Pages

Kamis, 30 Desember 2010

0 Nafsu bukanlah cinta - 1

Tanggung jawabku sebagai seorang Shipping Manajer menyebabkan aku punya banyak relasi bisnis dari perusahaan perusahaan pelayaran maupun perusahaan angkutan lainnya. Namun ada satu rekanan bisnisku yang akan kuceritakan dalam kisah ini. Sebut saja Susi, begitu nama sales executive dari sebuah pelayaran di kota S, bertinggi badan kurang lebih 165 cm, dengan postur tubuh proporsional dan busung dada 36. Hidungnya mancung dan rambut hitam ikal sebahu. Perusahaannya memang bonafide, sehingga beberapa pekerjaan skala besar dapat terkirimkan dengan baik. Jujur saja dalam hati kecil ini juga kagum pada kecantikan Susi dan sebagai lelaki normal yach secara tak sengaja melihat sisi dalam pahanya saat disilangkan yang membuat seonggok daging kenyal disela-sela pahaku, "unjuk diri".

Sebagai relasi yang baik Susi terkadang mengajak lunch di luar ataupun hanya memberiku cindera mata atau selepas kerja kami nongkrong di kafe musik. Pada saat itulah Susi bertanya banyak tentang diriku dan kujawab semua dengan benar, aku memang suka berterus terang termasuk keadaan diriku yang sudah berkeluarga yang mempunyai seorang putra 2,5 tahun dan istriku sedang mengandung 8 bulan. Akhirnya aku pun tahu bahwa Susi adalah menjadi simpanan boss-nya bule asal Amerika yang bernama Richard, namun kini telah meninggalkan Indonesia karena sudah diganti oleh GM baru asal Indonesia. Mata Susi tampak menerawang jauh dan angannya terbang ke Amerika sana namun dia tersadar itu tak mungkin lagi menikmati kebersamaan mereka lagi.

Tepat liburan umum di bulan Januari lalu Susi meneleponku dan mengajak ke Batu, katanya sich dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-29 dan untuk menemaninya (biasanya Susi menghabiskan weekend di sana bersama Richard).

"Mas Sony mau nggak temenin aku ke Batu nanti di acara ultah-ku?" tanya Susi di telepon.
"Emang acaranya apaan?" selidikku.
"Ah.. udah dech pokoknya temenin aku yach, please.." rengeknya setegah memohon.
"Ini khan ultah-ku yang ke-29, please Mas Bram please.. kali ini saja!" pintanya.

Lelaki mana yang sanggup menolak kamu Sus, wajahmu yang cantik, bodi kamu punya, bibir tipis nan sensual waah segalanya deh, bathinku dalam hati. Aku tersadar saat Susi menyambung pembicaraannya lagi.
"Atau aku mesti bilang ke Mbak Santi istri Mas.." imbuhnya.
"Ngg.. nggak usah dech, oke.. oke.."
Buru-buru aku menyergahnya. Sabtu malam ini kami ngobrol berdua dengan istriku dan aku bohong padanya kalau aku besok malam harus menemani tamu Technical Advisor-ku dari Jepang termasuk mencarikan hiburan buat tamuku juga.

Sabtu pagi aku berpamitan pada istriku dan memacu Capella kesayanganku ke arah Malang, aku sendiri sekarang tinggal di Gresik. Namun sebelum itu aku menjemput Susi di rumah kontrakannya di kawasan Surabaya Barat. Selang lima menit aku pencet bel keluarlah Susi mengenakan stelan span deep marine dan atas you can see biru muda, sebuah pemandangan yang amat serasi dan indah.

Sepanjang perjalanan kami hanya ngobrol ringan soal pekerjaan dan kami bersenda gurau di antaranya. Aku tahu Susi adalah wanita yang amat kesepian, aku juga terkadang kasihan melihatnya. Meski dia sukses di kariernya tapi di lain pihak di juga butuh pendamping yang mengisi kekosongan jiwanya.

"Mas Sony, sebelumnya aku minta maaf kalo permintaanku kali ini menyita waktu untuk keluarga Mas," Susi mulai membuka pembicaraan.
"Aku sukses dalam berkarierku dan hidup mewah karena support besar company Mas Sony, khususnya Mas Pribadi dari Mas," kata Susi, (ini karena perusahaanku merupakan big customer bagi dia)."It's OK," jawabku.
"Mas Sony kali ini aku meminta kepada Mas, buatlah dua hari ini berarti buat kekosongan hidupku," pinta Susi.
"Hiburlah aku yang kesepian Mas," pinta Susi lagi.
Cihuy.. sorak aku dalam hati.

Setelah check in kami lantas menuju ke paviliun paling ujung yang mempunyai view sangat indah berpagar bukit dan taman anggrek nan segar dipandang mata. Hawa dingin ini membuatku sedikit malas untuk melakukan aktivitas dan kami menghabiskan kurang lebih satu setengah jam untuk ngobrol. Yach hitung-hitung sekaligus pendekatan kepada Susi karena selama ini hanya sebatas hubungan kerja atau formal bukan suasana privacy seperti saat ini.

Jam tiga sore badanku mulai gerah dan rasanya ingin mengajak Susi berenang di kolam air hangat di Hotel tersebut. Kami pun berenang bersama dan rasanya sungguh nikmat, hangat dan segar.
"Mas Sony masih kelihatan gagah yach," puji Susi saat aku istirahat sebentar dan duduk di tepian kolam.
"Ah Masak sich?" sahutku.
Sepintas aku menangkap gerakan bahwa matanya tertuju pada selangkanganku yang memang sudah hampir 1,5 bulan tidak pernah lagi bersarang. Meski lagi mengkerut akan tetapi dengan celana renang ketat ini pastilah menonjol testisku. Kulihat Susi sedikit menahan nafas karenanya.

Kami lantas berenang dan berenang lagi sampai badanku terasa sedikit capai. Aku lantas berhenti dan melilitkan handukku menuju ke kursi di pinggiran kolam, lalu kuteguk air mineral ukuran setengah liter itu sampai habis. Susi sendiri masih asyik berenang dan tak kusangka tubuhnya yang biasa dibalut jas kerjanya itu kelihatan ramping dan mulus sekali. Aku berdiri melakukan gerakan pelemasan kecilku sambil menikmati tubuh mulus Susi dan Susi semakin merasa aku perhatikan semakin terkesan dibuat-buat gerakannya memancing birahiku.

Aku kemudian rebahan kembali di kursi dam melemaskan ototku, Susi sebentar kemudian naik menyusulku mengambil tempat di sampingku.
"Sus.." panggilku yang aku buat-buat semesra mungkin.
"Hem.." sahut Susi yang ternyata masih menyedot orange juice dan bibirnya itu wah tidak dibayangkan dech kalau lagi menghisap punyaku ini.
Dan perlahan namun pasti penisku mengeras menyembul di bawah belitan handukku, lalu aku sedikit naikkan pinggulku agar Susi juga dapat menikmati apa yang ia inginkan sesaat lagi.
"Ada apa Mas..?" tanya Susi sedikit serius namun matanya melirik ke arah penisku yang sudah setengah mengeras.
"Enggak, cuman aku melihat hari ini kamu lebih seksi," rayuku.
"Emm.. gimana yach kalo si kekar dan si seksi bersatu yach.." tanya Susi mengerlingkan mata kirinya.
"Pengin tau jawabnya? Hayo kita ke markas," ajakku seraya membimbingnya berdiri.

Kami lantas berjalan bergandengan menuju paviliun kami menginap.
"Emh belum-belum khok udah loyo," ejekku kepada Susi dan berlari kecil meninggalkannya.
"Eh sialaan.." teriak Susi lalu mengejarku yang berlari ke arah Paviliun itu.
"Mas Sony, gandeng doong.." rengek Susi manja disela-sela nafasnya yang terengah-engah.
Kami pun bergandengan mesra bak orang pacaran dan semua terjadi spontan. Aku tak ingat lagi istri dan anakku di rumah saat ini, yang kuinginkan hanyalah kenikmatan dan kehangatan tubuh Susi untuk melampiaskan libidoku.

Kami memasuki paviliun itu dan duduk di sofa besar menghadap ke arah bukit indah. Matahari serasa mengintip kami dari balik bukit itu dan enggan menutup tirai hari ini dan dilain pihak kami sudah ingin segera menikmati malam indah nanti. Kami duduk berdampingan menikmati alunan musik lembut dan pemandangan yang mempesona di bukit sana.
"Lis, aku sebenarnya.. sedikit.. emmhh.." kataku ragu.
"Mas Sony, aku adalah wanita normal dan punya hasrat seks akan tetapi Mas Sony jangan khawatir padaku, aku nggak bakal minta macam-macam dari Mas Sony dan kita hanya bersenang-senang saja, just fun," kata Susi semakin memantapkan rasa hatiku.
"Lagian nggak mungkin karena aku tahu Mas Sony punya keluarga yang bahagia," imbuh Susi.
"Bukankah istri Mas juga tidak boleh melayani lagi karena bahaya bagi usia kandungannya," bela Susi seraya melingkarkan kedua lengan rampingnya ke leherku.

Aku kemudian mendekap Susi, terasa hangat dan lembut tubuh indah ini lalu kudekatkan wajahku ke arah wajahnya. Kami bertatapan cukup lama dan penuh arti, kulihat dari tatapan matanya Susi sudah betul-betul horny demikian pula aku yang sudah 2 bulan lalu tidak mengasah batang pejal kebangganku. Sekejap bibir kami mulai menyatu dalam alunan kemesraan berselimut hasrat bergelora. Ujung lidah kami bergantian menggelitik rongga mulut kami masing-masing.
"Mass.. oohh puaskan aku yach sayang," rengek Susi di sela-sela desah nafasnya yang memburu deras.
"Segera sayang, saatnya sebentar lagi tiba. Aku akan membawamu ke langit tujuh," bisikku sambil melepas satu persatu kain di tubuhnya.

Udara dingin yang bersentuhan langsung dengan pori-pori Susi menambah sensasi dan rindu akan sentuhan dan juga rabaan-rabaan maupun jilatan sekujur tubuhnya. Kali ini aku akan memperlakukannya bak seorang putri maka akan berbahagialah Susi dalam dua hari ini. Setelah memakaikan dia sleeping jas, aku kemudian mengajaknya berdiri di dekat jendela menikmati senja nan indah dan syahdu ini, aku mendekapnya dari belakang dan belakang telinganya mulai kusentuh dengan ujung lidahku.

"Mass.. oogghh.." Susi hanya bisa mendesah dan mengesek kedua pahanya.
"Sudah Berapa lama Say.." bisikku di sela-sela permainanku di belakang telinga dan tengkuknya.
"Tiga bull.. aa.. aahh.. gellii," pekik Susi sambil membalikkan tubuhnya menghadapku.
Wajah penuh gairah itu mendongak ke arahku dan kulumat bibirnya sementara tanganku mulai menanggalkan semua yaang tersisa di tubuhnya.
"Masshh.. oogghh.. mmpphh," Susi menceracau sambil melucuti pakaianku.
Kami sudah telanjang bulat bersama sambil berdansa seirama alunan musik hotel, tubuh kami menyatu dan saling dekap dalam kelembutan dan kehangatan birahi dan tetap berdansa dalam irama kelembutan.

Tangan Susi melingkar di tengkukku dan kulingkarkan tanganku di pinggangnya, namun kemudian kuturunkan ke arah bongkahan pantatnya dan meraba serta meremas lembut. Pada saat itulah Susi melepaskan bibirnya untuk melenguh sejenak menikmati rabaan serta sentuhanku. Penisku sedari tadi mengeras tegak itu menempel di perut Susi membuat sensasi kehangatan di antara kehangatan tubuh kami.

Bersambung . . . . .

0 Nafsu bukanlah cinta - 1

Tanggung jawabku sebagai seorang Shipping Manajer menyebabkan aku punya banyak relasi bisnis dari perusahaan perusahaan pelayaran maupun perusahaan angkutan lainnya. Namun ada satu rekanan bisnisku yang akan kuceritakan dalam kisah ini. Sebut saja Susi, begitu nama sales executive dari sebuah pelayaran di kota S, bertinggi badan kurang lebih 165 cm, dengan postur tubuh proporsional dan busung dada 36. Hidungnya mancung dan rambut hitam ikal sebahu. Perusahaannya memang bonafide, sehingga beberapa pekerjaan skala besar dapat terkirimkan dengan baik. Jujur saja dalam hati kecil ini juga kagum pada kecantikan Susi dan sebagai lelaki normal yach secara tak sengaja melihat sisi dalam pahanya saat disilangkan yang membuat seonggok daging kenyal disela-sela pahaku, "unjuk diri".

Sebagai relasi yang baik Susi terkadang mengajak lunch di luar ataupun hanya memberiku cindera mata atau selepas kerja kami nongkrong di kafe musik. Pada saat itulah Susi bertanya banyak tentang diriku dan kujawab semua dengan benar, aku memang suka berterus terang termasuk keadaan diriku yang sudah berkeluarga yang mempunyai seorang putra 2,5 tahun dan istriku sedang mengandung 8 bulan. Akhirnya aku pun tahu bahwa Susi adalah menjadi simpanan boss-nya bule asal Amerika yang bernama Richard, namun kini telah meninggalkan Indonesia karena sudah diganti oleh GM baru asal Indonesia. Mata Susi tampak menerawang jauh dan angannya terbang ke Amerika sana namun dia tersadar itu tak mungkin lagi menikmati kebersamaan mereka lagi.

Tepat liburan umum di bulan Januari lalu Susi meneleponku dan mengajak ke Batu, katanya sich dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-29 dan untuk menemaninya (biasanya Susi menghabiskan weekend di sana bersama Richard).

"Mas Sony mau nggak temenin aku ke Batu nanti di acara ultah-ku?" tanya Susi di telepon.
"Emang acaranya apaan?" selidikku.
"Ah.. udah dech pokoknya temenin aku yach, please.." rengeknya setegah memohon.
"Ini khan ultah-ku yang ke-29, please Mas Bram please.. kali ini saja!" pintanya.

Lelaki mana yang sanggup menolak kamu Sus, wajahmu yang cantik, bodi kamu punya, bibir tipis nan sensual waah segalanya deh, bathinku dalam hati. Aku tersadar saat Susi menyambung pembicaraannya lagi.
"Atau aku mesti bilang ke Mbak Santi istri Mas.." imbuhnya.
"Ngg.. nggak usah dech, oke.. oke.."
Buru-buru aku menyergahnya. Sabtu malam ini kami ngobrol berdua dengan istriku dan aku bohong padanya kalau aku besok malam harus menemani tamu Technical Advisor-ku dari Jepang termasuk mencarikan hiburan buat tamuku juga.

Sabtu pagi aku berpamitan pada istriku dan memacu Capella kesayanganku ke arah Malang, aku sendiri sekarang tinggal di Gresik. Namun sebelum itu aku menjemput Susi di rumah kontrakannya di kawasan Surabaya Barat. Selang lima menit aku pencet bel keluarlah Susi mengenakan stelan span deep marine dan atas you can see biru muda, sebuah pemandangan yang amat serasi dan indah.

Sepanjang perjalanan kami hanya ngobrol ringan soal pekerjaan dan kami bersenda gurau di antaranya. Aku tahu Susi adalah wanita yang amat kesepian, aku juga terkadang kasihan melihatnya. Meski dia sukses di kariernya tapi di lain pihak di juga butuh pendamping yang mengisi kekosongan jiwanya.

"Mas Sony, sebelumnya aku minta maaf kalo permintaanku kali ini menyita waktu untuk keluarga Mas," Susi mulai membuka pembicaraan.
"Aku sukses dalam berkarierku dan hidup mewah karena support besar company Mas Sony, khususnya Mas Pribadi dari Mas," kata Susi, (ini karena perusahaanku merupakan big customer bagi dia)."It's OK," jawabku.
"Mas Sony kali ini aku meminta kepada Mas, buatlah dua hari ini berarti buat kekosongan hidupku," pinta Susi.
"Hiburlah aku yang kesepian Mas," pinta Susi lagi.
Cihuy.. sorak aku dalam hati.

Setelah check in kami lantas menuju ke paviliun paling ujung yang mempunyai view sangat indah berpagar bukit dan taman anggrek nan segar dipandang mata. Hawa dingin ini membuatku sedikit malas untuk melakukan aktivitas dan kami menghabiskan kurang lebih satu setengah jam untuk ngobrol. Yach hitung-hitung sekaligus pendekatan kepada Susi karena selama ini hanya sebatas hubungan kerja atau formal bukan suasana privacy seperti saat ini.

Jam tiga sore badanku mulai gerah dan rasanya ingin mengajak Susi berenang di kolam air hangat di Hotel tersebut. Kami pun berenang bersama dan rasanya sungguh nikmat, hangat dan segar.
"Mas Sony masih kelihatan gagah yach," puji Susi saat aku istirahat sebentar dan duduk di tepian kolam.
"Ah Masak sich?" sahutku.
Sepintas aku menangkap gerakan bahwa matanya tertuju pada selangkanganku yang memang sudah hampir 1,5 bulan tidak pernah lagi bersarang. Meski lagi mengkerut akan tetapi dengan celana renang ketat ini pastilah menonjol testisku. Kulihat Susi sedikit menahan nafas karenanya.

Kami lantas berenang dan berenang lagi sampai badanku terasa sedikit capai. Aku lantas berhenti dan melilitkan handukku menuju ke kursi di pinggiran kolam, lalu kuteguk air mineral ukuran setengah liter itu sampai habis. Susi sendiri masih asyik berenang dan tak kusangka tubuhnya yang biasa dibalut jas kerjanya itu kelihatan ramping dan mulus sekali. Aku berdiri melakukan gerakan pelemasan kecilku sambil menikmati tubuh mulus Susi dan Susi semakin merasa aku perhatikan semakin terkesan dibuat-buat gerakannya memancing birahiku.

Aku kemudian rebahan kembali di kursi dam melemaskan ototku, Susi sebentar kemudian naik menyusulku mengambil tempat di sampingku.
"Sus.." panggilku yang aku buat-buat semesra mungkin.
"Hem.." sahut Susi yang ternyata masih menyedot orange juice dan bibirnya itu wah tidak dibayangkan dech kalau lagi menghisap punyaku ini.
Dan perlahan namun pasti penisku mengeras menyembul di bawah belitan handukku, lalu aku sedikit naikkan pinggulku agar Susi juga dapat menikmati apa yang ia inginkan sesaat lagi.
"Ada apa Mas..?" tanya Susi sedikit serius namun matanya melirik ke arah penisku yang sudah setengah mengeras.
"Enggak, cuman aku melihat hari ini kamu lebih seksi," rayuku.
"Emm.. gimana yach kalo si kekar dan si seksi bersatu yach.." tanya Susi mengerlingkan mata kirinya.
"Pengin tau jawabnya? Hayo kita ke markas," ajakku seraya membimbingnya berdiri.

Kami lantas berjalan bergandengan menuju paviliun kami menginap.
"Emh belum-belum khok udah loyo," ejekku kepada Susi dan berlari kecil meninggalkannya.
"Eh sialaan.." teriak Susi lalu mengejarku yang berlari ke arah Paviliun itu.
"Mas Sony, gandeng doong.." rengek Susi manja disela-sela nafasnya yang terengah-engah.
Kami pun bergandengan mesra bak orang pacaran dan semua terjadi spontan. Aku tak ingat lagi istri dan anakku di rumah saat ini, yang kuinginkan hanyalah kenikmatan dan kehangatan tubuh Susi untuk melampiaskan libidoku.

Kami memasuki paviliun itu dan duduk di sofa besar menghadap ke arah bukit indah. Matahari serasa mengintip kami dari balik bukit itu dan enggan menutup tirai hari ini dan dilain pihak kami sudah ingin segera menikmati malam indah nanti. Kami duduk berdampingan menikmati alunan musik lembut dan pemandangan yang mempesona di bukit sana.
"Lis, aku sebenarnya.. sedikit.. emmhh.." kataku ragu.
"Mas Sony, aku adalah wanita normal dan punya hasrat seks akan tetapi Mas Sony jangan khawatir padaku, aku nggak bakal minta macam-macam dari Mas Sony dan kita hanya bersenang-senang saja, just fun," kata Susi semakin memantapkan rasa hatiku.
"Lagian nggak mungkin karena aku tahu Mas Sony punya keluarga yang bahagia," imbuh Susi.
"Bukankah istri Mas juga tidak boleh melayani lagi karena bahaya bagi usia kandungannya," bela Susi seraya melingkarkan kedua lengan rampingnya ke leherku.

Aku kemudian mendekap Susi, terasa hangat dan lembut tubuh indah ini lalu kudekatkan wajahku ke arah wajahnya. Kami bertatapan cukup lama dan penuh arti, kulihat dari tatapan matanya Susi sudah betul-betul horny demikian pula aku yang sudah 2 bulan lalu tidak mengasah batang pejal kebangganku. Sekejap bibir kami mulai menyatu dalam alunan kemesraan berselimut hasrat bergelora. Ujung lidah kami bergantian menggelitik rongga mulut kami masing-masing.
"Mass.. oohh puaskan aku yach sayang," rengek Susi di sela-sela desah nafasnya yang memburu deras.
"Segera sayang, saatnya sebentar lagi tiba. Aku akan membawamu ke langit tujuh," bisikku sambil melepas satu persatu kain di tubuhnya.

Udara dingin yang bersentuhan langsung dengan pori-pori Susi menambah sensasi dan rindu akan sentuhan dan juga rabaan-rabaan maupun jilatan sekujur tubuhnya. Kali ini aku akan memperlakukannya bak seorang putri maka akan berbahagialah Susi dalam dua hari ini. Setelah memakaikan dia sleeping jas, aku kemudian mengajaknya berdiri di dekat jendela menikmati senja nan indah dan syahdu ini, aku mendekapnya dari belakang dan belakang telinganya mulai kusentuh dengan ujung lidahku.

"Mass.. oogghh.." Susi hanya bisa mendesah dan mengesek kedua pahanya.
"Sudah Berapa lama Say.." bisikku di sela-sela permainanku di belakang telinga dan tengkuknya.
"Tiga bull.. aa.. aahh.. gellii," pekik Susi sambil membalikkan tubuhnya menghadapku.
Wajah penuh gairah itu mendongak ke arahku dan kulumat bibirnya sementara tanganku mulai menanggalkan semua yaang tersisa di tubuhnya.
"Masshh.. oogghh.. mmpphh," Susi menceracau sambil melucuti pakaianku.
Kami sudah telanjang bulat bersama sambil berdansa seirama alunan musik hotel, tubuh kami menyatu dan saling dekap dalam kelembutan dan kehangatan birahi dan tetap berdansa dalam irama kelembutan.

Tangan Susi melingkar di tengkukku dan kulingkarkan tanganku di pinggangnya, namun kemudian kuturunkan ke arah bongkahan pantatnya dan meraba serta meremas lembut. Pada saat itulah Susi melepaskan bibirnya untuk melenguh sejenak menikmati rabaan serta sentuhanku. Penisku sedari tadi mengeras tegak itu menempel di perut Susi membuat sensasi kehangatan di antara kehangatan tubuh kami.

Bersambung . . . . .

0 Nafsu bukanlah cinta - 1

Tanggung jawabku sebagai seorang Shipping Manajer menyebabkan aku punya banyak relasi bisnis dari perusahaan perusahaan pelayaran maupun perusahaan angkutan lainnya. Namun ada satu rekanan bisnisku yang akan kuceritakan dalam kisah ini. Sebut saja Susi, begitu nama sales executive dari sebuah pelayaran di kota S, bertinggi badan kurang lebih 165 cm, dengan postur tubuh proporsional dan busung dada 36. Hidungnya mancung dan rambut hitam ikal sebahu. Perusahaannya memang bonafide, sehingga beberapa pekerjaan skala besar dapat terkirimkan dengan baik. Jujur saja dalam hati kecil ini juga kagum pada kecantikan Susi dan sebagai lelaki normal yach secara tak sengaja melihat sisi dalam pahanya saat disilangkan yang membuat seonggok daging kenyal disela-sela pahaku, "unjuk diri".

Sebagai relasi yang baik Susi terkadang mengajak lunch di luar ataupun hanya memberiku cindera mata atau selepas kerja kami nongkrong di kafe musik. Pada saat itulah Susi bertanya banyak tentang diriku dan kujawab semua dengan benar, aku memang suka berterus terang termasuk keadaan diriku yang sudah berkeluarga yang mempunyai seorang putra 2,5 tahun dan istriku sedang mengandung 8 bulan. Akhirnya aku pun tahu bahwa Susi adalah menjadi simpanan boss-nya bule asal Amerika yang bernama Richard, namun kini telah meninggalkan Indonesia karena sudah diganti oleh GM baru asal Indonesia. Mata Susi tampak menerawang jauh dan angannya terbang ke Amerika sana namun dia tersadar itu tak mungkin lagi menikmati kebersamaan mereka lagi.

Tepat liburan umum di bulan Januari lalu Susi meneleponku dan mengajak ke Batu, katanya sich dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-29 dan untuk menemaninya (biasanya Susi menghabiskan weekend di sana bersama Richard).

"Mas Sony mau nggak temenin aku ke Batu nanti di acara ultah-ku?" tanya Susi di telepon.
"Emang acaranya apaan?" selidikku.
"Ah.. udah dech pokoknya temenin aku yach, please.." rengeknya setegah memohon.
"Ini khan ultah-ku yang ke-29, please Mas Bram please.. kali ini saja!" pintanya.

Lelaki mana yang sanggup menolak kamu Sus, wajahmu yang cantik, bodi kamu punya, bibir tipis nan sensual waah segalanya deh, bathinku dalam hati. Aku tersadar saat Susi menyambung pembicaraannya lagi.
"Atau aku mesti bilang ke Mbak Santi istri Mas.." imbuhnya.
"Ngg.. nggak usah dech, oke.. oke.."
Buru-buru aku menyergahnya. Sabtu malam ini kami ngobrol berdua dengan istriku dan aku bohong padanya kalau aku besok malam harus menemani tamu Technical Advisor-ku dari Jepang termasuk mencarikan hiburan buat tamuku juga.

Sabtu pagi aku berpamitan pada istriku dan memacu Capella kesayanganku ke arah Malang, aku sendiri sekarang tinggal di Gresik. Namun sebelum itu aku menjemput Susi di rumah kontrakannya di kawasan Surabaya Barat. Selang lima menit aku pencet bel keluarlah Susi mengenakan stelan span deep marine dan atas you can see biru muda, sebuah pemandangan yang amat serasi dan indah.

Sepanjang perjalanan kami hanya ngobrol ringan soal pekerjaan dan kami bersenda gurau di antaranya. Aku tahu Susi adalah wanita yang amat kesepian, aku juga terkadang kasihan melihatnya. Meski dia sukses di kariernya tapi di lain pihak di juga butuh pendamping yang mengisi kekosongan jiwanya.

"Mas Sony, sebelumnya aku minta maaf kalo permintaanku kali ini menyita waktu untuk keluarga Mas," Susi mulai membuka pembicaraan.
"Aku sukses dalam berkarierku dan hidup mewah karena support besar company Mas Sony, khususnya Mas Pribadi dari Mas," kata Susi, (ini karena perusahaanku merupakan big customer bagi dia)."It's OK," jawabku.
"Mas Sony kali ini aku meminta kepada Mas, buatlah dua hari ini berarti buat kekosongan hidupku," pinta Susi.
"Hiburlah aku yang kesepian Mas," pinta Susi lagi.
Cihuy.. sorak aku dalam hati.

Setelah check in kami lantas menuju ke paviliun paling ujung yang mempunyai view sangat indah berpagar bukit dan taman anggrek nan segar dipandang mata. Hawa dingin ini membuatku sedikit malas untuk melakukan aktivitas dan kami menghabiskan kurang lebih satu setengah jam untuk ngobrol. Yach hitung-hitung sekaligus pendekatan kepada Susi karena selama ini hanya sebatas hubungan kerja atau formal bukan suasana privacy seperti saat ini.

Jam tiga sore badanku mulai gerah dan rasanya ingin mengajak Susi berenang di kolam air hangat di Hotel tersebut. Kami pun berenang bersama dan rasanya sungguh nikmat, hangat dan segar.
"Mas Sony masih kelihatan gagah yach," puji Susi saat aku istirahat sebentar dan duduk di tepian kolam.
"Ah Masak sich?" sahutku.
Sepintas aku menangkap gerakan bahwa matanya tertuju pada selangkanganku yang memang sudah hampir 1,5 bulan tidak pernah lagi bersarang. Meski lagi mengkerut akan tetapi dengan celana renang ketat ini pastilah menonjol testisku. Kulihat Susi sedikit menahan nafas karenanya.

Kami lantas berenang dan berenang lagi sampai badanku terasa sedikit capai. Aku lantas berhenti dan melilitkan handukku menuju ke kursi di pinggiran kolam, lalu kuteguk air mineral ukuran setengah liter itu sampai habis. Susi sendiri masih asyik berenang dan tak kusangka tubuhnya yang biasa dibalut jas kerjanya itu kelihatan ramping dan mulus sekali. Aku berdiri melakukan gerakan pelemasan kecilku sambil menikmati tubuh mulus Susi dan Susi semakin merasa aku perhatikan semakin terkesan dibuat-buat gerakannya memancing birahiku.

Aku kemudian rebahan kembali di kursi dam melemaskan ototku, Susi sebentar kemudian naik menyusulku mengambil tempat di sampingku.
"Sus.." panggilku yang aku buat-buat semesra mungkin.
"Hem.." sahut Susi yang ternyata masih menyedot orange juice dan bibirnya itu wah tidak dibayangkan dech kalau lagi menghisap punyaku ini.
Dan perlahan namun pasti penisku mengeras menyembul di bawah belitan handukku, lalu aku sedikit naikkan pinggulku agar Susi juga dapat menikmati apa yang ia inginkan sesaat lagi.
"Ada apa Mas..?" tanya Susi sedikit serius namun matanya melirik ke arah penisku yang sudah setengah mengeras.
"Enggak, cuman aku melihat hari ini kamu lebih seksi," rayuku.
"Emm.. gimana yach kalo si kekar dan si seksi bersatu yach.." tanya Susi mengerlingkan mata kirinya.
"Pengin tau jawabnya? Hayo kita ke markas," ajakku seraya membimbingnya berdiri.

Kami lantas berjalan bergandengan menuju paviliun kami menginap.
"Emh belum-belum khok udah loyo," ejekku kepada Susi dan berlari kecil meninggalkannya.
"Eh sialaan.." teriak Susi lalu mengejarku yang berlari ke arah Paviliun itu.
"Mas Sony, gandeng doong.." rengek Susi manja disela-sela nafasnya yang terengah-engah.
Kami pun bergandengan mesra bak orang pacaran dan semua terjadi spontan. Aku tak ingat lagi istri dan anakku di rumah saat ini, yang kuinginkan hanyalah kenikmatan dan kehangatan tubuh Susi untuk melampiaskan libidoku.

Kami memasuki paviliun itu dan duduk di sofa besar menghadap ke arah bukit indah. Matahari serasa mengintip kami dari balik bukit itu dan enggan menutup tirai hari ini dan dilain pihak kami sudah ingin segera menikmati malam indah nanti. Kami duduk berdampingan menikmati alunan musik lembut dan pemandangan yang mempesona di bukit sana.
"Lis, aku sebenarnya.. sedikit.. emmhh.." kataku ragu.
"Mas Sony, aku adalah wanita normal dan punya hasrat seks akan tetapi Mas Sony jangan khawatir padaku, aku nggak bakal minta macam-macam dari Mas Sony dan kita hanya bersenang-senang saja, just fun," kata Susi semakin memantapkan rasa hatiku.
"Lagian nggak mungkin karena aku tahu Mas Sony punya keluarga yang bahagia," imbuh Susi.
"Bukankah istri Mas juga tidak boleh melayani lagi karena bahaya bagi usia kandungannya," bela Susi seraya melingkarkan kedua lengan rampingnya ke leherku.

Aku kemudian mendekap Susi, terasa hangat dan lembut tubuh indah ini lalu kudekatkan wajahku ke arah wajahnya. Kami bertatapan cukup lama dan penuh arti, kulihat dari tatapan matanya Susi sudah betul-betul horny demikian pula aku yang sudah 2 bulan lalu tidak mengasah batang pejal kebangganku. Sekejap bibir kami mulai menyatu dalam alunan kemesraan berselimut hasrat bergelora. Ujung lidah kami bergantian menggelitik rongga mulut kami masing-masing.
"Mass.. oohh puaskan aku yach sayang," rengek Susi di sela-sela desah nafasnya yang memburu deras.
"Segera sayang, saatnya sebentar lagi tiba. Aku akan membawamu ke langit tujuh," bisikku sambil melepas satu persatu kain di tubuhnya.

Udara dingin yang bersentuhan langsung dengan pori-pori Susi menambah sensasi dan rindu akan sentuhan dan juga rabaan-rabaan maupun jilatan sekujur tubuhnya. Kali ini aku akan memperlakukannya bak seorang putri maka akan berbahagialah Susi dalam dua hari ini. Setelah memakaikan dia sleeping jas, aku kemudian mengajaknya berdiri di dekat jendela menikmati senja nan indah dan syahdu ini, aku mendekapnya dari belakang dan belakang telinganya mulai kusentuh dengan ujung lidahku.

"Mass.. oogghh.." Susi hanya bisa mendesah dan mengesek kedua pahanya.
"Sudah Berapa lama Say.." bisikku di sela-sela permainanku di belakang telinga dan tengkuknya.
"Tiga bull.. aa.. aahh.. gellii," pekik Susi sambil membalikkan tubuhnya menghadapku.
Wajah penuh gairah itu mendongak ke arahku dan kulumat bibirnya sementara tanganku mulai menanggalkan semua yaang tersisa di tubuhnya.
"Masshh.. oogghh.. mmpphh," Susi menceracau sambil melucuti pakaianku.
Kami sudah telanjang bulat bersama sambil berdansa seirama alunan musik hotel, tubuh kami menyatu dan saling dekap dalam kelembutan dan kehangatan birahi dan tetap berdansa dalam irama kelembutan.

Tangan Susi melingkar di tengkukku dan kulingkarkan tanganku di pinggangnya, namun kemudian kuturunkan ke arah bongkahan pantatnya dan meraba serta meremas lembut. Pada saat itulah Susi melepaskan bibirnya untuk melenguh sejenak menikmati rabaan serta sentuhanku. Penisku sedari tadi mengeras tegak itu menempel di perut Susi membuat sensasi kehangatan di antara kehangatan tubuh kami.

Bersambung . . . . .

0 Nafsu bukanlah cinta - 1

Tanggung jawabku sebagai seorang Shipping Manajer menyebabkan aku punya banyak relasi bisnis dari perusahaan perusahaan pelayaran maupun perusahaan angkutan lainnya. Namun ada satu rekanan bisnisku yang akan kuceritakan dalam kisah ini. Sebut saja Susi, begitu nama sales executive dari sebuah pelayaran di kota S, bertinggi badan kurang lebih 165 cm, dengan postur tubuh proporsional dan busung dada 36. Hidungnya mancung dan rambut hitam ikal sebahu. Perusahaannya memang bonafide, sehingga beberapa pekerjaan skala besar dapat terkirimkan dengan baik. Jujur saja dalam hati kecil ini juga kagum pada kecantikan Susi dan sebagai lelaki normal yach secara tak sengaja melihat sisi dalam pahanya saat disilangkan yang membuat seonggok daging kenyal disela-sela pahaku, "unjuk diri".

Sebagai relasi yang baik Susi terkadang mengajak lunch di luar ataupun hanya memberiku cindera mata atau selepas kerja kami nongkrong di kafe musik. Pada saat itulah Susi bertanya banyak tentang diriku dan kujawab semua dengan benar, aku memang suka berterus terang termasuk keadaan diriku yang sudah berkeluarga yang mempunyai seorang putra 2,5 tahun dan istriku sedang mengandung 8 bulan. Akhirnya aku pun tahu bahwa Susi adalah menjadi simpanan boss-nya bule asal Amerika yang bernama Richard, namun kini telah meninggalkan Indonesia karena sudah diganti oleh GM baru asal Indonesia. Mata Susi tampak menerawang jauh dan angannya terbang ke Amerika sana namun dia tersadar itu tak mungkin lagi menikmati kebersamaan mereka lagi.

Tepat liburan umum di bulan Januari lalu Susi meneleponku dan mengajak ke Batu, katanya sich dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-29 dan untuk menemaninya (biasanya Susi menghabiskan weekend di sana bersama Richard).

"Mas Sony mau nggak temenin aku ke Batu nanti di acara ultah-ku?" tanya Susi di telepon.
"Emang acaranya apaan?" selidikku.
"Ah.. udah dech pokoknya temenin aku yach, please.." rengeknya setegah memohon.
"Ini khan ultah-ku yang ke-29, please Mas Bram please.. kali ini saja!" pintanya.

Lelaki mana yang sanggup menolak kamu Sus, wajahmu yang cantik, bodi kamu punya, bibir tipis nan sensual waah segalanya deh, bathinku dalam hati. Aku tersadar saat Susi menyambung pembicaraannya lagi.
"Atau aku mesti bilang ke Mbak Santi istri Mas.." imbuhnya.
"Ngg.. nggak usah dech, oke.. oke.."
Buru-buru aku menyergahnya. Sabtu malam ini kami ngobrol berdua dengan istriku dan aku bohong padanya kalau aku besok malam harus menemani tamu Technical Advisor-ku dari Jepang termasuk mencarikan hiburan buat tamuku juga.

Sabtu pagi aku berpamitan pada istriku dan memacu Capella kesayanganku ke arah Malang, aku sendiri sekarang tinggal di Gresik. Namun sebelum itu aku menjemput Susi di rumah kontrakannya di kawasan Surabaya Barat. Selang lima menit aku pencet bel keluarlah Susi mengenakan stelan span deep marine dan atas you can see biru muda, sebuah pemandangan yang amat serasi dan indah.

Sepanjang perjalanan kami hanya ngobrol ringan soal pekerjaan dan kami bersenda gurau di antaranya. Aku tahu Susi adalah wanita yang amat kesepian, aku juga terkadang kasihan melihatnya. Meski dia sukses di kariernya tapi di lain pihak di juga butuh pendamping yang mengisi kekosongan jiwanya.

"Mas Sony, sebelumnya aku minta maaf kalo permintaanku kali ini menyita waktu untuk keluarga Mas," Susi mulai membuka pembicaraan.
"Aku sukses dalam berkarierku dan hidup mewah karena support besar company Mas Sony, khususnya Mas Pribadi dari Mas," kata Susi, (ini karena perusahaanku merupakan big customer bagi dia)."It's OK," jawabku.
"Mas Sony kali ini aku meminta kepada Mas, buatlah dua hari ini berarti buat kekosongan hidupku," pinta Susi.
"Hiburlah aku yang kesepian Mas," pinta Susi lagi.
Cihuy.. sorak aku dalam hati.

Setelah check in kami lantas menuju ke paviliun paling ujung yang mempunyai view sangat indah berpagar bukit dan taman anggrek nan segar dipandang mata. Hawa dingin ini membuatku sedikit malas untuk melakukan aktivitas dan kami menghabiskan kurang lebih satu setengah jam untuk ngobrol. Yach hitung-hitung sekaligus pendekatan kepada Susi karena selama ini hanya sebatas hubungan kerja atau formal bukan suasana privacy seperti saat ini.

Jam tiga sore badanku mulai gerah dan rasanya ingin mengajak Susi berenang di kolam air hangat di Hotel tersebut. Kami pun berenang bersama dan rasanya sungguh nikmat, hangat dan segar.
"Mas Sony masih kelihatan gagah yach," puji Susi saat aku istirahat sebentar dan duduk di tepian kolam.
"Ah Masak sich?" sahutku.
Sepintas aku menangkap gerakan bahwa matanya tertuju pada selangkanganku yang memang sudah hampir 1,5 bulan tidak pernah lagi bersarang. Meski lagi mengkerut akan tetapi dengan celana renang ketat ini pastilah menonjol testisku. Kulihat Susi sedikit menahan nafas karenanya.

Kami lantas berenang dan berenang lagi sampai badanku terasa sedikit capai. Aku lantas berhenti dan melilitkan handukku menuju ke kursi di pinggiran kolam, lalu kuteguk air mineral ukuran setengah liter itu sampai habis. Susi sendiri masih asyik berenang dan tak kusangka tubuhnya yang biasa dibalut jas kerjanya itu kelihatan ramping dan mulus sekali. Aku berdiri melakukan gerakan pelemasan kecilku sambil menikmati tubuh mulus Susi dan Susi semakin merasa aku perhatikan semakin terkesan dibuat-buat gerakannya memancing birahiku.

Aku kemudian rebahan kembali di kursi dam melemaskan ototku, Susi sebentar kemudian naik menyusulku mengambil tempat di sampingku.
"Sus.." panggilku yang aku buat-buat semesra mungkin.
"Hem.." sahut Susi yang ternyata masih menyedot orange juice dan bibirnya itu wah tidak dibayangkan dech kalau lagi menghisap punyaku ini.
Dan perlahan namun pasti penisku mengeras menyembul di bawah belitan handukku, lalu aku sedikit naikkan pinggulku agar Susi juga dapat menikmati apa yang ia inginkan sesaat lagi.
"Ada apa Mas..?" tanya Susi sedikit serius namun matanya melirik ke arah penisku yang sudah setengah mengeras.
"Enggak, cuman aku melihat hari ini kamu lebih seksi," rayuku.
"Emm.. gimana yach kalo si kekar dan si seksi bersatu yach.." tanya Susi mengerlingkan mata kirinya.
"Pengin tau jawabnya? Hayo kita ke markas," ajakku seraya membimbingnya berdiri.

Kami lantas berjalan bergandengan menuju paviliun kami menginap.
"Emh belum-belum khok udah loyo," ejekku kepada Susi dan berlari kecil meninggalkannya.
"Eh sialaan.." teriak Susi lalu mengejarku yang berlari ke arah Paviliun itu.
"Mas Sony, gandeng doong.." rengek Susi manja disela-sela nafasnya yang terengah-engah.
Kami pun bergandengan mesra bak orang pacaran dan semua terjadi spontan. Aku tak ingat lagi istri dan anakku di rumah saat ini, yang kuinginkan hanyalah kenikmatan dan kehangatan tubuh Susi untuk melampiaskan libidoku.

Kami memasuki paviliun itu dan duduk di sofa besar menghadap ke arah bukit indah. Matahari serasa mengintip kami dari balik bukit itu dan enggan menutup tirai hari ini dan dilain pihak kami sudah ingin segera menikmati malam indah nanti. Kami duduk berdampingan menikmati alunan musik lembut dan pemandangan yang mempesona di bukit sana.
"Lis, aku sebenarnya.. sedikit.. emmhh.." kataku ragu.
"Mas Sony, aku adalah wanita normal dan punya hasrat seks akan tetapi Mas Sony jangan khawatir padaku, aku nggak bakal minta macam-macam dari Mas Sony dan kita hanya bersenang-senang saja, just fun," kata Susi semakin memantapkan rasa hatiku.
"Lagian nggak mungkin karena aku tahu Mas Sony punya keluarga yang bahagia," imbuh Susi.
"Bukankah istri Mas juga tidak boleh melayani lagi karena bahaya bagi usia kandungannya," bela Susi seraya melingkarkan kedua lengan rampingnya ke leherku.

Aku kemudian mendekap Susi, terasa hangat dan lembut tubuh indah ini lalu kudekatkan wajahku ke arah wajahnya. Kami bertatapan cukup lama dan penuh arti, kulihat dari tatapan matanya Susi sudah betul-betul horny demikian pula aku yang sudah 2 bulan lalu tidak mengasah batang pejal kebangganku. Sekejap bibir kami mulai menyatu dalam alunan kemesraan berselimut hasrat bergelora. Ujung lidah kami bergantian menggelitik rongga mulut kami masing-masing.
"Mass.. oohh puaskan aku yach sayang," rengek Susi di sela-sela desah nafasnya yang memburu deras.
"Segera sayang, saatnya sebentar lagi tiba. Aku akan membawamu ke langit tujuh," bisikku sambil melepas satu persatu kain di tubuhnya.

Udara dingin yang bersentuhan langsung dengan pori-pori Susi menambah sensasi dan rindu akan sentuhan dan juga rabaan-rabaan maupun jilatan sekujur tubuhnya. Kali ini aku akan memperlakukannya bak seorang putri maka akan berbahagialah Susi dalam dua hari ini. Setelah memakaikan dia sleeping jas, aku kemudian mengajaknya berdiri di dekat jendela menikmati senja nan indah dan syahdu ini, aku mendekapnya dari belakang dan belakang telinganya mulai kusentuh dengan ujung lidahku.

"Mass.. oogghh.." Susi hanya bisa mendesah dan mengesek kedua pahanya.
"Sudah Berapa lama Say.." bisikku di sela-sela permainanku di belakang telinga dan tengkuknya.
"Tiga bull.. aa.. aahh.. gellii," pekik Susi sambil membalikkan tubuhnya menghadapku.
Wajah penuh gairah itu mendongak ke arahku dan kulumat bibirnya sementara tanganku mulai menanggalkan semua yaang tersisa di tubuhnya.
"Masshh.. oogghh.. mmpphh," Susi menceracau sambil melucuti pakaianku.
Kami sudah telanjang bulat bersama sambil berdansa seirama alunan musik hotel, tubuh kami menyatu dan saling dekap dalam kelembutan dan kehangatan birahi dan tetap berdansa dalam irama kelembutan.

Tangan Susi melingkar di tengkukku dan kulingkarkan tanganku di pinggangnya, namun kemudian kuturunkan ke arah bongkahan pantatnya dan meraba serta meremas lembut. Pada saat itulah Susi melepaskan bibirnya untuk melenguh sejenak menikmati rabaan serta sentuhanku. Penisku sedari tadi mengeras tegak itu menempel di perut Susi membuat sensasi kehangatan di antara kehangatan tubuh kami.

Bersambung . . . . .

0 Nafsu bukanlah cinta - 2

Cukup lama kami berdansa dan entah sudah berapa lagu kami lewati bersama namun aku tidak ingin segera mengakhiri foreplay ini karena aku ingin Susi lebih dapat menikmati keromantisan ini lebih lama lagi. Aku membimbingnya ke arah Sofa dan kududukkan Susi di pangkuanku, kami pun semakin tenggelam dalam suasana, namun aku tetap berusaha menguasai diri. Pangkal penisku tepat bersentuhan dengan vaginanya yang terasa sudah amat merekah karena rangsangan hebat dan lelehan mani Susi semakin deras terasa menetes ke "telor"-ku. Cumbuan demi cumbuan dan rabaan serta sentuhan sudah kulakukan terhadap Susi. Bibirku sudah pindah ke arah dada Susi kukulum payudara yang kiri dan tangan kananku memilin puting yang kanan, punggungnya aku beri sentuhan dengan tangan kiriku. Susi semakin tak mampu menguasai birahinya yang sudah di ubun-ubun tubuhnya menggelinjang hebat.

"Ooogghh.. aahhkkhh.. please.. masukin.. mass.. sshh," desis Susi sambil menjambak rambutnya sendiri. Bibirnya mendesis tubuhnya ia jatuhkan ke belakang dan bertumpu pada lenganku. Kesempatan itu kugunakan untuk melirik ke arah vaginanya yang merekah menebar bau semerbak, aku tertegun sejenak karena sebelumnya aku belum pernah melakukan ini terhadap istriku atau wanita lainnya. Namun aku yakin (seperti di cerita-cerita situs ini) jika kujilat vagina Susi hal ini akan mampu membuat Susi menggapai orgasmenya lewat hisapanku nanti.

"Soonnhh.. cepp.. peethh.. issepphh.." rengek Susi terengah-engah saat aku mulai mencumbui bagian bawah perutnya yang indah.
Aku tak menjawab namun segera kududukkan Susi di sofa, kedua pahanya kuletakkan di pundak dan mulailah aku dengan jilatanku di vagina Susi. Vaginanya harum bentuknya pun begitu indah dan masih sempit rambutnya tercukur bersih.
"Ssshh.. oouuwww.. aagghh.. pleasee.." pinta Susi diikuti penekanan kepalaku ke arah selangkangannya.
Sekejap kemudian aku memainkan kasarnya permukaan lidahku untuk menjilat bibir minoranya yang merekah dan Susi hanya bisa menjerit lirih menahan orgasmenya yang begitu cepat datang. Sudah tiga bulan, pantas saja sekejap sudah mencair birahi wanita ini, bathinku dalam hati. Aku menyambutnya dengan patukan dan juluran lidahku di dinding rahimnya lalu kukeluar-masukkan lidahku bak penis selagi memompa vagina secara teratur dan lembut.

"Aaawwuughh.. aaghh.. aaghh.. sshh.. Maasshh.." Susi mengawali orgasmenya dengan jeritan panjang.
Aku menyambutnya lagi dengan menghisap vaginanya dalam-dalam, aku sundut-sundut dengan interval yang lembut teratur. Dan benar dugaanku kali ini, orgasmenya yang kedua segera menyambung membuatnya semakin ngilu dan geli yang amat sangat.
"Aaagghh.. kuu.. llaaghh.. gii.. aakkhh.." Susi mendongak, kedua tangannya mencengkeram erat sofa.
"Ogghh.. Masshh.. aaghhghh.. aakkhh.. aahhghh.." Susi mendesah mengakhiri orgasmenya.

Aku berhenti untuk membersihkan mukaku dan menjilat sisa-sisa mani Susi yang terlihat meleleh menetes hingga anusnya.
"Mass.. aakhh.. please," pinta Susi kegelian saat aku membersihkan sisa maninya di sela-sela labia minora-nya. Aku kembali duduk di sofa dan mendudukkan Susi di pangkuanku, dan sebelum duduk Susi ambil ancang-ancang untuk menancapkan penisku.
"Slerrphh.. aakgghh.. hangatthh.." suara penis membongkar vagina dan desahan Susi bersamaan 3/4 penisku dengan mudah tenggelam menjejali vagina Susi.

Susi duduk tegak, kedua tangannya membelai rambutnya, matanya terpejam menggigit bibir bawahnya, kemudian ia buka mulutnya saat mendesah bergantian, pinggulnya digoyangkan perlahan sesekali dan pada saat yang tepat ia hentakkan ke pangkal penisku. 16,5 cm penisku telah masuk mengisi rongga rahimnya membuat sensasi kehangatan dan nikmat bercampur jadi satu.
"Oookkhh.. hangatthh.. aakkhh.. Masshh.. puassinnhh.. aku.." pinta Susi diiringi dengan gerakan naik-turun pinggulnya seperti seorang joki.

15 menit berlalu, tampaknya Susi masih tenggelam dalam alunan sorgawinya dan kuperhatikan dari tadi matanya tampak terpejam menikmati sensasi ini. Aku sendiri mengimbangi goyangan Susi dan menunda ejakulasiku, karena aku amat kasihan melihat Susi yang haus akan kenikmatan birahi.Aku berusaha menambah rangsangan dengan menggesekkan telunjukku ke anus Susi yang sebelumya kubasahi dengan ludahku. Tepat saat ujung telunjukku memasuki anus Susi, Susi tampak sedikit terkejut dengan membuka matanya lebar-lebar dan sekejap kemudian terpejam dan tubuhnya menegang.

Wajahnya menyeringai, kedua tangannya mencengkeram punggungku erat-erat dan menarik tubuhnya menjauh dariku, tampaknya moment inilah yang Susi tunggu sejak tadi.
"Ngghh.. aagghh.. aakhh.. aakkh aahhgghh.." Susi mulai mendapatkan orgasmenya yang nyata yang ia pendam selama tiga bulan.
Pinggulnya ia goyangkan keras tak beraturan demikian pula hentakan pinggulnya dan beruntung rambut kemaluanku sudah aku cukur bersih sehingga terbebas dari rasa sakit akibat himpitan saat vagina menghujamnya. Lelehan maninya sampai ke pangkal telunjukku yang diam di anusnya kemudian telunjukku yang sudah licin tadi kutusuk-tusukkan lebih keras dan dalam di rongga anusnya. Susi semakin menghentak dan bergelinjang tak karuan menyambut orgasmenya yang keempat.

"Aaargghh.. aagghh.. oohhgghh.. aakk.. akkhh.. kell.. luaarr aaghh.." Susi menjerit keras menggapai orgasmenya kali ini.
Vaginanya terasa hangat dan terasa lebih menggelembung dari pada tadi.
"Ooghh.. oommpphh.. aagghh.." desah Susi tampak lega mengakhiri orgasmenya.
Aku sengaja menunda orgasmeku agar weekend kali ini betul-betul lain dari yang lain bagi Susi. Lalu kurengkuh kepalanya, kemudian kukecup mesra bibirnya, kulepas, lalu kutatap lembut wajahnya, ekspresi kepuasan terpencar dari sudut matanya yang bening. Masih tetap menancap penisku di rahimnya, kemudian kami berdekapan mesra lama sekali.

"Sus.." tanyaku.
"Hem eemhh.. makasih Mas Sony," jawab Susi puas.
Karena capek Susi melepas gigitan vaginanya dan menghempaskan dirinya di sofa.
"Aahgghh.." lega dan tiga menit Susi pun tertidur di sofa lalu aku mengambil selimut hangat untuk Susi.
Setelah mengambil handuk dan mencuci penisku dengan shower hangat di kamar mandi, aku mengambil sleeping jas-ku, kemudian menghampiri Susi di sofa. Kubelai lembut Susi dan kuletakkan kepalanya di pahaku. Aku terdiam menikmati senja yang mulai gelap, tak kulihat lagi indahnya bukit di seberang hotel yang tampak hanya lampu kerlap kerlip di kejauhan. Karena udara semakin dingin menusuk ke tulang rasanya maka aku menggotong Susi ke tempat tidur dan kudekap hangat ia di dadaku di balik kehangatan selimut kami.

Tiga puluh menit Susi terlelap, belum ada tanda-tanda ia terjaga membuatku sedikit gelisah karena penisku kembali tegak berdiri.
"Mmmpphh.. ooaakhh ampph.. hahh.." Susi tampaknya terjaga dan ia kaget mendapati penisku mengeras.
"Sebentar Yach Mas, aku ke kamar mandi dulu, entar gantian Mas aku puasin," kata Susi datar seraya berlari kecil ke kamar mandi.

Aku kemudian melepas sleeping jas-ku dan mengelus-elus penis kebanggaanku yang kokoh berdiri tegak. Dari kamar mandi Susi menghampiriku dan menepis tanganku dari penisku dan kini mulut mungil Susi mulai mengulum kepala penisku. Batang penisku ia kocok-kocok lembut terkadang ia remas hingga ke kedua biji kemaluanku.
"Oookhh Suss.. sshh.." aku hanya dapat mendesis menikmati kocokan tangan lembut ini.
"Oookkhh.. lebih kerass.. ssaayy.." ceracauku tak karuan karena ejakulasiku tertunda.
Susi lebih keras lagi mengocok dan diselingi kuluman-kuluman di sepanjang batang penisku.

Kulihat Susi menggengam batangku dan terlihat kepala penisku menyembul di antara genggaman tangannya. Ujung lidah Susi beradu dengan ujung kemaluanku tepat di lubang sperma penisku dan Susi mematuk-matukkan lidahnya tepat di situ, rasanya badan ini bergetar hebat dan ngilu yang amat sangat. Kedua pahaku otomatis terbuka lebar dan Susi menempatkan tubuh rampingnya di antara kedua pahaku. Aku semakin tak tahan dengan permainan Susi, kucengkeram erat rambutnya menahan rasa geli.
"Suusshh.. ooghh.. Suss.." aku mendesis berusaha menahan laju spermaku.
"Bocorin saja Mas.. ayo sayang..!" kata Susi sambil melihat ke wajahku yang sedang kelojotan kemudian meneruskan patukan lidahnya yang semakin nakal dipadu dengan kocokannya yang lembut.

Aku melirik ke arah Susi, tampak wajahnya puas mengerjaiku kali ini.
"Aaakhh.. Susshh.. mmpphh.." desahku menikmati permainan oral Susi.
Aku semakin tak tahan dengan sensasi yang dibuat Susi apalagi ia melakukannya juga dipadu dengan pilinan lembut jemari kirinya di puting susuku. Aku berusaha mati-matian menahan laju spermaku, namun usahaku itu sia-sia, tiga detik kemudian aku melenguh panjang menyambut sensasi yang segera datang.
"Suuss.. hisapphh.. Sayy.. aku mauu.. kell.." pintaku tak sabar.
Susi tanggap, kemudian menghisap dalam-dalam kepala penisku, sedetik kemudian.. "Arr.. aakhh.. aakkhh.. aakhh.." aku terpekik melepas semburan maniku di mulut mungil Susi.

Ditelannya semua spermaku hingga ke tetes terakhir dan penisku semakin terasa kasat dibuatnya. Masih tetap ia kocok penisku sehingga tetap pada kondisi tegang terus meski sudah menyemburkan mani kental. Apalagi sudah dua bulan tidak bersarang, pastilah burungku akan menegang sampai menemukan sarangnya.

Aku kemudian mengulum bibir Susi sementara Susi masih mengelus penisku dengan lembut. Susi rupanya ingin menikmati seks ini dengan alami karena ia merebahkan dirinya di sampingku, lalu aku melingkarkan pahaku di atas kedua pahanya. Bibirku kini sudah berada di puting kiri Susi untuk mengerjakan tugas berikutnya, yaitu menggigit-gigit kecil disertai remasan-remasan.
"Mpphh.. oowwghh.. mm.. Maashh.." tampaknya birahi Susi mulai bangkit dari tidurnya.
Tangan Kiriku juga tak tinggal diam untuk memilin puting kanannya.
"Aaaww mmpphh.. sshh.. Mass.. kamu hangat sayang.." puji Susi ketika aku mulai menindih tubuhnya dan mencumbui kedua ketiaknya secara bergantian.
"Oooghh.. aahhgghh.. kamu jantan Sayangg.. aku mencintaiimu," Susi terus memujiku, tampaknya permainan lembutku membuatnya lupa diri.

Dari rabaan telunjukku tampaknya Susi sudah siap jika penisku membongkar rahimnya lagi karena sudah lembab.
"Aku masukin yach Say.." tanyaku.
Susi lalu mencumbui aku dengan lembut namun telapak tangan kanannya meremas pantatku lalu menekannya.
"Blesshh.." dengan mudah masuk seluruh batang penisku karena vagina Susi sudah lembab dan licin akan sisa-sisa spermaku sore tadi.
"Maasshh.. aakk," Susi mendesah panjang menyambut kehangatan yang mulai menjalar ke semua rongga rahimnya.

Kami bercumbu bersama tanpa melakukan goyangan, namun sesekali aku memainkan otot penisku di liang vagina Susi membuat Susi kelojotan menahan geli bercampur nikmat.
"Aaahh mmphh.. aah sshh.. aaghh.. ooghh.. nikmath.." desah Susi.
Kami masih bergumul dalam irama syahdu diiringi desah kelembutan nafas, entah nafsu atau cinta aku pun tidak peduli. Badan Susi semakin menghangat tanda-tanda ia menjelang puncak nafsunya. Aku mulai memompa penisku lembut dalam irama teratur semetara kedua tanganku memilin dan meremas kedua bukit indahnya.

Tubuh Susi semakin terhentak kala tempo permainan hentakanku semakin kutambah, hal ini karena sensasi yang aku rasakan juga semakin nikmat. Penisku terasa tergigit oleh labia minora-nya kala aku menusukkan penisku dalam-dalam dan terasa terhisap kala aku menarik penisku. Pompaan penisku semakin kencang sampai badan Susi terhentak, namun Susi hanya merengek manja, melenguh, mendesah dan menjerit lirih kala sedikit gesekan penisku membuat vaginanya ngilu.

15 menit berlalu, kepalanya kulihat mulai menoleh ke kiri dan ke kanan tak beraturan, wajahnya memerah oleh birahi, tubuhnya terasa lebih hangat dan vaginanya mengempot teratur. Tubuhnya lalu menegang, kedua tangannya lantas dibuka lebar-lebar ke atas, berpegangan pada sisi tempat tidur untuk bersiap-siap melepas orgasmenya yang akan dahsyat. Aku membantu menstimulasi gesekan penisku dengan klitorisnya yang kenyal di bagian tubuh lain, aku mencumbui kedua ketiak Susi bergantian. Susi merasakan terbang di langit yang tinggi beralaskan putihnya mega yang menyelimutinya dan shatin tempat tidur ini memberi inspirasi seolah kami bercumbu di awan yang lembut.

"Sus.. I love you.." bisikku spontan kala mendapati wajahnya yang cantik rupawan, memang dia adalah tipeku, tipe-tipe wanita langsing seperti dia.
"Ahhghhku.. juhhggaa.. Masshh," Susi membalas cumbuanku dengan buas.

Kali ini Susi diam membisu dan tubuhnya mulai menegang, diam dan matanya terpejam memancarkan ekspresi mendalam. Aku lalu melesakkan dalam-dalam penisku terasa mentok sampai ke dasar dan aku diamkan di sana sambil aku mainkan otot-otot penisku. Sedetik kemudian datanglah apa yang Susi rindukan, "Maasshh.. aagghh aaghh aakkhh.. aahkkuu.. ssaamm.." Susi mengawali orgasmenya dengan lengkingan panjang. Putingnya kini aku gigit-gigit kecil dan lereng bukit payudaranya aku remas lembut dan tampak Susi masih mendesah meregang orgasmenya yang pertama.

Stimulasi di putingnya membuatnya menggapai orgasmenya yang kedua dan ketiga secara bersamaan.
"Ooouugghh.. aakku.. lahhggi.. aagghh.." Susi menggelinjang tak karuan.
Tangannya mencakar punggungku menahan geli bercampur yang amat sangat kala aku semakin cepat memompa lagi penisku. Cairan mani Susi yang banyak menyebabkan bunyi-bunyi saat penisku menghujam vagina Susi dan semakin melicinkan tusukanku saja, dan yang kutunggu segera tiba.

"Susshh.. aahku.. mmpphh.." gumamku sambil menggenjot penis dan meremas puting Susi.
"Masshh.. aagghku.. jugaa.." balas Susi.
"Oouumpphh.. aa.. aa.. aaghh," teriak kami bersamaan, persetan dengan orang lain yang mendengarnya.
Maniku mengalir deras bersamaan dengan Susi yang kurasakan hangat di sepanjang batang penisku. Kami pun terbawa arus orgasme bersama yang sensasional bergumul, mencumbui, menggigit kecil bergantian dan nikmat "langit tujuh" bagi Susi sudah ia dapatkan dan juga aku.

Susi masih tetap dalam dekapanku dan tak ingin kulepaskan untuk selamanya saat penisku terlepas dari gigitan vaginannya. Aku melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 09:00 malam dan itu berarti kami sudah bercinta lebih kurang 5 jam sejak sore tadi. Kami lalu berendam di bath tub hangat dan tidak melewatkan satu ronde di sana sebelum kami keluar bersama mencari makan dan minuman energy serta gingseng.

Setelah itu kami kembali ke hotel lagi dan menghabiskan malam dengan berbagai gaya bercinta seperti yang kami lihat di channel video kamar kami sampai jam 03:00 pagi, setelah itu kami tertidur karena lelah. Dua hari kami habiskan menguras mani kami masing-masing sebelum akhirnya kami berpisah di Surabaya.

Para pembaca, nafsu memang bukanlah cinta karena seseorang bisa bilang cinta saat diselimuti nafsu, demikian pula sebaliknya. Salam bagi semua dan semat beraktivitas apa saja, mau diteruskan beronani atau bermasturbasi ria silakan.

TAMAT

0 Nafsu bukanlah cinta - 2

Cukup lama kami berdansa dan entah sudah berapa lagu kami lewati bersama namun aku tidak ingin segera mengakhiri foreplay ini karena aku ingin Susi lebih dapat menikmati keromantisan ini lebih lama lagi. Aku membimbingnya ke arah Sofa dan kududukkan Susi di pangkuanku, kami pun semakin tenggelam dalam suasana, namun aku tetap berusaha menguasai diri. Pangkal penisku tepat bersentuhan dengan vaginanya yang terasa sudah amat merekah karena rangsangan hebat dan lelehan mani Susi semakin deras terasa menetes ke "telor"-ku. Cumbuan demi cumbuan dan rabaan serta sentuhan sudah kulakukan terhadap Susi. Bibirku sudah pindah ke arah dada Susi kukulum payudara yang kiri dan tangan kananku memilin puting yang kanan, punggungnya aku beri sentuhan dengan tangan kiriku. Susi semakin tak mampu menguasai birahinya yang sudah di ubun-ubun tubuhnya menggelinjang hebat.

"Ooogghh.. aahhkkhh.. please.. masukin.. mass.. sshh," desis Susi sambil menjambak rambutnya sendiri. Bibirnya mendesis tubuhnya ia jatuhkan ke belakang dan bertumpu pada lenganku. Kesempatan itu kugunakan untuk melirik ke arah vaginanya yang merekah menebar bau semerbak, aku tertegun sejenak karena sebelumnya aku belum pernah melakukan ini terhadap istriku atau wanita lainnya. Namun aku yakin (seperti di cerita-cerita situs ini) jika kujilat vagina Susi hal ini akan mampu membuat Susi menggapai orgasmenya lewat hisapanku nanti.

"Soonnhh.. cepp.. peethh.. issepphh.." rengek Susi terengah-engah saat aku mulai mencumbui bagian bawah perutnya yang indah.
Aku tak menjawab namun segera kududukkan Susi di sofa, kedua pahanya kuletakkan di pundak dan mulailah aku dengan jilatanku di vagina Susi. Vaginanya harum bentuknya pun begitu indah dan masih sempit rambutnya tercukur bersih.
"Ssshh.. oouuwww.. aagghh.. pleasee.." pinta Susi diikuti penekanan kepalaku ke arah selangkangannya.
Sekejap kemudian aku memainkan kasarnya permukaan lidahku untuk menjilat bibir minoranya yang merekah dan Susi hanya bisa menjerit lirih menahan orgasmenya yang begitu cepat datang. Sudah tiga bulan, pantas saja sekejap sudah mencair birahi wanita ini, bathinku dalam hati. Aku menyambutnya dengan patukan dan juluran lidahku di dinding rahimnya lalu kukeluar-masukkan lidahku bak penis selagi memompa vagina secara teratur dan lembut.

"Aaawwuughh.. aaghh.. aaghh.. sshh.. Maasshh.." Susi mengawali orgasmenya dengan jeritan panjang.
Aku menyambutnya lagi dengan menghisap vaginanya dalam-dalam, aku sundut-sundut dengan interval yang lembut teratur. Dan benar dugaanku kali ini, orgasmenya yang kedua segera menyambung membuatnya semakin ngilu dan geli yang amat sangat.
"Aaagghh.. kuu.. llaaghh.. gii.. aakkhh.." Susi mendongak, kedua tangannya mencengkeram erat sofa.
"Ogghh.. Masshh.. aaghhghh.. aakkhh.. aahhghh.." Susi mendesah mengakhiri orgasmenya.

Aku berhenti untuk membersihkan mukaku dan menjilat sisa-sisa mani Susi yang terlihat meleleh menetes hingga anusnya.
"Mass.. aakhh.. please," pinta Susi kegelian saat aku membersihkan sisa maninya di sela-sela labia minora-nya. Aku kembali duduk di sofa dan mendudukkan Susi di pangkuanku, dan sebelum duduk Susi ambil ancang-ancang untuk menancapkan penisku.
"Slerrphh.. aakgghh.. hangatthh.." suara penis membongkar vagina dan desahan Susi bersamaan 3/4 penisku dengan mudah tenggelam menjejali vagina Susi.

Susi duduk tegak, kedua tangannya membelai rambutnya, matanya terpejam menggigit bibir bawahnya, kemudian ia buka mulutnya saat mendesah bergantian, pinggulnya digoyangkan perlahan sesekali dan pada saat yang tepat ia hentakkan ke pangkal penisku. 16,5 cm penisku telah masuk mengisi rongga rahimnya membuat sensasi kehangatan dan nikmat bercampur jadi satu.
"Oookkhh.. hangatthh.. aakkhh.. Masshh.. puassinnhh.. aku.." pinta Susi diiringi dengan gerakan naik-turun pinggulnya seperti seorang joki.

15 menit berlalu, tampaknya Susi masih tenggelam dalam alunan sorgawinya dan kuperhatikan dari tadi matanya tampak terpejam menikmati sensasi ini. Aku sendiri mengimbangi goyangan Susi dan menunda ejakulasiku, karena aku amat kasihan melihat Susi yang haus akan kenikmatan birahi.Aku berusaha menambah rangsangan dengan menggesekkan telunjukku ke anus Susi yang sebelumya kubasahi dengan ludahku. Tepat saat ujung telunjukku memasuki anus Susi, Susi tampak sedikit terkejut dengan membuka matanya lebar-lebar dan sekejap kemudian terpejam dan tubuhnya menegang.

Wajahnya menyeringai, kedua tangannya mencengkeram punggungku erat-erat dan menarik tubuhnya menjauh dariku, tampaknya moment inilah yang Susi tunggu sejak tadi.
"Ngghh.. aagghh.. aakhh.. aakkh aahhgghh.." Susi mulai mendapatkan orgasmenya yang nyata yang ia pendam selama tiga bulan.
Pinggulnya ia goyangkan keras tak beraturan demikian pula hentakan pinggulnya dan beruntung rambut kemaluanku sudah aku cukur bersih sehingga terbebas dari rasa sakit akibat himpitan saat vagina menghujamnya. Lelehan maninya sampai ke pangkal telunjukku yang diam di anusnya kemudian telunjukku yang sudah licin tadi kutusuk-tusukkan lebih keras dan dalam di rongga anusnya. Susi semakin menghentak dan bergelinjang tak karuan menyambut orgasmenya yang keempat.

"Aaargghh.. aagghh.. oohhgghh.. aakk.. akkhh.. kell.. luaarr aaghh.." Susi menjerit keras menggapai orgasmenya kali ini.
Vaginanya terasa hangat dan terasa lebih menggelembung dari pada tadi.
"Ooghh.. oommpphh.. aagghh.." desah Susi tampak lega mengakhiri orgasmenya.
Aku sengaja menunda orgasmeku agar weekend kali ini betul-betul lain dari yang lain bagi Susi. Lalu kurengkuh kepalanya, kemudian kukecup mesra bibirnya, kulepas, lalu kutatap lembut wajahnya, ekspresi kepuasan terpencar dari sudut matanya yang bening. Masih tetap menancap penisku di rahimnya, kemudian kami berdekapan mesra lama sekali.

"Sus.." tanyaku.
"Hem eemhh.. makasih Mas Sony," jawab Susi puas.
Karena capek Susi melepas gigitan vaginanya dan menghempaskan dirinya di sofa.
"Aahgghh.." lega dan tiga menit Susi pun tertidur di sofa lalu aku mengambil selimut hangat untuk Susi.
Setelah mengambil handuk dan mencuci penisku dengan shower hangat di kamar mandi, aku mengambil sleeping jas-ku, kemudian menghampiri Susi di sofa. Kubelai lembut Susi dan kuletakkan kepalanya di pahaku. Aku terdiam menikmati senja yang mulai gelap, tak kulihat lagi indahnya bukit di seberang hotel yang tampak hanya lampu kerlap kerlip di kejauhan. Karena udara semakin dingin menusuk ke tulang rasanya maka aku menggotong Susi ke tempat tidur dan kudekap hangat ia di dadaku di balik kehangatan selimut kami.

Tiga puluh menit Susi terlelap, belum ada tanda-tanda ia terjaga membuatku sedikit gelisah karena penisku kembali tegak berdiri.
"Mmmpphh.. ooaakhh ampph.. hahh.." Susi tampaknya terjaga dan ia kaget mendapati penisku mengeras.
"Sebentar Yach Mas, aku ke kamar mandi dulu, entar gantian Mas aku puasin," kata Susi datar seraya berlari kecil ke kamar mandi.

Aku kemudian melepas sleeping jas-ku dan mengelus-elus penis kebanggaanku yang kokoh berdiri tegak. Dari kamar mandi Susi menghampiriku dan menepis tanganku dari penisku dan kini mulut mungil Susi mulai mengulum kepala penisku. Batang penisku ia kocok-kocok lembut terkadang ia remas hingga ke kedua biji kemaluanku.
"Oookhh Suss.. sshh.." aku hanya dapat mendesis menikmati kocokan tangan lembut ini.
"Oookkhh.. lebih kerass.. ssaayy.." ceracauku tak karuan karena ejakulasiku tertunda.
Susi lebih keras lagi mengocok dan diselingi kuluman-kuluman di sepanjang batang penisku.

Kulihat Susi menggengam batangku dan terlihat kepala penisku menyembul di antara genggaman tangannya. Ujung lidah Susi beradu dengan ujung kemaluanku tepat di lubang sperma penisku dan Susi mematuk-matukkan lidahnya tepat di situ, rasanya badan ini bergetar hebat dan ngilu yang amat sangat. Kedua pahaku otomatis terbuka lebar dan Susi menempatkan tubuh rampingnya di antara kedua pahaku. Aku semakin tak tahan dengan permainan Susi, kucengkeram erat rambutnya menahan rasa geli.
"Suusshh.. ooghh.. Suss.." aku mendesis berusaha menahan laju spermaku.
"Bocorin saja Mas.. ayo sayang..!" kata Susi sambil melihat ke wajahku yang sedang kelojotan kemudian meneruskan patukan lidahnya yang semakin nakal dipadu dengan kocokannya yang lembut.

Aku melirik ke arah Susi, tampak wajahnya puas mengerjaiku kali ini.
"Aaakhh.. Susshh.. mmpphh.." desahku menikmati permainan oral Susi.
Aku semakin tak tahan dengan sensasi yang dibuat Susi apalagi ia melakukannya juga dipadu dengan pilinan lembut jemari kirinya di puting susuku. Aku berusaha mati-matian menahan laju spermaku, namun usahaku itu sia-sia, tiga detik kemudian aku melenguh panjang menyambut sensasi yang segera datang.
"Suuss.. hisapphh.. Sayy.. aku mauu.. kell.." pintaku tak sabar.
Susi tanggap, kemudian menghisap dalam-dalam kepala penisku, sedetik kemudian.. "Arr.. aakhh.. aakkhh.. aakhh.." aku terpekik melepas semburan maniku di mulut mungil Susi.

Ditelannya semua spermaku hingga ke tetes terakhir dan penisku semakin terasa kasat dibuatnya. Masih tetap ia kocok penisku sehingga tetap pada kondisi tegang terus meski sudah menyemburkan mani kental. Apalagi sudah dua bulan tidak bersarang, pastilah burungku akan menegang sampai menemukan sarangnya.

Aku kemudian mengulum bibir Susi sementara Susi masih mengelus penisku dengan lembut. Susi rupanya ingin menikmati seks ini dengan alami karena ia merebahkan dirinya di sampingku, lalu aku melingkarkan pahaku di atas kedua pahanya. Bibirku kini sudah berada di puting kiri Susi untuk mengerjakan tugas berikutnya, yaitu menggigit-gigit kecil disertai remasan-remasan.
"Mpphh.. oowwghh.. mm.. Maashh.." tampaknya birahi Susi mulai bangkit dari tidurnya.
Tangan Kiriku juga tak tinggal diam untuk memilin puting kanannya.
"Aaaww mmpphh.. sshh.. Mass.. kamu hangat sayang.." puji Susi ketika aku mulai menindih tubuhnya dan mencumbui kedua ketiaknya secara bergantian.
"Oooghh.. aahhgghh.. kamu jantan Sayangg.. aku mencintaiimu," Susi terus memujiku, tampaknya permainan lembutku membuatnya lupa diri.

Dari rabaan telunjukku tampaknya Susi sudah siap jika penisku membongkar rahimnya lagi karena sudah lembab.
"Aku masukin yach Say.." tanyaku.
Susi lalu mencumbui aku dengan lembut namun telapak tangan kanannya meremas pantatku lalu menekannya.
"Blesshh.." dengan mudah masuk seluruh batang penisku karena vagina Susi sudah lembab dan licin akan sisa-sisa spermaku sore tadi.
"Maasshh.. aakk," Susi mendesah panjang menyambut kehangatan yang mulai menjalar ke semua rongga rahimnya.

Kami bercumbu bersama tanpa melakukan goyangan, namun sesekali aku memainkan otot penisku di liang vagina Susi membuat Susi kelojotan menahan geli bercampur nikmat.
"Aaahh mmphh.. aah sshh.. aaghh.. ooghh.. nikmath.." desah Susi.
Kami masih bergumul dalam irama syahdu diiringi desah kelembutan nafas, entah nafsu atau cinta aku pun tidak peduli. Badan Susi semakin menghangat tanda-tanda ia menjelang puncak nafsunya. Aku mulai memompa penisku lembut dalam irama teratur semetara kedua tanganku memilin dan meremas kedua bukit indahnya.

Tubuh Susi semakin terhentak kala tempo permainan hentakanku semakin kutambah, hal ini karena sensasi yang aku rasakan juga semakin nikmat. Penisku terasa tergigit oleh labia minora-nya kala aku menusukkan penisku dalam-dalam dan terasa terhisap kala aku menarik penisku. Pompaan penisku semakin kencang sampai badan Susi terhentak, namun Susi hanya merengek manja, melenguh, mendesah dan menjerit lirih kala sedikit gesekan penisku membuat vaginanya ngilu.

15 menit berlalu, kepalanya kulihat mulai menoleh ke kiri dan ke kanan tak beraturan, wajahnya memerah oleh birahi, tubuhnya terasa lebih hangat dan vaginanya mengempot teratur. Tubuhnya lalu menegang, kedua tangannya lantas dibuka lebar-lebar ke atas, berpegangan pada sisi tempat tidur untuk bersiap-siap melepas orgasmenya yang akan dahsyat. Aku membantu menstimulasi gesekan penisku dengan klitorisnya yang kenyal di bagian tubuh lain, aku mencumbui kedua ketiak Susi bergantian. Susi merasakan terbang di langit yang tinggi beralaskan putihnya mega yang menyelimutinya dan shatin tempat tidur ini memberi inspirasi seolah kami bercumbu di awan yang lembut.

"Sus.. I love you.." bisikku spontan kala mendapati wajahnya yang cantik rupawan, memang dia adalah tipeku, tipe-tipe wanita langsing seperti dia.
"Ahhghhku.. juhhggaa.. Masshh," Susi membalas cumbuanku dengan buas.

Kali ini Susi diam membisu dan tubuhnya mulai menegang, diam dan matanya terpejam memancarkan ekspresi mendalam. Aku lalu melesakkan dalam-dalam penisku terasa mentok sampai ke dasar dan aku diamkan di sana sambil aku mainkan otot-otot penisku. Sedetik kemudian datanglah apa yang Susi rindukan, "Maasshh.. aagghh aaghh aakkhh.. aahkkuu.. ssaamm.." Susi mengawali orgasmenya dengan lengkingan panjang. Putingnya kini aku gigit-gigit kecil dan lereng bukit payudaranya aku remas lembut dan tampak Susi masih mendesah meregang orgasmenya yang pertama.

Stimulasi di putingnya membuatnya menggapai orgasmenya yang kedua dan ketiga secara bersamaan.
"Ooouugghh.. aakku.. lahhggi.. aagghh.." Susi menggelinjang tak karuan.
Tangannya mencakar punggungku menahan geli bercampur yang amat sangat kala aku semakin cepat memompa lagi penisku. Cairan mani Susi yang banyak menyebabkan bunyi-bunyi saat penisku menghujam vagina Susi dan semakin melicinkan tusukanku saja, dan yang kutunggu segera tiba.

"Susshh.. aahku.. mmpphh.." gumamku sambil menggenjot penis dan meremas puting Susi.
"Masshh.. aagghku.. jugaa.." balas Susi.
"Oouumpphh.. aa.. aa.. aaghh," teriak kami bersamaan, persetan dengan orang lain yang mendengarnya.
Maniku mengalir deras bersamaan dengan Susi yang kurasakan hangat di sepanjang batang penisku. Kami pun terbawa arus orgasme bersama yang sensasional bergumul, mencumbui, menggigit kecil bergantian dan nikmat "langit tujuh" bagi Susi sudah ia dapatkan dan juga aku.

Susi masih tetap dalam dekapanku dan tak ingin kulepaskan untuk selamanya saat penisku terlepas dari gigitan vaginannya. Aku melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 09:00 malam dan itu berarti kami sudah bercinta lebih kurang 5 jam sejak sore tadi. Kami lalu berendam di bath tub hangat dan tidak melewatkan satu ronde di sana sebelum kami keluar bersama mencari makan dan minuman energy serta gingseng.

Setelah itu kami kembali ke hotel lagi dan menghabiskan malam dengan berbagai gaya bercinta seperti yang kami lihat di channel video kamar kami sampai jam 03:00 pagi, setelah itu kami tertidur karena lelah. Dua hari kami habiskan menguras mani kami masing-masing sebelum akhirnya kami berpisah di Surabaya.

Para pembaca, nafsu memang bukanlah cinta karena seseorang bisa bilang cinta saat diselimuti nafsu, demikian pula sebaliknya. Salam bagi semua dan semat beraktivitas apa saja, mau diteruskan beronani atau bermasturbasi ria silakan.

TAMAT

0 Nafsu bukanlah cinta - 2

Cukup lama kami berdansa dan entah sudah berapa lagu kami lewati bersama namun aku tidak ingin segera mengakhiri foreplay ini karena aku ingin Susi lebih dapat menikmati keromantisan ini lebih lama lagi. Aku membimbingnya ke arah Sofa dan kududukkan Susi di pangkuanku, kami pun semakin tenggelam dalam suasana, namun aku tetap berusaha menguasai diri. Pangkal penisku tepat bersentuhan dengan vaginanya yang terasa sudah amat merekah karena rangsangan hebat dan lelehan mani Susi semakin deras terasa menetes ke "telor"-ku. Cumbuan demi cumbuan dan rabaan serta sentuhan sudah kulakukan terhadap Susi. Bibirku sudah pindah ke arah dada Susi kukulum payudara yang kiri dan tangan kananku memilin puting yang kanan, punggungnya aku beri sentuhan dengan tangan kiriku. Susi semakin tak mampu menguasai birahinya yang sudah di ubun-ubun tubuhnya menggelinjang hebat.

"Ooogghh.. aahhkkhh.. please.. masukin.. mass.. sshh," desis Susi sambil menjambak rambutnya sendiri. Bibirnya mendesis tubuhnya ia jatuhkan ke belakang dan bertumpu pada lenganku. Kesempatan itu kugunakan untuk melirik ke arah vaginanya yang merekah menebar bau semerbak, aku tertegun sejenak karena sebelumnya aku belum pernah melakukan ini terhadap istriku atau wanita lainnya. Namun aku yakin (seperti di cerita-cerita situs ini) jika kujilat vagina Susi hal ini akan mampu membuat Susi menggapai orgasmenya lewat hisapanku nanti.

"Soonnhh.. cepp.. peethh.. issepphh.." rengek Susi terengah-engah saat aku mulai mencumbui bagian bawah perutnya yang indah.
Aku tak menjawab namun segera kududukkan Susi di sofa, kedua pahanya kuletakkan di pundak dan mulailah aku dengan jilatanku di vagina Susi. Vaginanya harum bentuknya pun begitu indah dan masih sempit rambutnya tercukur bersih.
"Ssshh.. oouuwww.. aagghh.. pleasee.." pinta Susi diikuti penekanan kepalaku ke arah selangkangannya.
Sekejap kemudian aku memainkan kasarnya permukaan lidahku untuk menjilat bibir minoranya yang merekah dan Susi hanya bisa menjerit lirih menahan orgasmenya yang begitu cepat datang. Sudah tiga bulan, pantas saja sekejap sudah mencair birahi wanita ini, bathinku dalam hati. Aku menyambutnya dengan patukan dan juluran lidahku di dinding rahimnya lalu kukeluar-masukkan lidahku bak penis selagi memompa vagina secara teratur dan lembut.

"Aaawwuughh.. aaghh.. aaghh.. sshh.. Maasshh.." Susi mengawali orgasmenya dengan jeritan panjang.
Aku menyambutnya lagi dengan menghisap vaginanya dalam-dalam, aku sundut-sundut dengan interval yang lembut teratur. Dan benar dugaanku kali ini, orgasmenya yang kedua segera menyambung membuatnya semakin ngilu dan geli yang amat sangat.
"Aaagghh.. kuu.. llaaghh.. gii.. aakkhh.." Susi mendongak, kedua tangannya mencengkeram erat sofa.
"Ogghh.. Masshh.. aaghhghh.. aakkhh.. aahhghh.." Susi mendesah mengakhiri orgasmenya.

Aku berhenti untuk membersihkan mukaku dan menjilat sisa-sisa mani Susi yang terlihat meleleh menetes hingga anusnya.
"Mass.. aakhh.. please," pinta Susi kegelian saat aku membersihkan sisa maninya di sela-sela labia minora-nya. Aku kembali duduk di sofa dan mendudukkan Susi di pangkuanku, dan sebelum duduk Susi ambil ancang-ancang untuk menancapkan penisku.
"Slerrphh.. aakgghh.. hangatthh.." suara penis membongkar vagina dan desahan Susi bersamaan 3/4 penisku dengan mudah tenggelam menjejali vagina Susi.

Susi duduk tegak, kedua tangannya membelai rambutnya, matanya terpejam menggigit bibir bawahnya, kemudian ia buka mulutnya saat mendesah bergantian, pinggulnya digoyangkan perlahan sesekali dan pada saat yang tepat ia hentakkan ke pangkal penisku. 16,5 cm penisku telah masuk mengisi rongga rahimnya membuat sensasi kehangatan dan nikmat bercampur jadi satu.
"Oookkhh.. hangatthh.. aakkhh.. Masshh.. puassinnhh.. aku.." pinta Susi diiringi dengan gerakan naik-turun pinggulnya seperti seorang joki.

15 menit berlalu, tampaknya Susi masih tenggelam dalam alunan sorgawinya dan kuperhatikan dari tadi matanya tampak terpejam menikmati sensasi ini. Aku sendiri mengimbangi goyangan Susi dan menunda ejakulasiku, karena aku amat kasihan melihat Susi yang haus akan kenikmatan birahi.Aku berusaha menambah rangsangan dengan menggesekkan telunjukku ke anus Susi yang sebelumya kubasahi dengan ludahku. Tepat saat ujung telunjukku memasuki anus Susi, Susi tampak sedikit terkejut dengan membuka matanya lebar-lebar dan sekejap kemudian terpejam dan tubuhnya menegang.

Wajahnya menyeringai, kedua tangannya mencengkeram punggungku erat-erat dan menarik tubuhnya menjauh dariku, tampaknya moment inilah yang Susi tunggu sejak tadi.
"Ngghh.. aagghh.. aakhh.. aakkh aahhgghh.." Susi mulai mendapatkan orgasmenya yang nyata yang ia pendam selama tiga bulan.
Pinggulnya ia goyangkan keras tak beraturan demikian pula hentakan pinggulnya dan beruntung rambut kemaluanku sudah aku cukur bersih sehingga terbebas dari rasa sakit akibat himpitan saat vagina menghujamnya. Lelehan maninya sampai ke pangkal telunjukku yang diam di anusnya kemudian telunjukku yang sudah licin tadi kutusuk-tusukkan lebih keras dan dalam di rongga anusnya. Susi semakin menghentak dan bergelinjang tak karuan menyambut orgasmenya yang keempat.

"Aaargghh.. aagghh.. oohhgghh.. aakk.. akkhh.. kell.. luaarr aaghh.." Susi menjerit keras menggapai orgasmenya kali ini.
Vaginanya terasa hangat dan terasa lebih menggelembung dari pada tadi.
"Ooghh.. oommpphh.. aagghh.." desah Susi tampak lega mengakhiri orgasmenya.
Aku sengaja menunda orgasmeku agar weekend kali ini betul-betul lain dari yang lain bagi Susi. Lalu kurengkuh kepalanya, kemudian kukecup mesra bibirnya, kulepas, lalu kutatap lembut wajahnya, ekspresi kepuasan terpencar dari sudut matanya yang bening. Masih tetap menancap penisku di rahimnya, kemudian kami berdekapan mesra lama sekali.

"Sus.." tanyaku.
"Hem eemhh.. makasih Mas Sony," jawab Susi puas.
Karena capek Susi melepas gigitan vaginanya dan menghempaskan dirinya di sofa.
"Aahgghh.." lega dan tiga menit Susi pun tertidur di sofa lalu aku mengambil selimut hangat untuk Susi.
Setelah mengambil handuk dan mencuci penisku dengan shower hangat di kamar mandi, aku mengambil sleeping jas-ku, kemudian menghampiri Susi di sofa. Kubelai lembut Susi dan kuletakkan kepalanya di pahaku. Aku terdiam menikmati senja yang mulai gelap, tak kulihat lagi indahnya bukit di seberang hotel yang tampak hanya lampu kerlap kerlip di kejauhan. Karena udara semakin dingin menusuk ke tulang rasanya maka aku menggotong Susi ke tempat tidur dan kudekap hangat ia di dadaku di balik kehangatan selimut kami.

Tiga puluh menit Susi terlelap, belum ada tanda-tanda ia terjaga membuatku sedikit gelisah karena penisku kembali tegak berdiri.
"Mmmpphh.. ooaakhh ampph.. hahh.." Susi tampaknya terjaga dan ia kaget mendapati penisku mengeras.
"Sebentar Yach Mas, aku ke kamar mandi dulu, entar gantian Mas aku puasin," kata Susi datar seraya berlari kecil ke kamar mandi.

Aku kemudian melepas sleeping jas-ku dan mengelus-elus penis kebanggaanku yang kokoh berdiri tegak. Dari kamar mandi Susi menghampiriku dan menepis tanganku dari penisku dan kini mulut mungil Susi mulai mengulum kepala penisku. Batang penisku ia kocok-kocok lembut terkadang ia remas hingga ke kedua biji kemaluanku.
"Oookhh Suss.. sshh.." aku hanya dapat mendesis menikmati kocokan tangan lembut ini.
"Oookkhh.. lebih kerass.. ssaayy.." ceracauku tak karuan karena ejakulasiku tertunda.
Susi lebih keras lagi mengocok dan diselingi kuluman-kuluman di sepanjang batang penisku.

Kulihat Susi menggengam batangku dan terlihat kepala penisku menyembul di antara genggaman tangannya. Ujung lidah Susi beradu dengan ujung kemaluanku tepat di lubang sperma penisku dan Susi mematuk-matukkan lidahnya tepat di situ, rasanya badan ini bergetar hebat dan ngilu yang amat sangat. Kedua pahaku otomatis terbuka lebar dan Susi menempatkan tubuh rampingnya di antara kedua pahaku. Aku semakin tak tahan dengan permainan Susi, kucengkeram erat rambutnya menahan rasa geli.
"Suusshh.. ooghh.. Suss.." aku mendesis berusaha menahan laju spermaku.
"Bocorin saja Mas.. ayo sayang..!" kata Susi sambil melihat ke wajahku yang sedang kelojotan kemudian meneruskan patukan lidahnya yang semakin nakal dipadu dengan kocokannya yang lembut.

Aku melirik ke arah Susi, tampak wajahnya puas mengerjaiku kali ini.
"Aaakhh.. Susshh.. mmpphh.." desahku menikmati permainan oral Susi.
Aku semakin tak tahan dengan sensasi yang dibuat Susi apalagi ia melakukannya juga dipadu dengan pilinan lembut jemari kirinya di puting susuku. Aku berusaha mati-matian menahan laju spermaku, namun usahaku itu sia-sia, tiga detik kemudian aku melenguh panjang menyambut sensasi yang segera datang.
"Suuss.. hisapphh.. Sayy.. aku mauu.. kell.." pintaku tak sabar.
Susi tanggap, kemudian menghisap dalam-dalam kepala penisku, sedetik kemudian.. "Arr.. aakhh.. aakkhh.. aakhh.." aku terpekik melepas semburan maniku di mulut mungil Susi.

Ditelannya semua spermaku hingga ke tetes terakhir dan penisku semakin terasa kasat dibuatnya. Masih tetap ia kocok penisku sehingga tetap pada kondisi tegang terus meski sudah menyemburkan mani kental. Apalagi sudah dua bulan tidak bersarang, pastilah burungku akan menegang sampai menemukan sarangnya.

Aku kemudian mengulum bibir Susi sementara Susi masih mengelus penisku dengan lembut. Susi rupanya ingin menikmati seks ini dengan alami karena ia merebahkan dirinya di sampingku, lalu aku melingkarkan pahaku di atas kedua pahanya. Bibirku kini sudah berada di puting kiri Susi untuk mengerjakan tugas berikutnya, yaitu menggigit-gigit kecil disertai remasan-remasan.
"Mpphh.. oowwghh.. mm.. Maashh.." tampaknya birahi Susi mulai bangkit dari tidurnya.
Tangan Kiriku juga tak tinggal diam untuk memilin puting kanannya.
"Aaaww mmpphh.. sshh.. Mass.. kamu hangat sayang.." puji Susi ketika aku mulai menindih tubuhnya dan mencumbui kedua ketiaknya secara bergantian.
"Oooghh.. aahhgghh.. kamu jantan Sayangg.. aku mencintaiimu," Susi terus memujiku, tampaknya permainan lembutku membuatnya lupa diri.

Dari rabaan telunjukku tampaknya Susi sudah siap jika penisku membongkar rahimnya lagi karena sudah lembab.
"Aku masukin yach Say.." tanyaku.
Susi lalu mencumbui aku dengan lembut namun telapak tangan kanannya meremas pantatku lalu menekannya.
"Blesshh.." dengan mudah masuk seluruh batang penisku karena vagina Susi sudah lembab dan licin akan sisa-sisa spermaku sore tadi.
"Maasshh.. aakk," Susi mendesah panjang menyambut kehangatan yang mulai menjalar ke semua rongga rahimnya.

Kami bercumbu bersama tanpa melakukan goyangan, namun sesekali aku memainkan otot penisku di liang vagina Susi membuat Susi kelojotan menahan geli bercampur nikmat.
"Aaahh mmphh.. aah sshh.. aaghh.. ooghh.. nikmath.." desah Susi.
Kami masih bergumul dalam irama syahdu diiringi desah kelembutan nafas, entah nafsu atau cinta aku pun tidak peduli. Badan Susi semakin menghangat tanda-tanda ia menjelang puncak nafsunya. Aku mulai memompa penisku lembut dalam irama teratur semetara kedua tanganku memilin dan meremas kedua bukit indahnya.

Tubuh Susi semakin terhentak kala tempo permainan hentakanku semakin kutambah, hal ini karena sensasi yang aku rasakan juga semakin nikmat. Penisku terasa tergigit oleh labia minora-nya kala aku menusukkan penisku dalam-dalam dan terasa terhisap kala aku menarik penisku. Pompaan penisku semakin kencang sampai badan Susi terhentak, namun Susi hanya merengek manja, melenguh, mendesah dan menjerit lirih kala sedikit gesekan penisku membuat vaginanya ngilu.

15 menit berlalu, kepalanya kulihat mulai menoleh ke kiri dan ke kanan tak beraturan, wajahnya memerah oleh birahi, tubuhnya terasa lebih hangat dan vaginanya mengempot teratur. Tubuhnya lalu menegang, kedua tangannya lantas dibuka lebar-lebar ke atas, berpegangan pada sisi tempat tidur untuk bersiap-siap melepas orgasmenya yang akan dahsyat. Aku membantu menstimulasi gesekan penisku dengan klitorisnya yang kenyal di bagian tubuh lain, aku mencumbui kedua ketiak Susi bergantian. Susi merasakan terbang di langit yang tinggi beralaskan putihnya mega yang menyelimutinya dan shatin tempat tidur ini memberi inspirasi seolah kami bercumbu di awan yang lembut.

"Sus.. I love you.." bisikku spontan kala mendapati wajahnya yang cantik rupawan, memang dia adalah tipeku, tipe-tipe wanita langsing seperti dia.
"Ahhghhku.. juhhggaa.. Masshh," Susi membalas cumbuanku dengan buas.

Kali ini Susi diam membisu dan tubuhnya mulai menegang, diam dan matanya terpejam memancarkan ekspresi mendalam. Aku lalu melesakkan dalam-dalam penisku terasa mentok sampai ke dasar dan aku diamkan di sana sambil aku mainkan otot-otot penisku. Sedetik kemudian datanglah apa yang Susi rindukan, "Maasshh.. aagghh aaghh aakkhh.. aahkkuu.. ssaamm.." Susi mengawali orgasmenya dengan lengkingan panjang. Putingnya kini aku gigit-gigit kecil dan lereng bukit payudaranya aku remas lembut dan tampak Susi masih mendesah meregang orgasmenya yang pertama.

Stimulasi di putingnya membuatnya menggapai orgasmenya yang kedua dan ketiga secara bersamaan.
"Ooouugghh.. aakku.. lahhggi.. aagghh.." Susi menggelinjang tak karuan.
Tangannya mencakar punggungku menahan geli bercampur yang amat sangat kala aku semakin cepat memompa lagi penisku. Cairan mani Susi yang banyak menyebabkan bunyi-bunyi saat penisku menghujam vagina Susi dan semakin melicinkan tusukanku saja, dan yang kutunggu segera tiba.

"Susshh.. aahku.. mmpphh.." gumamku sambil menggenjot penis dan meremas puting Susi.
"Masshh.. aagghku.. jugaa.." balas Susi.
"Oouumpphh.. aa.. aa.. aaghh," teriak kami bersamaan, persetan dengan orang lain yang mendengarnya.
Maniku mengalir deras bersamaan dengan Susi yang kurasakan hangat di sepanjang batang penisku. Kami pun terbawa arus orgasme bersama yang sensasional bergumul, mencumbui, menggigit kecil bergantian dan nikmat "langit tujuh" bagi Susi sudah ia dapatkan dan juga aku.

Susi masih tetap dalam dekapanku dan tak ingin kulepaskan untuk selamanya saat penisku terlepas dari gigitan vaginannya. Aku melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 09:00 malam dan itu berarti kami sudah bercinta lebih kurang 5 jam sejak sore tadi. Kami lalu berendam di bath tub hangat dan tidak melewatkan satu ronde di sana sebelum kami keluar bersama mencari makan dan minuman energy serta gingseng.

Setelah itu kami kembali ke hotel lagi dan menghabiskan malam dengan berbagai gaya bercinta seperti yang kami lihat di channel video kamar kami sampai jam 03:00 pagi, setelah itu kami tertidur karena lelah. Dua hari kami habiskan menguras mani kami masing-masing sebelum akhirnya kami berpisah di Surabaya.

Para pembaca, nafsu memang bukanlah cinta karena seseorang bisa bilang cinta saat diselimuti nafsu, demikian pula sebaliknya. Salam bagi semua dan semat beraktivitas apa saja, mau diteruskan beronani atau bermasturbasi ria silakan.

TAMAT

0 Nafsu bukanlah cinta - 2

Cukup lama kami berdansa dan entah sudah berapa lagu kami lewati bersama namun aku tidak ingin segera mengakhiri foreplay ini karena aku ingin Susi lebih dapat menikmati keromantisan ini lebih lama lagi. Aku membimbingnya ke arah Sofa dan kududukkan Susi di pangkuanku, kami pun semakin tenggelam dalam suasana, namun aku tetap berusaha menguasai diri. Pangkal penisku tepat bersentuhan dengan vaginanya yang terasa sudah amat merekah karena rangsangan hebat dan lelehan mani Susi semakin deras terasa menetes ke "telor"-ku. Cumbuan demi cumbuan dan rabaan serta sentuhan sudah kulakukan terhadap Susi. Bibirku sudah pindah ke arah dada Susi kukulum payudara yang kiri dan tangan kananku memilin puting yang kanan, punggungnya aku beri sentuhan dengan tangan kiriku. Susi semakin tak mampu menguasai birahinya yang sudah di ubun-ubun tubuhnya menggelinjang hebat.

"Ooogghh.. aahhkkhh.. please.. masukin.. mass.. sshh," desis Susi sambil menjambak rambutnya sendiri. Bibirnya mendesis tubuhnya ia jatuhkan ke belakang dan bertumpu pada lenganku. Kesempatan itu kugunakan untuk melirik ke arah vaginanya yang merekah menebar bau semerbak, aku tertegun sejenak karena sebelumnya aku belum pernah melakukan ini terhadap istriku atau wanita lainnya. Namun aku yakin (seperti di cerita-cerita situs ini) jika kujilat vagina Susi hal ini akan mampu membuat Susi menggapai orgasmenya lewat hisapanku nanti.

"Soonnhh.. cepp.. peethh.. issepphh.." rengek Susi terengah-engah saat aku mulai mencumbui bagian bawah perutnya yang indah.
Aku tak menjawab namun segera kududukkan Susi di sofa, kedua pahanya kuletakkan di pundak dan mulailah aku dengan jilatanku di vagina Susi. Vaginanya harum bentuknya pun begitu indah dan masih sempit rambutnya tercukur bersih.
"Ssshh.. oouuwww.. aagghh.. pleasee.." pinta Susi diikuti penekanan kepalaku ke arah selangkangannya.
Sekejap kemudian aku memainkan kasarnya permukaan lidahku untuk menjilat bibir minoranya yang merekah dan Susi hanya bisa menjerit lirih menahan orgasmenya yang begitu cepat datang. Sudah tiga bulan, pantas saja sekejap sudah mencair birahi wanita ini, bathinku dalam hati. Aku menyambutnya dengan patukan dan juluran lidahku di dinding rahimnya lalu kukeluar-masukkan lidahku bak penis selagi memompa vagina secara teratur dan lembut.

"Aaawwuughh.. aaghh.. aaghh.. sshh.. Maasshh.." Susi mengawali orgasmenya dengan jeritan panjang.
Aku menyambutnya lagi dengan menghisap vaginanya dalam-dalam, aku sundut-sundut dengan interval yang lembut teratur. Dan benar dugaanku kali ini, orgasmenya yang kedua segera menyambung membuatnya semakin ngilu dan geli yang amat sangat.
"Aaagghh.. kuu.. llaaghh.. gii.. aakkhh.." Susi mendongak, kedua tangannya mencengkeram erat sofa.
"Ogghh.. Masshh.. aaghhghh.. aakkhh.. aahhghh.." Susi mendesah mengakhiri orgasmenya.

Aku berhenti untuk membersihkan mukaku dan menjilat sisa-sisa mani Susi yang terlihat meleleh menetes hingga anusnya.
"Mass.. aakhh.. please," pinta Susi kegelian saat aku membersihkan sisa maninya di sela-sela labia minora-nya. Aku kembali duduk di sofa dan mendudukkan Susi di pangkuanku, dan sebelum duduk Susi ambil ancang-ancang untuk menancapkan penisku.
"Slerrphh.. aakgghh.. hangatthh.." suara penis membongkar vagina dan desahan Susi bersamaan 3/4 penisku dengan mudah tenggelam menjejali vagina Susi.

Susi duduk tegak, kedua tangannya membelai rambutnya, matanya terpejam menggigit bibir bawahnya, kemudian ia buka mulutnya saat mendesah bergantian, pinggulnya digoyangkan perlahan sesekali dan pada saat yang tepat ia hentakkan ke pangkal penisku. 16,5 cm penisku telah masuk mengisi rongga rahimnya membuat sensasi kehangatan dan nikmat bercampur jadi satu.
"Oookkhh.. hangatthh.. aakkhh.. Masshh.. puassinnhh.. aku.." pinta Susi diiringi dengan gerakan naik-turun pinggulnya seperti seorang joki.

15 menit berlalu, tampaknya Susi masih tenggelam dalam alunan sorgawinya dan kuperhatikan dari tadi matanya tampak terpejam menikmati sensasi ini. Aku sendiri mengimbangi goyangan Susi dan menunda ejakulasiku, karena aku amat kasihan melihat Susi yang haus akan kenikmatan birahi.Aku berusaha menambah rangsangan dengan menggesekkan telunjukku ke anus Susi yang sebelumya kubasahi dengan ludahku. Tepat saat ujung telunjukku memasuki anus Susi, Susi tampak sedikit terkejut dengan membuka matanya lebar-lebar dan sekejap kemudian terpejam dan tubuhnya menegang.

Wajahnya menyeringai, kedua tangannya mencengkeram punggungku erat-erat dan menarik tubuhnya menjauh dariku, tampaknya moment inilah yang Susi tunggu sejak tadi.
"Ngghh.. aagghh.. aakhh.. aakkh aahhgghh.." Susi mulai mendapatkan orgasmenya yang nyata yang ia pendam selama tiga bulan.
Pinggulnya ia goyangkan keras tak beraturan demikian pula hentakan pinggulnya dan beruntung rambut kemaluanku sudah aku cukur bersih sehingga terbebas dari rasa sakit akibat himpitan saat vagina menghujamnya. Lelehan maninya sampai ke pangkal telunjukku yang diam di anusnya kemudian telunjukku yang sudah licin tadi kutusuk-tusukkan lebih keras dan dalam di rongga anusnya. Susi semakin menghentak dan bergelinjang tak karuan menyambut orgasmenya yang keempat.

"Aaargghh.. aagghh.. oohhgghh.. aakk.. akkhh.. kell.. luaarr aaghh.." Susi menjerit keras menggapai orgasmenya kali ini.
Vaginanya terasa hangat dan terasa lebih menggelembung dari pada tadi.
"Ooghh.. oommpphh.. aagghh.." desah Susi tampak lega mengakhiri orgasmenya.
Aku sengaja menunda orgasmeku agar weekend kali ini betul-betul lain dari yang lain bagi Susi. Lalu kurengkuh kepalanya, kemudian kukecup mesra bibirnya, kulepas, lalu kutatap lembut wajahnya, ekspresi kepuasan terpencar dari sudut matanya yang bening. Masih tetap menancap penisku di rahimnya, kemudian kami berdekapan mesra lama sekali.

"Sus.." tanyaku.
"Hem eemhh.. makasih Mas Sony," jawab Susi puas.
Karena capek Susi melepas gigitan vaginanya dan menghempaskan dirinya di sofa.
"Aahgghh.." lega dan tiga menit Susi pun tertidur di sofa lalu aku mengambil selimut hangat untuk Susi.
Setelah mengambil handuk dan mencuci penisku dengan shower hangat di kamar mandi, aku mengambil sleeping jas-ku, kemudian menghampiri Susi di sofa. Kubelai lembut Susi dan kuletakkan kepalanya di pahaku. Aku terdiam menikmati senja yang mulai gelap, tak kulihat lagi indahnya bukit di seberang hotel yang tampak hanya lampu kerlap kerlip di kejauhan. Karena udara semakin dingin menusuk ke tulang rasanya maka aku menggotong Susi ke tempat tidur dan kudekap hangat ia di dadaku di balik kehangatan selimut kami.

Tiga puluh menit Susi terlelap, belum ada tanda-tanda ia terjaga membuatku sedikit gelisah karena penisku kembali tegak berdiri.
"Mmmpphh.. ooaakhh ampph.. hahh.." Susi tampaknya terjaga dan ia kaget mendapati penisku mengeras.
"Sebentar Yach Mas, aku ke kamar mandi dulu, entar gantian Mas aku puasin," kata Susi datar seraya berlari kecil ke kamar mandi.

Aku kemudian melepas sleeping jas-ku dan mengelus-elus penis kebanggaanku yang kokoh berdiri tegak. Dari kamar mandi Susi menghampiriku dan menepis tanganku dari penisku dan kini mulut mungil Susi mulai mengulum kepala penisku. Batang penisku ia kocok-kocok lembut terkadang ia remas hingga ke kedua biji kemaluanku.
"Oookhh Suss.. sshh.." aku hanya dapat mendesis menikmati kocokan tangan lembut ini.
"Oookkhh.. lebih kerass.. ssaayy.." ceracauku tak karuan karena ejakulasiku tertunda.
Susi lebih keras lagi mengocok dan diselingi kuluman-kuluman di sepanjang batang penisku.

Kulihat Susi menggengam batangku dan terlihat kepala penisku menyembul di antara genggaman tangannya. Ujung lidah Susi beradu dengan ujung kemaluanku tepat di lubang sperma penisku dan Susi mematuk-matukkan lidahnya tepat di situ, rasanya badan ini bergetar hebat dan ngilu yang amat sangat. Kedua pahaku otomatis terbuka lebar dan Susi menempatkan tubuh rampingnya di antara kedua pahaku. Aku semakin tak tahan dengan permainan Susi, kucengkeram erat rambutnya menahan rasa geli.
"Suusshh.. ooghh.. Suss.." aku mendesis berusaha menahan laju spermaku.
"Bocorin saja Mas.. ayo sayang..!" kata Susi sambil melihat ke wajahku yang sedang kelojotan kemudian meneruskan patukan lidahnya yang semakin nakal dipadu dengan kocokannya yang lembut.

Aku melirik ke arah Susi, tampak wajahnya puas mengerjaiku kali ini.
"Aaakhh.. Susshh.. mmpphh.." desahku menikmati permainan oral Susi.
Aku semakin tak tahan dengan sensasi yang dibuat Susi apalagi ia melakukannya juga dipadu dengan pilinan lembut jemari kirinya di puting susuku. Aku berusaha mati-matian menahan laju spermaku, namun usahaku itu sia-sia, tiga detik kemudian aku melenguh panjang menyambut sensasi yang segera datang.
"Suuss.. hisapphh.. Sayy.. aku mauu.. kell.." pintaku tak sabar.
Susi tanggap, kemudian menghisap dalam-dalam kepala penisku, sedetik kemudian.. "Arr.. aakhh.. aakkhh.. aakhh.." aku terpekik melepas semburan maniku di mulut mungil Susi.

Ditelannya semua spermaku hingga ke tetes terakhir dan penisku semakin terasa kasat dibuatnya. Masih tetap ia kocok penisku sehingga tetap pada kondisi tegang terus meski sudah menyemburkan mani kental. Apalagi sudah dua bulan tidak bersarang, pastilah burungku akan menegang sampai menemukan sarangnya.

Aku kemudian mengulum bibir Susi sementara Susi masih mengelus penisku dengan lembut. Susi rupanya ingin menikmati seks ini dengan alami karena ia merebahkan dirinya di sampingku, lalu aku melingkarkan pahaku di atas kedua pahanya. Bibirku kini sudah berada di puting kiri Susi untuk mengerjakan tugas berikutnya, yaitu menggigit-gigit kecil disertai remasan-remasan.
"Mpphh.. oowwghh.. mm.. Maashh.." tampaknya birahi Susi mulai bangkit dari tidurnya.
Tangan Kiriku juga tak tinggal diam untuk memilin puting kanannya.
"Aaaww mmpphh.. sshh.. Mass.. kamu hangat sayang.." puji Susi ketika aku mulai menindih tubuhnya dan mencumbui kedua ketiaknya secara bergantian.
"Oooghh.. aahhgghh.. kamu jantan Sayangg.. aku mencintaiimu," Susi terus memujiku, tampaknya permainan lembutku membuatnya lupa diri.

Dari rabaan telunjukku tampaknya Susi sudah siap jika penisku membongkar rahimnya lagi karena sudah lembab.
"Aku masukin yach Say.." tanyaku.
Susi lalu mencumbui aku dengan lembut namun telapak tangan kanannya meremas pantatku lalu menekannya.
"Blesshh.." dengan mudah masuk seluruh batang penisku karena vagina Susi sudah lembab dan licin akan sisa-sisa spermaku sore tadi.
"Maasshh.. aakk," Susi mendesah panjang menyambut kehangatan yang mulai menjalar ke semua rongga rahimnya.

Kami bercumbu bersama tanpa melakukan goyangan, namun sesekali aku memainkan otot penisku di liang vagina Susi membuat Susi kelojotan menahan geli bercampur nikmat.
"Aaahh mmphh.. aah sshh.. aaghh.. ooghh.. nikmath.." desah Susi.
Kami masih bergumul dalam irama syahdu diiringi desah kelembutan nafas, entah nafsu atau cinta aku pun tidak peduli. Badan Susi semakin menghangat tanda-tanda ia menjelang puncak nafsunya. Aku mulai memompa penisku lembut dalam irama teratur semetara kedua tanganku memilin dan meremas kedua bukit indahnya.

Tubuh Susi semakin terhentak kala tempo permainan hentakanku semakin kutambah, hal ini karena sensasi yang aku rasakan juga semakin nikmat. Penisku terasa tergigit oleh labia minora-nya kala aku menusukkan penisku dalam-dalam dan terasa terhisap kala aku menarik penisku. Pompaan penisku semakin kencang sampai badan Susi terhentak, namun Susi hanya merengek manja, melenguh, mendesah dan menjerit lirih kala sedikit gesekan penisku membuat vaginanya ngilu.

15 menit berlalu, kepalanya kulihat mulai menoleh ke kiri dan ke kanan tak beraturan, wajahnya memerah oleh birahi, tubuhnya terasa lebih hangat dan vaginanya mengempot teratur. Tubuhnya lalu menegang, kedua tangannya lantas dibuka lebar-lebar ke atas, berpegangan pada sisi tempat tidur untuk bersiap-siap melepas orgasmenya yang akan dahsyat. Aku membantu menstimulasi gesekan penisku dengan klitorisnya yang kenyal di bagian tubuh lain, aku mencumbui kedua ketiak Susi bergantian. Susi merasakan terbang di langit yang tinggi beralaskan putihnya mega yang menyelimutinya dan shatin tempat tidur ini memberi inspirasi seolah kami bercumbu di awan yang lembut.

"Sus.. I love you.." bisikku spontan kala mendapati wajahnya yang cantik rupawan, memang dia adalah tipeku, tipe-tipe wanita langsing seperti dia.
"Ahhghhku.. juhhggaa.. Masshh," Susi membalas cumbuanku dengan buas.

Kali ini Susi diam membisu dan tubuhnya mulai menegang, diam dan matanya terpejam memancarkan ekspresi mendalam. Aku lalu melesakkan dalam-dalam penisku terasa mentok sampai ke dasar dan aku diamkan di sana sambil aku mainkan otot-otot penisku. Sedetik kemudian datanglah apa yang Susi rindukan, "Maasshh.. aagghh aaghh aakkhh.. aahkkuu.. ssaamm.." Susi mengawali orgasmenya dengan lengkingan panjang. Putingnya kini aku gigit-gigit kecil dan lereng bukit payudaranya aku remas lembut dan tampak Susi masih mendesah meregang orgasmenya yang pertama.

Stimulasi di putingnya membuatnya menggapai orgasmenya yang kedua dan ketiga secara bersamaan.
"Ooouugghh.. aakku.. lahhggi.. aagghh.." Susi menggelinjang tak karuan.
Tangannya mencakar punggungku menahan geli bercampur yang amat sangat kala aku semakin cepat memompa lagi penisku. Cairan mani Susi yang banyak menyebabkan bunyi-bunyi saat penisku menghujam vagina Susi dan semakin melicinkan tusukanku saja, dan yang kutunggu segera tiba.

"Susshh.. aahku.. mmpphh.." gumamku sambil menggenjot penis dan meremas puting Susi.
"Masshh.. aagghku.. jugaa.." balas Susi.
"Oouumpphh.. aa.. aa.. aaghh," teriak kami bersamaan, persetan dengan orang lain yang mendengarnya.
Maniku mengalir deras bersamaan dengan Susi yang kurasakan hangat di sepanjang batang penisku. Kami pun terbawa arus orgasme bersama yang sensasional bergumul, mencumbui, menggigit kecil bergantian dan nikmat "langit tujuh" bagi Susi sudah ia dapatkan dan juga aku.

Susi masih tetap dalam dekapanku dan tak ingin kulepaskan untuk selamanya saat penisku terlepas dari gigitan vaginannya. Aku melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 09:00 malam dan itu berarti kami sudah bercinta lebih kurang 5 jam sejak sore tadi. Kami lalu berendam di bath tub hangat dan tidak melewatkan satu ronde di sana sebelum kami keluar bersama mencari makan dan minuman energy serta gingseng.

Setelah itu kami kembali ke hotel lagi dan menghabiskan malam dengan berbagai gaya bercinta seperti yang kami lihat di channel video kamar kami sampai jam 03:00 pagi, setelah itu kami tertidur karena lelah. Dua hari kami habiskan menguras mani kami masing-masing sebelum akhirnya kami berpisah di Surabaya.

Para pembaca, nafsu memang bukanlah cinta karena seseorang bisa bilang cinta saat diselimuti nafsu, demikian pula sebaliknya. Salam bagi semua dan semat beraktivitas apa saja, mau diteruskan beronani atau bermasturbasi ria silakan.

TAMAT