasakan pagutan-pagutan Dito dileherku yang jenjang diselingi dengan jilatan2 lidah yang membara membuat seluruh bulu2 halus dibadanku berdiri. Dan saat lidahnya turun ke belahan dadaku..menari-nari di situ dibarengi dengan remasan2 tangannya dipinggulku, membuat aku semakin tak karuan. Begitu tangannya mulai meremas-remas payudaraku-bukannya menolak seperti kemarin-malah aku mengharapkan lebih, Dito seperti mengerti keinginan itu, ia mulai melepaskan kancing bajuku satu persatu dan membuka bra 34b yang menyangga payudaraku.. "agghh"..jerit birahi keluar tanpa aku sadari saat tangannya meremas-remas lembut dan payudaraku yang putih dan sudah mengeras. Aku terlena pasrah dibawah kenikmatan yang baru pertama kurasakan ini.
Aku bahkan ingin lebih, segera kudekap kepalanya dan kutarik mendekati dadaku yang kubusungkan, Dito tahu persis harus melakukan apa, lidahnya menjilat-jilat, berputar-putar melingkar-lingkar di puting susuku dengan liarnya, aku menggelinjang-gelinjang menahan geli dan nikmat yang luar biasa. Dari meja makan kami pindah ketempat tidur, disini kembali kedua puting payudaraku menjadi bulan-bulanan mulut Dito, aku merintih..mengerang, keringatku mulai menetes, rasanya sulit sekali untuk bernafas teratur, tiap kali menarik nafas selalu terhenti oleh rasa geli yang menyengat puting payudaraku.
Aku baru sadar sudah dalam keadaan tanpa sehelai benang pun di tubuhku saat Dito merebahkanku di kasur. Dito menerkam tubuh sintalku dengan birahi yang membara, kamu berpelukan saling memagut, menjilat, meremas dan berguling-gulingan. jari-jemari Dito merayap dan menyentuh bagian kewanitaanku, akupun meradang. Aku tidak lagi mampu menahan eranganku yang keras saat jari-jemarinya dengan lembut membelai lembut mulut kemaluanku, jari-jarinya dengan lincah bermain-main, menekan dan mengelus seluruh permukaan kewanitaanku, yang kurasakan mulai basah oleh cairan birahi.
Sambil melumat payudaraku Dito mulai melepas seluruh pakaiannya dan aku merasakan kejantanannya yang keras dan hangat menyentuh pahaku. Dito menarik tanganku agar menyentuh kejantananya, bukannya sekedar menyentuh, akupun mulai meremas-remas, sentuhan tanganku di kemaluannya membuat birahiku semakin menggelegak. Dito kemudian beringsut ke bawah lidahnya menjalar ganas menjilati kulit mulus pahaku membuat tubuhku mengelinjang keras. Aku merasa pahaku bergetar ketika lidah Dito yang panas mendekati selah-selah paha. Aku menjerit tertahan saat lidah Dito sampai di bibir kewanitaanku, lidahnya yang nakal menelusuri seluruh pinggir bibir kewanitaanku. "Ahhgg..", Aku menjerit dan menggelinjang hebat ketika lidahnya mulai menjilat-jilat klitorisku, aku mencengkram rambut Dito menahan gejolak birahi yang sudah tidak tertahankan lagi. Tapi rupanya Dito tidak ingin segera berhenti memberikan kenikmatan lidah dan mulutnya.
Kewanitaanku seperti diselimuti oleh sesuatu yang basah, panas, dan lunak. saat mulutnya mulai menghisap-hisap kemaluanku layaknya mencium bibir. Belum pernah aku rasakan kenikmatan seperti itu. tubuhku bergetar keras merasakan lidahnya yang sesekali masuk kedalam kemaluanku dan bergerak-gerak cepat. Tanganku mencengkram apapun yang dapat kuraih, sungguh tak aku kuasa menahan sengatan kenikmatan diseluruh bagian tubuhku, aku mengeliat, menggelepar, dan menyorongkan kewanitaanku kemulut Dito untuk lebih menikmati sensasi mulutnya, hanya jeritan-jeritan dari mulutku yang mengekspresikan kenikmatan yang luar biasa. Aku sudah dalam keadaan terangsang sekali punggungku terangkat-angkat, mataku tak mampu kubuka, nafasku kian terasa berat, bahkan mengelepar-gelepar seperti ikan tanpa air akibat nikmat tak terkira. Rintihanku kian tak terkendali, sementara Dito seakan tak ingin menyudahi kehangatan birahi lewat bibir kewanitaanku, bahkan. Jilatan dan hisapan mulut Dito kian buas menerpa kewanitaanku, benar-benar tak terperi nikmatnya.
Aku betul-betul sudah tidak berdaya lagi, entah beberapa kali sudah tubuhku mengejang dan mengeluarkan cairan birahi saat mulut dan lidahnya bermain-main di kewanitaanku. Akhirnya Dito perlahan-lahan merayap naik ketubuhku dan melumat dadaku, sementara kakinya secara perlahan membuka kedua kakiku. Sentuhan2 kulitnya disekujur tubuhku membuat aku seperti melayang-layang..aku memeluknya erat2 dan menanti apa yang akan dilakukan Dito selanjutnya.
Dan..kemudian aku merasakan kejantanannya menyentuh mulut kewanitaanku dan perlahan mamasukinya seluruh tubuhku bergetar hebat merasakan ujung kejantanannya dalam mulut kemaluanku yang semakin basah. Dito tidak langsung memasukan seluruh kejantannya tapi berulang-kali mengeluar-masukan ujung kemaluannya dengan perlahan membuatku terbang melayang. Aku terpejam, merasakan nikmatnya, diriku terombang-ambing ke alam lain. Aku bahkan membuka kedua kakiku lebih lebar lagi seakan meminta Dito agar memasukan kemaluannya lebih dalam lagi dalam rongga kewanitaanku. Miliknya yang panjang dan hangat itu semakin dalam masuk, aku terbelalak karena rasa perih saat kejantananya merobek selaput daraku. Dito seperti tahu persis apa yang harus dilakukannya, ia melumat mulutku dengan lembut dan berbisik. "..rileks Mayang, sedikit lagi kamu akan merasakan kenikmataan seutuhnya.."sambil menjilati telingaku, menggigit mesra leherku dan melumat puting payudaraku membangkitkan lagi getar2 birahiku sehingga sakit itupun tidak lagi terasa.
"Aahhgg Dittoo.., oohh..", erangan yang panjang tak dapat kutahan lagi saat merasakan seluruh kejantannya yang keras dan panjang perlahan-lahan menyusuri rongga kenikmatanku sampai akhirnya seluruhnya berada dalam diriku. Aku memeluknya erat2 melumat bibirnya saat ia mulai menggerakkan kemaluannya yang telah memenuhi seluruh rongga kewanitaanku, keluar masuk dengan perlahan. Sungguh kenikmatan yang sulit untuk digambarkan, rintihan birahiku semakin menggila kala Dito menggerakkan tubuhnya lebih cepat lagi. Kejantanannya tanpa henti menghentak-hentak seluruh bagian dalam kewanitaanku dan menggosok-gosok seluruh dinding kemaluanku dengan keliarannya, hentakannya semakin lama semakin cepat membuat aku semakin gila mengeliat-geliat. Tubuh kami semakin diselimuti peluh-peluh kenikmatan.
Setiap kali kejantanan Dito menerobos menguak kewanitaanku dan saat Dito menariknya, seluruh tubuhku dilanda kegelian, kegatalan dan entah rasa apalagi. Akhirnya aku merasakan satu desakan keras di rongga kewanitaanku aku menjerit dan mengerang kesetanan membuat tubuhku mengejang dan memuntahkan cairan birahi membasahi kejantanan Dito dan lorong kewanitaanku, sungguh sebuah kenikmatan puncak yang tak terkira. Seteleh itu entah berapa kali lagi tubuhku mengejang dan mengeluarkan magma birahi, dan rasanya aku tidak ingin berhenti merasakan kenikmatan ini.
Hingga akhirnya Dito semakin mempercepat gerakannya dan kurasakan kejantanannya membesar ia kemudian menekan keras kemaluannya hingga seluruhnya terbenam dalam rongga kenikmatanku disertai erangan-erangan liarnya, kurasakan semburan-semburan hangat keluar dari kemaluannya, diikuti oleh semburan-semburan cairan kenikmatan dari kewanitaanku membuat tubuhku seakan melayang-layang. Dan kamipun lemas dalam kenikmatan yang belum pernah aku rasakan seumur hidup.
Dihari-hari berikutnya aku tidak sabar untuk segera bertemu dan menikmati kembali kejantanan Dito, ia begitu banyak mengajarkan aku variasi dalam bersetubuh, oral sex misalnya. Awalnya aku merasa jengah tapi begitu aku merasakan lidahku menjalar-jalar dibatang kemaluannya yang keras ada sensasi sexual yang lain terlebih ketika aku mencium dan mulai menghisap kepala kemaluannya, Dito yang tergetar akibat hisapanku membuat birahiku memuncak. Saat seluruh kemaluannya berada dalam mulut aku betul2 seperti kerasukan mengulum-ngulum, menghisap-hisap dengan sangat bernafsu, dan sesekali kurasakan kejantanan Dito seakan ingin menerobos ketenggorokanku, begitu cairan birahinya menyembur-nyembur, disertai erangan-erangan liar Dito serta merasakan cairan hangat itu mengalir di tenggorokanku aku merasakan sesuatu yang luar biasa, tidak henti2nya aku hisap cairan2 tersisa seakan-akan tidak ingin setetespun terlewatkan, aku sungguh sangat menyukainya.
Suatu hari sepulang dari kafe dimobil dalam perjalanan pulang membayangkan apa yang akan dilakukan Dito dirumah membuatku "on"-mungkin akibat alkohol, Akupun mulai meraba-raba miliknya, setelah mengeras kukeluarkan dari balik celananya dan mulai kujilati dan mengulumnya dengan rakus. Tanpa terasa kamipun sampai, dengan tergesa-gesa kami melanjutkan lagi permainan panas didalam mobil ke dalam rumah. Kami berpelukan dan saling melumat dengan gairah yg membludak, puting susuku tak terlepas dari lumatannya dan tangan kirinya menjalar kedalam rok, mulai meremas2 dan memasukan jarinya kedalam lubang kenikmatanku. Tapi kali ini Dito tidak hanya memasukan jari tengah-seperti biasanya- ia memasukan juga jari manisnya dan disusul dengan jari kelingkingnya, dengan tiga jarinya Dito mengaduk-aduk kemaluanku, permainan baru ini membuat seluruh tubuhku menegang merasakan nikmat yang luar biasa.
Tubuhku yang sudah tidak tertutup sehelai benangpun direbahkannya ditempat tidur dan ia melanjutkan permainan "tiga jarinya" plus lidahnya yang menjilat-jilat dan menghisap-hisap klitorisku membuat kesadaranku seakan-akan hilang, tubuhku mengelepar-lepar tak tentu arah. Dito kemudian membalik tubuhku pada posisi tengkurap dan membuka kaki kananku, "tiga jarinya" masih didalam kewanitaanku Ia menambah sentuhan birahinya dengan menggigit-gigit punggungku..aahh..sungguh luar biasa..Setelah puas, Dito mulai naik kepunggung dan dapat kurasakan kejantannya memasuki kewanitaanku.
Dito tidak langsung menengelamkannya, Ia membiarkan "kepalanya bermain-main" dulu membuat "milikku" semakin basah, ditambah lagi dengan remasan tangannya di kedua bukit kenikmatanku, serta pagutan-pagutannya dileher membuat birahiku memuncak ingin rasanya Ia segera meneggelamkan kemaluannya. Tapi kembali Dito memberikan kejutan, ia mencabut kejantanannya, memegangnya dan mengarahkannya ke lubang anusku, dengan tangan Dito menekan kejantannya yang basah oleh cairan kenikmatan sehingga ujungnya memasuki anusku, belum lagi hilang rasa kagetku Dito kembali mencabut dan memindahkannya "kepalanya" ke lubang kewanitaanku. Berkali-kali ia memindahkan "kepalanya" di kedua lubangku dan tanpa terasa kalau kemudian sudah bukan kepalanya lagi yang masuk ke anusku tapi sudah hampir seluruhnya menguak dan menerobos anusku..dan saat ia menenggelamkan seluruhnya menimbulkan sensasi sexual yg dahsyat dan semakin bertambah saat Dito mulai menarik dan mendorongnya secara perlahan..aakkhh..dapat kurasakan bagaimana kejantanannya memberikan kenikmatan dalam anusku.
Dito tidak berhenti hanya sampai disitu ia kemudian memasukan jari2nya yg nakal kedalam lubang kenikmatanku.."oohh..Ditoo.." jeritku melepas birahi yang membludak saat ia melakukan "double attack" .."fuck mee..fuck me hard honey..fuck my ass harder..harder.." aku meracau tidak karuan, membuat Dito semakin bernafsu dan semakin liar melakukan double attack-nya dan..kembali tubuhku bergetar keras merasakan dorongan magma birahi yang akan meledak.."..aagghh Ditoo tekann..aku keluaarr" jeritku, dan kurasakan lahar birahiku menyembur keras berbarengan semburan Dito, kamipun terkulai lemas dalam kenikmatan.
Aku tidak menyesali memberikan "tiga" keperawananku (kegadisan, mulut dan anus) kepada Dito bahkan menikmatinya walau tidak ada janji-janji manis, hanya gairah dan birahi yang diberikannya. Dito telah memberikan "pengalaman" yang luar biasa dalam hidupku.
TAMAT