Pages

Selasa, 07 Oktober 2008

0 Aan valentinku - 6

Di sudut ruangan tertata sebuah meja makan kecil berhiaskan lilin untuk candle-light dinner. Hatiku sungguh terharu sampai saya meneteskan air mata. Kutatap wajah Aan dan kulihat dia memberiku sebuah senyuman yang paling menawan. Dengan tangis haru, kupeluk Aan-ku erat-erat.


"Makasih.. Atas semuanya, sayang.." isakku.


Tangan Aan yang penuh dengan cinta membelai-belai kepalaku. Kami mulai berciuman mesra. Bibirku membuka, membiarkan lidah Aan menyelinap masuk. Di dalam mulutku, lidahnya bergerak-gerak dan menyapu-nyapu. Gigi dan gusiku dijilat-jilat, terutama pada bagian langit-langit mulutku. Rasanya sangat erotik apalagi saat dijilati, Aan memelukku erat-erat sehingga saya merasa tak berdaya.


Bibirnya kemudian memagut-magut bibirku. Brewoknya yang tipis menggesek daguku, memberi kesan macho dan jantan. Udara di sekitar kami mulai terasa panas dan menyesakkan meskipun kamar itu dilengkapi dengan air conditioner. Pakaianku lepas satu-persatu, kubiarkan Aan melucutinya. Mula-mula kemejaku jatuh ke lantai, lalu disusul celana panjangku. Saya hampir tak menyadari saat Aan akhirnya berhasil memelukku dalam keadaan telanjang bulat. Ketika saya tersadar sepenuhnya, Aan dan saya sudah bertelanjang bulat. Penisnya yang tegang mendesak-desak selangkanganku, minta dipuaskan. Noda precum melumuri pahaku. Rupanya Aan sudah tegang sejak tadi, pantas saja penisnya basah sekali.


"Kamu basah banget?" tanyaku, tetap berada di dalam pelukannya.


"Ya, sayang. Sejak tadi siang, saya sudah memikirkanmu. Kita bercinta, yuk. Udah gak tahan lagi nih."


Aan membuat ekspresi memelas yang kocak dan saya tak tahan untuk tidak tersenyum. Atas kemauanku sendiri, saya berlutut di depan tubuh telanjang Aan dan mulai menyedot batang kemaluanya. Batang itu masih tetap sama walau lima tahun sudah berlalu. Seiring dengan berjalannya waktu, saya makin mahir dalam menyepong penis. Lidahku, dengan lincah, membelai-belai kepala penis Aan. Air liurku membungkus kemaluannya, membuatnya semakin licin. Tetesan precum yang mengalir dari lubang penis Aan kuhabiskan tanpa mengeluh. Rasanya enak sekali, asin-asin manis. Aan membelai-belai kepalaku sambil mengerang-ngerang.


"Aahh.. Hhoohh.. Hisap terus, honey.. Oohh.. Buat saya ngecret.. Aahh.. Hisap, sayang.. Hhoosshh.."


Mengetahui bahwa Aan puas dengan servisku, saya senang sekali. Hanya itu yang kuinginkan: memuaskan Aan. Kutambah tenaga hisapanku dan Aan mengerang makin kencang.


"Hhoohh..!!"


Semakin banyak precum yang mengalir keluar. Bahkan penisku sendiri juga membocorkan precum ke atas lantai. Karena saya terangsang berat tapi tak ada yang dapat menolongku maka saya mengocok-ngocok penisku sendiri. Mulutku masih saja telaten menghisap batang kejantanan Aan.


SLURP! SLURP! SLURP! Mm.. Enak sekali. Suara hisapanku bergema ke mana-mana. Untung saja, kamar itu agak kedap suara sehingga kami bebas mengerangkan kenikmatan yang kami rasakan.


"Mmpphh.. Mmpphh.."


Precum yang mengalir keluar dari lubang penis Aan semakin banyak. Saya berpesta pora menjilati alat kelaminnya. Kebetulan, precum adalah cairan kesukaanku. Desahan Aan pun terdengar semakin kencang. Penisnya mulai digerak-gerakkan, menyodomi mulutku. Saya hanya berlutut diam dan membiarkan Aan memakai mulutku. Aan memegang kepalaku dan megontrol irama penetrasinya. Semakin lama, Aan semakin bergairah dan ritmenya pun meningkat.


"Aahh.. Hhoohh.. Aahh.."


Sodokannya menjadi keras dan bertenaga sampai-sampai batang kelaminnya mencapai tenggorokanku. Berkat pengalaman, saya kini sudah biasa memberikan servis oral sedalam itu. Kubungkukkan badanku sedikit agar penis Aan dapat lebih leluasa menyodomi tenggorokanku.


"Oohh!! Aahh!!" Erangan Aan mengeras, nampak akan segera berejakulasi. Cairan precum yang meleleh dari penis Aan turun meluncur perlahan di kerongkonganku.


"Oohh.. Endy.. Oohh.. Saya mau.. Aahh.. Ngecret.."


Dengan itu, Aan mencabut batang kejantanannya dari mulutku dan membiarkanku menghisapnya sampai klimaks.


"Aahh!! Saya keluaarr.. Aarrgghh!!" erang Aan, menyodokkan batang penisnya dalam-dalam.


Dalam sekejab, kepala kemaluannya mengembang sesaat dan kemudian menyemprotkan air mani bertubi-tubi. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Cairan kental kelaki-lakian yang hangat itu membanjiri mulutku. Dengan lahap, kutelan semua. Sebelumnya, saya memang ogah menelan air mani Aan. Bukan karena tidak suka, tapi karena takut terkena AIDS mengingat Aan dulu adalah seorang 'playgay'-gay yang suka gonta-ganti pasangan. Tapi setelah kami berdua dinyatakan bebas HIV, kami tak sungkan-sungkan memadu kasih. Aahh.. Enak sekali. Kutelan semua sperma Aan. Terasa lental dan asin.


"Oohh!! Uugghh!! Hhoohh!! Aarggh!!"


Aan masih saja terus mengerang dan mengejang sampai tetes sperma yang penghabisan. Setelah itu, dengan napas panjang, Aan melemas. Meski melemas, Aan masih sanggup berdiri. Dengan lembut, dia memelukku kembali. Tanpa saya duga, Aan langsung menggendongku. Tubuh telanjangku kini berada di dalam genggaman kedua tangannya yang kuat.


Lalu, seperti layaknya pasangan pengantin baru, Aan menggendongku ke ranjang. Perlahan, dia membaringkanku di atas ranjang mawar itu. Aroma mawar kembali memenuhi lubang hidungku. Segar sekali dan juga harum. Aan juga ikut naik ke atas ranjang, namun dia menghampiri kemaluanku yang setengah tegang. Tanpa berpikir lagi, Aan memain-mainkan penisku. Pelan tapi pasti, penisku mulai menegang dan mengeras.


"Aahh.. Hhoohh.." desahku, tubuhku mengeliat-geliat seperti ular.


Tiba-tiba Aan langsung mencaplok batang kejantananku. Batangku dikulum-kulum. Ah, saya langsung terbang melayang. Dulu penisku memang masih berkulup. Namun, kulup itu tak dapat kuturunkan semauku karena mulutnya terlalu kecil sehingga kepala penisku tak dapat menyembul keluar. Saat menegang, penisku nampak aneh karena masih tetap terbungkus kulup. Ketika Aan dan saya hidup bersama, Aan membawaku ke dokter dan, atas keputusan bersama, saya disunat.


Kini saya sudah terbiasa dan dapat menikmati bagaimana rasanya dioral. Aan memang seorang penghisap penis yang jago. Entah di mana dia belajar ilmu itu. Yang pasti Aan melambungkanku ke langit ketujuh. Setiap hisapannya begitu bertenaga dan nikmat. Lidahnya, dengan ahli, menyapu-nyapu kepala penisku yang sensitif, membuatku mengerang-ngerang dan mengejang-ngejang.


"Oohh.. Enak, Aan.. Hhoohh.. Aahh.." desahku.


Batang kejantananku meluncur keluar masuk mulut Aan, bahkan sesekali mencapai tenggorokannya. Aan terus saja menghisap dengan sepenuh hati. Kedua buah zakarku sesekali diremas-remas agar tekanan di dalam kantung penyimpan spermaku bertambah. Jika tekanan bertambah, sperma akan muncrat keluar. SLURP! SLURP! Hisapan Aan mulai membuatku gila dengan kenikmatan. Semakin lama, saya menjadi semakin dekat ke puncak orgasme.


"Hhoohh.. Aahh.." Di saat napasku semakin berat, tiba-tiba Aan menusukkan jari telunjuknya masuk ke dalam anusku.


"Aarrgghh!!" erangku. Tusukan dari jari itu memang terasa agak sakit karena Aan tidak memakai lotion, tapi rasanya tetap nikmat.


"Aahh.. Oohh.. Aan.. Hhoohh.. Mau kkeelluuaarr.. Aarrgghh.."


Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Cairan maniku tersemprot keluar. Aan langsung menampung semua pejuhku di dalam mulutnya. Saya terus-menerus mengerang.


"Aarrggh!! Aahh!! Oohh!!"


Kepala penisku menjadi jauh lebih sensitif pada saat ejakulasi sehingga kenikmatanku berlipat ganda. Tubuhku bergetar dan mengejang, tak kuasa menahan gejolak orgasmeku yang begitu dahsyat. Ketika semuanya berakhir, saya merasa lemas sekali. Aan berpindah, dari penisku ke mulutku. Kubuka bibirku dan Aan menyambutnya. Cairan maniku yang sempat tertampung di dalam mulutnya mengalir masuk ke dalam mulutku. Kami saling berciuman dengan mesra sambil berbagi sperma. Setengah kutelan, dan setengahnya lagi ditelan oleh Aan.


Ooh.. Indahnya bercinta.. Kami kembali saling berpelukan sampai akhirnya kami berdua kelelahan dan harus beristirahat sejenak. Aan membaringkan tubuhnya di sampingku, sambil membelai-belai rambutku. Terbaring di sana dengan Aan di dekatku terasa seperti mimpi. Air mataku kembali mengalir saat Aan kupeluk dengan segenap cinta.


"Terima kasih, Aan. Terima kasih atas segalanya. Saya amat mencintaimu," bisikku, air mataku menempel di wajahnya yang tampan.


Aan menyeka air mataku seraya berkata, "I love you, too. Semenjak kita hari pertama kita bertemu, saya sudah tahu bahwa kita pasti akan bersama. Saya lega bahwa ternyata saya tidak salah memilih pasangan hidup."


Sebuah ciuman mesra mengakhiri kata-katanya. Lidahnya menyeruak masuk dan bertemu dengan lidahku. Bibir kami saling berciuman, lapar akan cinta. Aan dan saya berguling-guling di atas ranjang mawar; kelopak-kelopak mawar menempel di tubuh kami. Kaki kami saling melingkar, tangan kami saling memeluk, dan tubuh kami saling menghangatkan. Noda-noda sperma melekat di badan kami akibat pergesekkan dengan penis kami.


Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar